Konten dari Pengguna

Mickey-17: Refleksi Moral di Balik Petualangan Luar Angkasa

Muhammad Filbert Prasetya
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
28 April 2025 14:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Filbert Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mickey-17 dan kloningannya  (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey-17)
zoom-in-whitePerbesar
Mickey-17 dan kloningannya (dok. Warner Bros. Pictures/Mickey-17)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian membayangkan bagaimana jika manusia hidup di planet lain dan bisa menduplikat dirinya?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan itu muncul ketika saya menonton film Mickey-17, film fiksi ilmiah yang bukan hanya seru, tapi juga mengajak penonton untuk berpikir. Film ini diadaptasi dari novel Mickey7 karya Edward Ashton dan disutradarai oleh Bong Joon-ho, yang sebelumnya sukses lewat Parasite dan Snowpiercer.
Mickey-17 adalah film yang mengisahkan perjalanan Mickey Barnes, seorang pria yang mengalami kesulitan ekonomi dan memutuskan untuk memulai kehidupan baru di sebuah kapal luar angkasa yang dipimpin oleh politisi gagal bernama Kenneth Marshall dan istrinya, Ylfa. Mickey akhirnya tergabung dalam misi eksplorasi ke planet baru bernama Niflheim.
Tanpa disadari, pekerjaan yang ia pilih ternyata sangat tidak manusiawi. Ia dijadikan Expendable atau kelinci percobaan yang harus menjalankan tugas-tugas berbahaya. Jika dalam misi ia gagal atau mati, maka akan dibuat kloningan atau kembaran Mickey untuk menggantikan perannya.
ADVERTISEMENT
Setelah menjalani 16 misi dan akhirnya tewas, muncul kloning ke-17 yang disebut Mickey-17. Ia berhasil menyelesaikan misinya, namun masalah baru muncul karena Mickey-18 sudah lebih dulu diaktifkan. Alhasil Mickey-17 harus berjuang menghadapi kloning berikutnya yang karakternya sangat berbeda dari dirinya.
Akting pemeran Mickey menakjubkan karena berhasil menunjukkan dua kepribadian berbeda dari tokoh yang sama. Mickey-17 digambarkan lebih tenang dan berpikir panjang sedangkan Mickey-18 terlihat lebih tegas dan sedikit agresif. Salah satu adegan yang membekas adalah saat mereka saling bertatapan dan berdebat tentang siapa yang lebih layak untuk hidup. Perbedaan cara bicara dan sikap itu membuat penonton mudah membedakan keduanya, meskipun secara fisik mereka identik sama.
Karakter Kenneth Marshall, si pemimpin misi juga cukup bagus. Ia digambarkan sebagai sosok otoriter yang suka memaksakan keputusan tanpa mempertimbangkan etika. Ia bahkan tidak ragu menghapus memori kloning jika dianggap membangkang. Karakter ini mengingatkan pada bagaimana di dunia nyata kadang ada orang yang hanya ingin dituruti kehendaknya tanpa memperdulikan perasaan atau pendapat orang lain.
ADVERTISEMENT
Dari sisi tampilan, Mickey-17 memiliki visual yang mendukung cerita. Planet Niflheim digambarkan dengan warna-warna gelap seperti biru dan abu-abu yang membuat tempat itu terasa dingin dan tidak nyaman. Salah satu adegan yang paling terasa adalah saat Mickey berjalan sendirian di lorong es yang sepi dan gelap. Suara langkah dan napasnya terdengar jelas dan itu membuat suasana benar-benar sunyi dan menegangkan. Adegan ini membuat penonton ikut merasakan rasa kesepian dan keterasingan yang dialami Mickey.
Bagian dalam kapal juga digambarkan sangat sederhana, kaku, dan dipenuhi peralatan canggih. Meskipun para kru sering berinteraksi, suasananya tetap terasa dingin dan jauh dari kesan hangat atau akrab. Secara keseluruhan visual film ini bukan hanya sekadar hiasan, tapi juga ikut menyampaikan perasaan dan suasana dalam cerita.
ADVERTISEMENT
Yang membuat film ini berbeda dari film luar angkasa lainnya adalah pesan yang disampaikan. Film ini mengajak kita berpikir jika teknologi semakin canggih, apakah manusia masih punya nilai? Apakah kita tetap jadi manusia kalau kita bisa dikloning berkali-kali? Dan siapa yang berhak menentukan hidup atau matinya seseorang?
Walaupun ini film fiksi, ceritanya terasa cukup dekat dengan kenyataan. Di zaman sekarang, teknologi berkembang sangat cepat. Tapi kalau tidak digunakan dengan hati-hati, manusia bisa kehilangan sisi kemanusiaannya. Film ini memberikan peringatan halus agar kita tidak sampai menjadi “alat” yang hanya digerakkan oleh sistem.
Mickey-17 sangat cocok ditonton oleh orang yang menyukai cerita dengan makna mendalam. Bagi mereka yang suka film yang menantang pikiran dan menyentuh isu etika dan moral maka film ini sangat saya rekomendasikan. Namun, bagi yang lebih menyukai hiburan ringan, film ini mungkin terasa agak berat.
ADVERTISEMENT
Setelah menonton Mickey-17 muncul perasaan campur aduk. Di satu sisi, film ini menyenangkan karena punya cerita yang unik dan visual yang menarik. Tapi di sisi lain, film ini juga meninggalkan rasa tidak nyaman karena apa yang diceritakan mungkin saja terjadi di dunia nyata.
Bagi saya pribadi film ini membuat saya lebih sadar bahwa teknologi seperti pisau bermata dua, memang bisa membantu tapi juga bisa menghapus sisi manusia jika tidak digunakan dengan bijak.