Konten dari Pengguna

Geopolitik sebagai Pendekatan dalam Menelaah Konflik Israel-Iran

Muhammad Faris Firjatullah Faisa
International Relations Student at Mulawarman University, Samarinda, 2022 - Present
7 Mei 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Faris Firjatullah Faisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peta Kawasan Timur Tengah. Selasa, 7 Mei 2024, foto oleh Lara Jameson : https://www.pexels.com/photo/middle-eastern-countries-in-a-world-map-8828624/
zoom-in-whitePerbesar
Peta Kawasan Timur Tengah. Selasa, 7 Mei 2024, foto oleh Lara Jameson : https://www.pexels.com/photo/middle-eastern-countries-in-a-world-map-8828624/
ADVERTISEMENT
Daerah Timur Tengah secara historis telah menjadi kawasan yang kerap diwarnai oleh berbagai konflik dalam beragam bentuk, terutama konflik bersenjata. Terlebih lagi dengan ditemukannya deposit minyak dalam jumlah besar pada awal abad ke-20, mengundang masuk berbagai pihak berkepentingan dari luar Timur Tengah seperti Amerika Serikat, sehingga semakin meningkatkan kompleksitas isu di wilayah Timur Tengah dengan banyaknya pihak luar yang juga ikut terlibat. Hal ini menjadikan Timur Tengah seringkali menjadi sorotan dunia internasional dengan begitu banyaknya perkembangan yang terjadi pada wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada artikel ini, penulis ingin menjelajahi topik ini lebih lanjut dengan mengambil contoh terkini dari perkembangan di Timur Tengah, yakni konflik antara Republik Islam Iran dan Negara Israel, dalam kurun waktu 1 April hingga 3 Mei tahun 2024. Penulis juga akan mencoba menjelaskan bagaimana ilmu dari bidang studi geografi politik atau geopolitik dapat digunakan sebagai sebuah pendekatan dalam rangka memahami konflik tersebut.
Apa, dan Mengapa Geopolitik?
Geopolitik, dilansir dari berbagai sumber dapat disimpulkan sebagai sebuah studi yang mempelajari tentang bagaimana faktor geografis sebuah negara dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan, serta kondisi politik di negara tersebut.
Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik juga dapat dipandang sebagai sebuah kerangka yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana sebuah negara dapat menggunakan entitas geografis yang terdapat baik di luar, maupun di dalam wilayah kekuasaannya dalam rangka mencapai kepentingan atau keuntungan politik.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis meyakini bahwasanya geopolitik memiliki keterkaitan yang sangat relevan dengan kasus konflik Israel-Iran, dimana faktor geografis seperti keberadaan kedua negara di Timur Tengah dan jarak antara kedua negara, menjadi variabel penting dalam rangka memahami konflik tersebut.
Latar Belakang: Hubungan Israel-Iran
Usai lengsernya dinasti Pahlavi pada Revolusi Islam Iran tahun 1979, hubungan antara Israel dan Iran mengalami perubahan yang drastis. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sikap yang sangat berlawanan antara pemerintahan dinasti Pahlavi yang sebelumnya cukup ramah dan bahkan mengakui kedaulatan Negara Israel, dengan pemerintahan Republik Islam Iran yang terbentuk pasca revolusi. Iran dibawah pemerintahan baru kini menjadi salah satu negara paling vokal dalam menentang perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina, dan sejak saat itu telah menerapkan kebijakan luar negeri yang sangat anti-Israel. Kedua negara Timur Tengah ini pun kini kerap digambarkan sebagai musuh bebuyutan.
ADVERTISEMENT
Hubungan yang sudah buruk ini kemudian kembali diperburuk lagi apabila kita melihat bahwa Iran merupakan salah satu pendukung terbesar gerakan Hamas di Palestina dalam usaha mereka melawan Israel. Dukungan ini diberikan oleh Iran dalam bentuk dana, persenjataan, dan pemberian latihan kepada anggota Hamas.
Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, menandakan awal dari Perang Israel-Hamas, dimana Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat, secara resmi menyatakan perang terhadap Hamas setelah peluncuran rentetan roket ke kota-kota Israel yang kemudian disusul dengan invasi yang menerobos penghalang Gaza-Israel. Serangan ini mengakibatkan 1.139 warga di Israel tewas, dan menjadikannya serangan paling mematikan yang pernah dilakukan militan Palestina sejak berdirinya Negara Israel pada tahun 1948.
ADVERTISEMENT
Iran, sebagai negara pendukung dan yang melatih anggota Hamas, diduga memiliki keterlibatan dan telah ikut mengorganisir serangan kejutan tersebut. Menjadikan hubungan antara Israel dan Iran semakin mengeruh. Konflik antara kedua negara ini kemudian akan memuncak seiring berlangsungnya perang Israel-Hamas.
Pada 1 April 2024, Israel melakukan serangan udara terhadap kompleks kedutaan Iran di Damaskus, Suriah. Serangan tersebut dilakukan dalam rangka memanfaatkan sebuah pertemuan tingkat atas terkait perang di Gaza antara pejabat intelijen Iran dan pemimpin kelompok Jihad Islam Palestina, yang tengah dilaksanakan di kompleks tersebut pada hari itu. Serangan tersebut mengakibatkan enam belas orang tewas, diantaranya termasuk tujuh tentara Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) Iran, lima milisi Palestina dukungan Iran, satu pejuang Hizbullah, satu penasihat Iran, dan dua warga sipil.
ADVERTISEMENT
Eskalasi: Retaliasi Iran
Dilansir dari sebuah artikel New York Times, dijelaskan bahwa Israel telah salah perhitungan mengenai bagaimana Iran akan merespon, dengan berasumsi bahwa serangan ini tidak akan mendapat tanggapan yang begitu berarti.
Namun pada hari Sabtu, 13 April 2024. Israel beserta sekutunya dikejutkan oleh peluncuran ratusan drone dan rudal, dalam sebuah serangan kejutan oleh Iran. Serangan ini dilakukan sebagai respons terhadap serangan Israel terhadap kompleks kedutaan Iran di Suriah dua minggu sebelumnya. Serangan ini juga merupakan serangan langsung pertama yang dilancarkan terhadap Israel dari wilayah Iran.
Israel kemudian membalas kembali serangan tersebut dengan menghancurkan sebagian sistem pertahanan udara jarak jauh S-300 milik Iran di daerah Isfahan, pada 19 April 2024. Namun serangan balasan ini tidak bermaksud untuk mendorong eskalasi konflik lebih lanjut, namun justru untuk mencegahnya.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari sebuah analisis yang dilakukan oleh Central For Strategic & International Studies pada 3 Mei 2024, perselisihan maju mundur antara Israel dan Iran nampaknya telah berakhir - setidaknya untuk saat ini. Dijelaskan lebih lanjut bahwa serangan balasan Israel pada 19 April, meskipun skalanya tidak sebanding dengan yang dilakukan Iran, serangan ini memberikan pesan kepada Iran bahwasanya Israel dapat melakukan serangan tepat terhadap lokasi-lokasi strategis seperti fasilitas pengayaan nuklir Natanz Iran dan sistem pertahanan udaranya secara lebih luas. Rancangan serangan sedemikian rupa tersebut menunjukkan bahwa Israel pada kenyataannya ingin menghindari perang dengan Iran, sebagaimana Iran juga memberi isyarat bahwa mereka tidak bermaksud untuk berperang dengan Israel.
Akibat
Kedua negara baik Israel maupun Iran pada akhirnya memilih untuk sama-sama menghindari eskalasi konflik lebih lanjut. Bagi Israel, mereka tampaknya tidak begitu tertarik memicu perang regional yang lebih luas. Sedangkan di sisi lain, Iran ingin menghindari ancaman langsung terhadap situs militer dan politik strategis milik mereka.
ADVERTISEMENT
Serangan Israel pada daerah Isfahan yang merupakan lokasi pangkalan udara sudah cukup mengkhawatirkan bagi Iran, terlebih lagi ketika kita melihat bahwa Isfahan terletak sekitar 100 kilometer di selatan kompleks pengayaan Natanz, dan hanya 20 kilometer di utara Pusat Teknologi Nuklir Isfahan, dua lokasi inti program nuklir Iran. Mengingat pentingnya program nuklir Iran bagi Teheran (Iran) dan Tel Aviv (Israel), maka mencegah eskalasi konflik lebih lanjut seharusnya menjadi kepentingan bersama bagi kedua negara.
Kesimpulan
Konflik antara Republik Islam Iran dan Negara Israel dalam kurun waktu 1 April hingga 3 Mei tahun 2024, menunjukkan bahwa faktor geografis memiliki andil penting dalam mendikte keputusan dari berbagai negara di kancah Internasional. Dalam kasus ini, studi geopolitik dapat digunakan untuk menelaah bagaimana faktor geografis tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil baik dari Iran maupun Israel dalam rangka menjaga kepentingan mereka.
ADVERTISEMENT
Jarak yang relatif dekat antara kedua negara Timur Tengah tersebut, ditambah dengan jangkauan serangan yang dapat mengancam situs-situs penting dari masing-masing negara. Menyebabkan semacam efek jera diantara keduanya, dan alhasil kedua negara memilih untuk menghindari eskalasi konflik lebih lanjut.