Konten dari Pengguna

Geolistrik Resistivitas sebagai Metode Identifikasi Sinkhole

Muhammad Firman Maulana
Sains Asyik FGMI - Geophysics Mahasiswa Program Studi Fisika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Penggiat Sains, Alam, Seni, Budaya dan Teknologi
7 Agustus 2021 8:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Firman Maulana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo kawan-kawan, lama rasanya tidak berjumpa online via artikel di kumparan ini ya. Terimakasih untuk yang selalu menanti update dari penulis. Pada jumpa setelah cukup lama rehat, penulis ingin membahas terkait geolistrik resistivitas sebagai metode identifikasi sinkhole.
Prinsip kerja metode geolistrik resistivitas.
zoom-in-whitePerbesar
Prinsip kerja metode geolistrik resistivitas.
Sebelum masuk ke inti materi, kita penyegaran dasar dulu ya. Geolistrik atau juga dikenal dengan geoelectrical adalah salah satu metode geofisika yang memiliki cukup banyak jenisnya, salah satunya adalah resistivitas. Geolistrik resistivitas ini memiliki prinsip kerja yaitu dengan menginjeksikan atau memasukan arus listrik ke dalam permukaan bumi, selanjutnya arus listrik tersebut akan melewati lapisan batuan dan didapatkan juga pembacaan hasil beda potensial. Dari data arus listrik dan beda potensial yang didapatkan selanjutnya akan dihitung parameter-parameter lainnya seperti resistansi, resistivitas, dan lain sebagainya. Parameter-parameter yang telah didapat dari hasil perhitungan selanjutnya akan menjadi bahan untuk pengolahan data dan analisis data ada atau tidaknya sinkhole di suatu kawasan.
ADVERTISEMENT
Sinkhole adalah amblesan yang disebabkan oleh adanya rongga atau goa bawah tanah. Biasanya sinkhole akan terbentuk pada kawasan yang didominasi oleh batu gamping(limestone) atau bisa kita sebut dengan bentang alam karst. Menurut peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst, karst adalah bentang alam yang terbentuk akibat pelarutan air pada batu gamping dan atau dolomit.
Proses pembentukan sinkhole/sumber: https://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/sinkhole/
Proses pembentukan sinkhole 2/sumber: https://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/sinkhole/
Menurut ahli geologi, sinkhole terbentuk dari medan karst, yaitu wilayah dimana batuan dasar terlarut dengan air bawah tanah. Area karst dicirikan dengan fitur spesifik yang tidak ada ditempat lain; mata air, gua, sungai kering yang kehilangan air bawah tanah, dan lubang pembuangan. Dalam studi kasus yang akan kita bahas kali ini, bersumber dari penelitian Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM yang dipresentasikan dalam acara Knowledge Sharing yang diadakan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) pada hari selasa, 3 agustus 2021 melalui platform zoom meeting.
ADVERTISEMENT
Studi kasus identifikasi sinkhole menggunakan metode geolistrik resistivitas dilakukan di daerah Pecatu, Bali dengan 5 lintasan survei. Identifikasi ini diperlukan sebagai bahan acuan dalam pembangunan villa di kawasan Pecatu, hal ini diperlukan karena dikhawatirkan akan adanya rongga bawah tanah atau sinkhole. Keberadaan sinkhole tersebut tentunya akan menjadi suatu bahaya apabila dibangun villa diatasnya karena berpotensi rawan akan amblesan, untuk itu identifikasi ini harus dilakukan.
Berikut adalah hasil analisis dari pengolahan data yang telah dilakukan oleh Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM

Hasil Uji Geolistrik Resistivitas Lintasan 1

Lintasan 1 uji geolistrik resistivitas/sumber: PPT Webinar Knowledge Sharing oleh Persatuan Insinyur Indonesia(PII), 3 Agustus 2021 - Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM
Pada bagian permukaan nampak resistivitas kecil yang menandakan batuan aluvium(tanah) dalam kondisi basah setelah diguyur hujan. Kondisi ini sesuai dengan pengamatan bahwa di bagian atas tanahnya basah dan berlumpur akibat hujan sebelum pengukuran dilakukan. Lebih ke bawah lagi, gambar warna kuning dan oranye merupakan lapisan batu gamping(limestone) yang telah menyerap air sehingga resistivitasnya menurun. Bagian yang lebih di bawah dengan resistivitas lebih tinggi(sekitar 2178 ohm.m) merupakan batu gamping yang lebih keras. Namun di dekat ujung A terlihat adanya batu gamping yang mengalami retakan. Bagian bawah terlihat adanya batu gamping dengan resistivitas yang lebih rendah(sekitar 1092 ohm.m) diduga batu gamping yang dipengaruhi oleh air hujan. Tidak terlihat adanya sinkhole(rongga).
ADVERTISEMENT

Hasil Uji Geolistrik Resistivitas Lintasan 2

Lintasan 2 uji geolistrik resistivitas/sumber: PPT Webinar Knowledge Sharing oleh Persatuan Insinyur Indonesia(PII), 3 Agustus 2021 - Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM
Kasusnya sama dengan di lintasan 1. Pada bagian permukaan nampak resistivitas kecil yang menandakan batuan aluvium(tanah) dalam kondisi basah setelah diguyur hujan. Kondisi ini sesuai dengan pengamatan bahwa di bagian atas tanahnya basah dan berlumpur akibat hujan sebelum pengukuran dilakukan. Lebih ke bawah lagi, gambar warna kuning dan oranye merupakan lapisan batu gamping(limestone) yang telah menyerap air sehingga resistivitasnya menurun. Bagian yang lebih di bawah, masih merupakan batu gamping yang lebih keras. Dekat ujung C, dengan resistivitas lebih tinggi(sekitar 5672 ohm.m) merupakan batu gamping yang lebih tiris dari pada batu gamping di daerah D. Antara ujung C dengan ujung D terlihat adanya perbedaan resistivitas, adanya perbedaan ini diduga sebagai adanya retakan. Tidak terlihat adanya sinkhole(rongga).
ADVERTISEMENT

Hasil Uji Geolistrik Resistivitas Lintasan 3

Lintasan 3 uji geolistrik resistivitas/sumber: PPT Webinar Knowledge Sharing oleh Persatuan Insinyur Indonesia(PII), 3 Agustus 2021 - Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM
Kasusnya sama dengan di lintasan 1 dan 2. Pada bagian permukaan nampak resistivitas kecil yang menandakan batuan aluvium(tanah) dalam kondisi basah setelah diguyur hujan. Kondisi ini sesuai dengan pengamatan bahwa di bagian atas tanahnya basah dan berlumpur akibat hujan sebelum pengukuran dilakukan. Lebih ke bawah lagi, gambar warna kuning dan oranye merupakan lapisan batu gamping(limestone) yang telah menyerap air sehingga resistivitasnya menurun. Bagian yang lebih di bawah, masih merupakan batu kapur yang lebih keras. Dekat ujung E, dengan resistivitas lebih tinggi(sekitar 4979 ohm.m) merupakan batu gamping yang lebih tiris dari pada batu kapur di daerah F. Antara ujung E dengan ujung F terlihat adanya perbedaan resistivitas yang diduga dekat bagian E adanya retakan pada bagian batu gamping. Bagian E resistivitasnya merata diduga sebagai lapisan batu gamping yang masih kompak. Tidak terlihat adanya sinkhole(rongga).
ADVERTISEMENT

Hasil Uji Geolistrik Resistivitas Lintasan 4

Lintasan 4 uji geolistrik resistivitas/sumber: PPT Webinar Knowledge Sharing oleh Persatuan Insinyur Indonesia(PII), 3 Agustus 2021 - Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM
Kasusnya sama dengan di lintasan 1, 2 dan 3. Pada bagian permukaan nampak resistivitas kecil yang menandakan batuan aluvium(tanah) dalam kondisi basah setelah diguyur hujan. Kondisi ini sesuai dengan pengamatan bahwa di bagian atas tanahnya basah dan berlumpur akibat hujan sebelum pengukuran dilakukan. Bagian yang lebih di bawah, masih merupakan batu gamping yang lebih keras. Dekat ujung G, dengan resistivitas lebih tinggi(antara 1901 – 41339 ohm.m) merupakan batu gamping yang lebih tiris dari pada batu gamping di daerah H. Antara ujung G dengan ujung H terlihat adanya perbedaan resistivitas yang diduga dekat bagian G adanya retakan pada bagian batu gamping. Bagian G resistivitasnya merata diduga sebagai lapisan batu gamping yang masih kompak. Tidak terlihat adanya sinkhole(rongga).
ADVERTISEMENT

Hasil Uji Geolistrik Resistivitas Lintasan 5

Lintasan 5 uji geolistrik resistivitas/sumber: PPT Webinar Knowledge Sharing oleh Persatuan Insinyur Indonesia(PII), 3 Agustus 2021 - Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM
Pada bagian permukaan, kasusnya sama dengan di lintasan 1,2,3 dan 4, nampak resistivitas kecil yang menandakan batuan aluvium(tanah) dalam kondisi basah setelah diguyur hujan. Kondisi ini sesuai dengan pengamatan bahwa di bagian atas tanahnya basah dan berlumpur akibat hujan sebelum pengukuran dilakukan. Lebih ke bawah lagi, gambar warna kuning dan oranye merupakan lapisan batu gamping(limestone) yang telah menyerap air sehingga resistivitasnya menurun. Bagian yang lebih di bawah, masih merupakan batu gamping yang lebih keras. Adanya perbedaan resistivitas pada bagian bawah diduga sebagai batu gamping yang telah mengalami retakan. Tidak terlihat adanya sinkhole(rongga).

Kesimpulan Uji Geolistrik Resistivitas

ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM didapatkan kesimpulan yaitu tidak terdeteksi adanya sinkhole dalam area kajian uji geolistrik resistivitas di kawasan Pecatu, Bali.
ADVERTISEMENT
Demikian kawan-kawan hasil analisis yang telah dilakukan oleh Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM. Kawan-kawan sekalian pasti masih penasaran bagaimana hasil pengolahan data jika pada area kajian terdapat sinkhole kan ? Jadi jika dalam area kajian terdapat sinkhole maka hasil pengolahan data akan menunjukan warna dengan nilai resistivitas yang sangat tinggi. Hal tersebut terjadi karena sinkhole atau rongga atau goa bawah tanah berisi udara, jika kita melihat pada beberapa sumber acuan untuk nilai resistivitas, banyak sekali yang memberikan simbol tak terhingga untuk nilai resistivitas udara dikarenakan nilainya yang memang sangat tinggi.
Sekian kawan-kawan jumpa kita dalam artikel kali ini. Semoga artikel ilmiah dengan bahan dasar penelitian Dr. Ir. Drs. I Nengah Simpen, M.Si, IPM ini dapat bermanfaat bagi kawan-kawan semua dalam memahami bagaimana mengidentifikasi sinkhole menggunakan metode geolistrik resistivitas. Terimakasih kawan-kawan, sampai jumpa di artikel selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Referensi: