Konten dari Pengguna

Bedah Makna Cinta Ketenaran dan Harta

Muhammad Fathul Husein
Mahasiswa Program Studi Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
13 Juni 2024 6:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Fathul Husein tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cinta harta dan pangkat dapat merusak agama seseorang lebih parah daripada kerusakan yang dilakukan oleh dua ekor serigala lapar yang dilepas di kandang kambing. Penasaran dengan judul yang akan di bahas, mari kita sama-sama cari tahu makna sesungguhnya dari cinta ketenaran dan harta tersebut.
Sumber : istockphoto
Mencintai dan selalu mengejar harta dan ketenaran termasuk perkara yang sangat tercela. Dalam hal ini, Allah swt berfirman:
ADVERTISEMENT
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِ ي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (3)
Artinya: "Negeri akhirat (yang bahagia) itu Kami peruntukkan bagi orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di bumi dan menginginkannya, dan akibat (yang baik adalah) bagi orang-orang yang bertakwa." (Qs. al-Qashash ayat : 83).
Jadi barangsiapa yang kuat keinginannya untuk memperoleh harta dan pangkat untuk mencari kedudukan dan penghormatan di hati orang lain, berarti ia telah menjerumuskan dirinya pada bencana yang besar. Diantaranya seperti takabur, riya, berpura-pura, mencari muka, tidak merendah diri dihadapan kebenaran dan orang- orangnya, tidak senang menutup diri dan masih banyak bencana lainnya.
Bagi penulis ketika seseorang memiliki ambisinya kuat dalam mengejar harta berarti ia telah jatuh dalam mara bahaya yang besar dan bencana yang berat, kecuali jika Allah swt berkenan menyelamatkan dan menjaganya dengan rahmat-Nya.
ADVERTISEMENT
Adapun Sifat tercela itu sendiri dari sebuah cinta harta dan pangkat adalah ambisi dan usaha yang kuat dalam mengejarnya, bahkan terkadang seseorang mencarinya dan berusaha memperolehnya dengan cara apapun yang sah maupun yang tidak sah. Sehingga kedua hal ini menyibukkannya dari meluangkan diri untuk beribadah dan mengingat Allah swt. Hal ini sebagaimana yang banyak terjadi pada sebagian orang yang terkena fitnah dunia dan lalai dari Allah swt. Semoga penulis dan para pembaca tidak termasuk golongan tersebut aamiin.
Tetapi jika seseorang yang mencarinya dengan niat yang baik untuk kepentingan akhiratnya, menjaga agama dan dirinya dari kedzaliman orang lain atau mengemis kepada orang lain. Maka hal ini tidak membuatnya lalai dari menonton dan mengingat Allah swt juga tidak menghilangkan ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah swt, maka hal ini semua tidak menjadikannya salah atau berdosa, insya Allah.
ADVERTISEMENT
Ringkasnya, sedikitnya keinginan untuk memperoleh harta dan pangkat dan tidak mengejarnya itu lebih selamat, lebih mendekati ketakwaan dan lebih meniru jejak para alim ulama. Pesan dari penulis untuk kita semua, semoga kita terhindar dari sifat jelek seperti hasad, hasud, iri, dengki, takabur, serta senantiasa berbuat sesuatu dalam kebaikan.
Banyak sekali di era modern pada saat ini yang sangat melekat sekali dengan pembahasan artikel judul ini tentang cinta dan harta keduanya saling berhubungan.