Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Big Data Bikin Go-Jek Bisa Ketahui Kebiasaan Pengguna
15 September 2017 19:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Big data diibaratkan sebagai tambang minyak di industri teknologi. Perusahaan mana pun yang berhasil mengolahnya dengan baik akan mendapatkan keuntungan, dan membantu dalam menyusun strategi serta mengambil keputusan bisnis.
ADVERTISEMENT
Big data sendiri adalah kumpulan data mentah, yang dapat dianalisis secara komputasi untuk mengungkapkan pola dan tren, terutama yang berkaitan dengan perilaku dan interaksi manusia.
Salah satu perusahaan teknologi dalam negeri yang berhasil memanfaatkan big data adalah Go-Jek, penyedia layanan on-demand berbagai kebutuhan, mulai dari transportasi motor atau mobil, antar barang, pemesanan makanan, dan lain sebagainya.
Dari big data ini Go-Jek bisa melihat perilaku kebiasaan pengguna mereka, dalam hal ini konsumen dan mitra pengemudi, yang nantinya akan diolah dan dianalisis agar menjadi informasi yang berfaedah untuk organisasi.
Di Go-Jek, tugas ini diserahkan kepada divisi business intelligence yang beranggotakan 46 orang. Di dalamnya juga termasuk tim pertumbuhan.
Crystal Widjaja, salah satu orang yang berada dalam tim business intelligence, bercerita kepada kumparan (kumparan.com) tentang peran penting big data dalam membangun bisnis perusahaannya.
Semua data diamatinya dan diolah sedemikian rupa untuk memastikan tim dari divisi lain mendapatkan pasokan data yang tepat guna memantapkan langkah strategis yang diprioritaskan.
ADVERTISEMENT
"Kami selalu melihat semua data untuk memastikan semua produk punya data yang tepat untuk meningkatkan strategi dari produk tersebut," kata Crystal, yang menjabat posisi Senior Vice President Business Intelligence Go-Jek, saat berkunjung ke kantor kumparan pada Rabu (13/9). "Jadi kami selalu menyediakan insight ini ke tim bisnis agar mereka bisa menentukan fitur mana yang diprioritaskan, produk apa yang harus dibuat berdasarkan data ini."
Segala interaksi yang dilakukan pengguna dalam aplikasi mereka bisa diketahui dalam big data, mulai dari tombol apa yang biasa ditekan pengguna, bagaimana alur yang dilakukan pengguna untuk menyelesaikan pesanan, hingga bagaimana pengguna mencari merchant favorit di Go-Food.
Olah data dan analisis data ini tidak hanya di bagian pengguna, tetapi juga pada bagian mitra pengemudi. Go-Jek melakukan sejumlah langkah untuk membantu mitra meningkatkan kesejahteraan, dan salah satu langkah nyata yang telah diberikan adalah Program Swadaya untuk para mitra.
ADVERTISEMENT
North Star Metric: Tujuan Utama
Dalam menganalisis semua data, Crystal dan tim sangat fokus mengandalkan North Star Metric, sebuah ukuran matriks tunggal berupa tujuan utama dalam bisnis.
Tidak ada rumus pasti dalam menentukan North Star Metric ini, karena kebutuhan startup atas tujuan utamanya berbeda-beda. Go-Jek sendiri telah menentukan North Star Metric mereka, yaitu: menuntaskan transaksi.
Untuk mencapai tujuan utama, Crystal berkata memang sangat penting untuk mengamati data yang tersedia, tetapi semua data itu harus memberi efek pada tujuan utama. Berbagai produk yang tersedia di Go-Jek pun akan memiliki matriks yang berbeda, tetapi itu semua harus mendorong pengguna untuk menyelesaikan transaksi.
"Terkadang ada banyak data yang membuat kamu tidak tahu mau memutuskan apa. Jadi, sangat penting untuk tetap fokus untuk inti North Star Metric yang kamu tetapkan dan fokus di situ saja," terang Crystal.
ADVERTISEMENT
Cara tim business intelligence dalam bekerja ini telah mendorong pertumbuhan pesat di Go-Jek yang kini bernilai lebih dari 3,75 miliar dolar AS dan ini mencerminkan produk mereka semakin disukai pengguna.
Cara Go-Jek mengolah big data ini sudah seharusnya dicontoh oleh startup teknologi lainnya yang ada di Indonesia agar bisa menghasilkan pertumbuhan di tengah era data-centric.