Konten dari Pengguna

Literasi Indonesia, Krisis yang Mengancam Masa Depan Bangsa

muhammad gumilang
Gumilang adalah mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki minat besar dalam bidang pendidikan. Berkomitmen pada pengembangan diri dan kontribusi sosial, saya aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan yang mendukung literasi & pengabdian.
1 Januari 2025 15:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari muhammad gumilang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
oleh Muhammad Gumilang Yusamsi
Ilustrasi anak-anak membaca buku (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak-anak membaca buku (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/)
Ketika skor literasi membaca Indonesia dalam studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 merosot ke angka 359 poin, kita seharusnya mulai waspada. Skor ini menempatkan Indonesia jauh di bawah rata-rata global, mencerminkan darurat literasi yang terus berulang. Padahal, kemampuan membaca adalah fondasi utama untuk membangun generasi unggul dan mencetak bangsa yang berdaya saing di tingkat global.
ADVERTISEMENT
Namun, kenyataannya budaya membaca di Indonesia semakin tergerus. Generasi muda, terutama Gen Z, lebih memilih menggulir layar media sosial ketimbang membuka buku. Teknologi yang seharusnya menjadi alat pendukung literasi justru berperan sebagai pengalih perhatian. Ironisnya, platform digital kini sering kali dipenuhi konten dangkal yang tidak memperkaya wawasan.
Apa Penyebab Rendahnya Literasi?
Rendahnya minat baca di Indonesia tidak berdiri sendiri, tetapi disebabkan oleh berbagai faktor:
ADVERTISEMENT
Dampak Rendahnya Literasi
Rendahnya tingkat literasi tidak hanya memengaruhi kemampuan individu dalam memahami informasi, tetapi juga berdampak luas pada kehidupan sosial dan ekonomi bangsa. Hasil studi menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat literasi rendah cenderung kesulitan mendapatkan pekerjaan berkualitas dan kurang terlibat dalam aktivitas produktif.
Lebih dari itu, literasi yang rendah juga membuka peluang penyebaran hoaks yang semakin meluas, karena masyarakat tidak mampu menyaring informasi dengan baik.
Langkah Menuju Solusi
Krisis literasi ini membutuhkan keterlibatan semua pihak. Berikut beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan:
ADVERTISEMENT
Di tingkat komunitas, gerakan literasi seperti "Taman Bacaan Masyarakat" (TBM) atau perpustakaan keliling juga perlu diperluas. Program ini telah terbukti efektif meningkatkan minat baca di beberapa wilayah.
Mari Jadi Generasi Pelaku Perubahan
Pertanyaannya, apakah kita ingin menjadi generasi penonton atau pelaku perubahan? Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga tentang memahami dunia dan menciptakan solusi atas tantangan yang dihadapi.
Mulailah dari hal kecil. Gantilah waktu menggulir media sosial dengan membaca satu buku per bulan. Mari jadikan literasi sebagai budaya, bukan sekadar kewajiban. Masa depan bangsa ada di tangan kita.