Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menjaga Identitas Agama di Era Multikultural Menurut Amin Abdullah
15 Desember 2020 5:22 WIB
Tulisan dari Muhammad Firhan Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam macam suku bangsa, ras, adat-istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda-beda. Tetapi dari perbedaan tersebut kita tetap bisa saling hidup secara berdampingan, saling menghormati, dan mampu bertoleransi tanpa memandang suku, ras, adat-istiadat, budaya, dan agama. Dengan banyaknya keanekaragaman yang ada di Indonesia, bangsa Indonesia juga disebut dengan bangsa multikultural. Lantas, apa itu arti dari multikultural?
ADVERTISEMENT
Multikultural sendiri memiliki 3 (tiga) kata yaitu masyarakat, multi, dan kultural (dikutip dari situs resmi Kementrerian Pendidikan dan Kebudayaan RI). Masyarakat memiliki arti suatu perkumpulan manusia yang luas yang terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Multi yang berarti beraneka macam/beragam atau banyak. Sedangkan kultural memiliki arti yaitu budaya.
Secara sederhana, multikultural memiliki arti suatu masyarakat di dalam sebuah kelompok yang mengedepankan keragaman suku bangsa, ras, etnik, kebudayaan, dan agama dalam satu kesederajatan yang sama.
Terciptanya multikultural di Indonesia tidak semerta-merta langsung ada, akan tetapi akibat dari kondisi/keadaan sosial secara kultural dan keadaan geografis yang begitu beragam dan luas. Adapun beberapa faktor penyebab dari multikultural di Indonesia salah satunya adalah banyaknya penduduk yang ada di Indonesia yang memiliki beribu-ribu latar belakang, sejarah dan keadaan sosial membuat Indonesia memiliki banyak kultur budaya.
ADVERTISEMENT
Disini, saya akan membahas tentang cara menjaga identitas agama di era multikultural yang ada di Indonesia menurut pandangan atau perspektif dari Prof. M. Amin Abdullah.
Sebelum saya membahas lebih jauh tentang multikultural menurut Prof. M. Amin Abdullah, terlebih dahulu saya akan memberitahu sedikit informasi atau biodata tentang beliau.
Prof. M. Amin Abdullah lahir di Margomulyo, Tayu Pati, Jawa Tengah pada tanggal 28 Juni 1953. Beliau merupakan seorang filsuf, ilmuwan, pakar hermeneutika dan cendekiawan muslim Indonesia. (Wikipedia). Beliau juga pernah menjabat selama 2 periode (2005-2010) menjadi rektor di Universitas Islam Negeri Yogyakarta dan juga aktif sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 2000 sampai 2005. Pemikiran beliau sudah dituangkan melalui beberapa karya, diantaranya adalah: The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant (Disertasi, 1992), Falsafah Kalam di Era Postmodernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Studi Agama: Normativitas atau Historias (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), Dinamika Islam Kultural: Pemetaan atas Wacana Keislaman Kontemporer (Bandung, Mizan, 2000), Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam (Bandung: Mizan, 2002), Rekonstruksi Metodologi Ilmu-ilmu Keislaman (Suka-Press IAIN Sunan Kalijaga, 2003), Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligiis (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005), Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-integrkonektif (Pustaka Pelajar, 2006), Re-strukturisasi Metodologi Islamic Studies Mazhab Yogyakarta (Suka Press IAIN Sunan Kalijaga, 2007), Agama, Ilmu dan Budaya: Paradigma Integrasi-interkoneksi Keilmuan (Pidato Pengukuhan Anggota AIPI, 2013).
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, agama selalu mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik, bertoleran, dan saling mencintai terhadap sesama manusia meskipun di setiap orang memiliki background-nya masing-masing. Sama halnya dengan multikultural, kita selalu diajarkan untuk selalu menghormati, menghargai, mencintai, dan yang paling penting adalah bertoleransi antar sesama manusia meskipun kita memiliki latar belakang, suku, ras, atau agama yang berbeda.
Di dalam sebuah tongkrongan, ataupun organisasi, wajiblah kita untuk selalu mempunyai rasa saling menghormati dan bertoleransi kepada sesama manusia agar tidak terjadi perpecahan dan konflik yang berlanjut.
Menurut Prof. M. Amin Abdullah, di Indonesia, terdapat banyak agama sehingga bisa dikatakan bahwa Indonesia juga merupakan negara multikultural-multireligius. Pastilah terdapat persoalan antar sosial keagamaan, dan masalah hubungan sosial antar umat beragama yang kompleks ini telah dirasakan oleh semua masyarakat, mulai dari guru, orang tua dan tokoh agama. Masing-masing agama saling berpendapat bahwa agama merekalah yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Cara yang paling efisien agar bisa menjaga multikulturalisme di Indonesia adalah dengan memiliki ilmu pengetahuan. Begitu tutur Prof. M. Amin Abdullah. Menurut beliau, cara untuk mempertahankan tradisi dan identitas keagamaan adalah melalui jalur pendidikan. Karena dengan diterapkannya ilmu pengetahuan, kita lebih bisa menghormati dan mudah untuk bertoleransi baik di sesama maupun berbeda agama.
Media yang paling efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki perspektif yang mampu mengapresiasikan sebuah keanekaragaman adalah melalui pendidikan. Dengan adanya ilmu pengetahuan, kita dapat meneruskan, melanggengkan, mengawetkan, dan mengonservasi tradisi atau kebudayaan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Di era multikultural sekarang, ilmu pengetahuan sudah seharusnya menjadi sarana media untuk membentuk sifat-sifat yang positif terhadap kehiudpan kita yang memiliki berbagai ragam budaya dan agama. Sikap untuk menghargai dan bertoleransi harus dimiliki masyarakat Indonesia, karena sifat ini berawal dari pemahaman untuk menerima, mengakui, dan menghargai orang dengan latar belakang yang berbeda. Apa pun aliran atau agamanya, patutnya kita makhluk tuhan memiliki hak yang sama untuk hidup di bumi ini. Penanaman sikap dan nilai-nilai yang baik inilah yang akan menjadikan kita memiliki rasa bertoleransi dan saling menghormati antar agama guna terciptanya multikultural tanpa adanya konflik.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa Pendidikan adalah kekuatan yang sangat kuat bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga status negara multikultural-multireligius ini. Seperti kata pepatah, ibarat seperti padi yang kian berisi kian merunduk. Semakin banyak kita mengumpulkan ilmu pengetahuan, maka rasa untuk saling menghormati dan bertoleransi kian tumbuh.