Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Sastra, Realisme-Sosialis, dan Pergerakan Mahasiswa di Era Society 5.0
1 Agustus 2023 6:28 WIB
Tulisan dari Muhammad Fariz Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai persuasi, yang langsung terbayang di kepala saya adalah sebuah keterampilan atau juga bisa disebut seni berbicara atau biasa dikenal dengan retorika. Melalui teori, gagasan, ataupun tulisan yang paling terkenal dari salah satu filsuf Yunani Kuno yaitu Aristoteles. Di dalam bukunya, ada pernyataan yang mengatakan bahwa tujuan dari ilmu kedokteran adalah bukan untuk membuat orang menjadi sehat. Melainkan membuat orang berada di jalan menuju kesehatan. Yang tentu hal-hal tersebut baru bisa dicapai melalui seni berbicara atau retorika.
ADVERTISEMENT
Pergerakan mahasiswa tidak lain tidak bukan bertujuan untuk mempersuasi. Dilakukan di dalam kampus, untuk berusaha meningkatkan kemampuan intelektual dan kepemimpinan para aktivis yang dalam sejarah negara Indonesia, sering dijadikan awal mula dari sebuah perjuangan atau revolusi nasional. Pendudukan gedung DPR/MPR oleh mahasiswa pada 1998 merupakan salah satu pergerakan mahasiswa yang paling terkenal. Ditujukan kepada buruh, pekerja, hingga seluruh rakyat Indonesia untuk bergerak, sadar, dan menuntut reformasi melalui tuntutan pelepasan jabatan Presiden Soeharto.
Lu Xun, penulis utama Tiongkok dan dianggap sebagai pendiri dari sastra Tiongkok mengatakan bahwa sastra adalah propaganda. Tetapi, tidak semua propaganda adalah sastra. Artinya, sastra dapat dijadikan sebagai salah satu alat propaganda. Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa sastra merupakan salah satu alat propaganda yang paling efektif karena sejarah telah membuktikan, salah satu keputusan konferensi ke-17 Partai Komunis Soviet yang berlangsung dari tanggal 30 Januari hingga 4 Februari 1932 menjadikan ekonomi sosialis dan masyarakat tanpa kelas menjadi dasar atau pegangan yang kuat. Pada konferensi yang sama, juga dinyatakan bahwa penting untuk melihat dan “menyosialisasikan” seni, sastra sebagai salah satu media propaganda terhadap rencana pembangunan lima tahun kedua Uni Soviet. Singkatnya, bukti bahwa sastra telah menjadi suatu alat propaganda efektif adalah kaitannya bahwa revolusi besar-besaran tidak harus selalu dikaitkan dengan politik praktis. Dapat dilihat bahwa salah satu revolusi atau gerakan politik terbesar di dunia yaitu Revolusi Rusia yang menggulingkan pemerintahan dan sistem Tsar Rusia, hingga berdirinya Uni Soviet, melibatkan hal di luar politik praktis dan dalam hal ini adalah sastra.
ADVERTISEMENT
Realisme-Sosialis merupakan aliran sastra yang diusung pada masa Revolusi Rusia saat itu. Aliran ini kuat dan berpegang teguh pada teori Marxisme. Berlandaskan basis ekonomi sosial yang kuat dengan usaha untuk menghidupkan dan tidak hanya menampilkan realitas sebagai pengalaman. Namun, dijadikan sebagai suatu pergerakan fundamental untuk mengubah kesadaran manusia. Kesadaran pemahaman bahwa realitas yang tampak hanyalah sebuah tampilan dari realitas sesungguhnya yang tidak tampak dan sebagai garis bawah adalah realitas ekonomi.
Menurut Kumparan, era society 5.0 lahir dari kecanggihan teknologi industri 4.0. Konsep ini mengusung salah satu nilai, yaitu manusia harus mampu menciptakan atau mengembangkan taraf baru melalui perkembangan teknologi sehingga dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi di kemudian harinya. Dua poin penting yang saya ambil di sini adalah teknologi dan ekonomi. Di satu sisi, hadirnya teknologi merupakan hal yang sangat baik. Banyak hal-hal tercipta karena hadirnya teknologi. Salah satunya adalah kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI). Di sisi yang lain, kebijakan penggunaan otak dan kepala manusia berkurang. Ini kembali lagi kepada pembahasan mengenai sastra. Karena menurut Sapardi Djoko Damono, sastra tidak turun dari langit, mengacu pada kenyataan bahwa karya sastra tidak diciptakan dari kekosongan budaya. Segala hal yang instan hadir di era society 5.0 ini. Proses-proses perenungan berkurang karena sastra lahir dari perenungan dan berujung pada berkurangnya karya sastra manusia betulan. Segala hal yang berkaitan dengan ekonomi juga sudah bergeser. Persaingan ekonomi juga tidak berdasarkan basis sosial lagi sehingga pemenuhan kepuasan yang bersifat individual semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Pergerakan mahasiswa yang tujuan awalnya merupakan penempatan nilai-nilai intelektualitas karena dilatarbelakangi oleh nilai-nilai akademik harusnya terbuka mengenai hal ini. Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan penggunaan teknologi sebagai alat penunjang perekenomian ataupun kepekaan terhadap realitas ekonomi yang sesungguhnya demi mengembalikan kesejarahteraan seluruh umat manusia terutama bangsa Indonesia atau setidak-tidaknya untuk diri sendiri.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_di_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Rusia
Karyanto, I. (1997). Realisme Sosialis George Lukacs. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kurniawan, E. (2021). Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.