Konten dari Pengguna
Kedai Kopi: Ngopi Itu Budaya, Bukan Cuma Gaya Hidup
25 Agustus 2025 14:41 WIB
·
waktu baca 6 menit
Kiriman Pengguna
Kedai Kopi: Ngopi Itu Budaya, Bukan Cuma Gaya Hidup
Ngopi bukan sekadar gaya hidup, tapi budaya yang menyatukan. Dari warung desa hingga kafe modern, kopi hadir sebagai ruang sosial, tradisi, dan refleksi hidup.Muhammad Gumilar Mulyana
Tulisan dari Muhammad Gumilar Mulyana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kedai kopi telah menjamur di Indonesia saat ini. Mulai dari kota besar hingga pelosok desa, hampir terdapat tempat ngopi dengan berbagai konsep. Ada tempat ngopi yang sederhana berbentuk warung di pinggir jalan, ada juga tempat ngopi yang berdesain estetik dengan sentuhan aroma biji kopi dari mesin espressonya.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian kalangan, ngopi merupakan sebuah gaya hidup. Kalangan anak muda biasanya menjadikan tempat ngopi sebagai tempat nongkrong atau sekadar untuk berfoto ria mengisi "instastory" media sosialnya. Namun, apabila dicermati lebih dalam, ngopi sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas dari sekadar nongkrong dan berfoto ria. Ngopi merupakan budaya yang punya sejarah panjang dan mengandung filosofi kehidupan.
Kopi bukan hanya cairan berwarna hitam di dalam sebuah cangkir. Kopi mengandung cerita perjalanan bangsa, menjadi teman kala berkumpul, dan menjadi teman seseorang kala menikmati jeda kesehariannya.
Sejarah Singkat Perkopian di Indonesia
Sejarah kopi di Indonesia, bermula di abad ke-17. Kopi masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan Belanda. Kala itu, VOC membawa biji kopi asal Yaman, kemudian VOC menanam dan membudidayakannya di sekitar Batavia, hingga akhirnya menyebar ke seluruh wilayah pulau Jawa, Sulawesi, hingga Sumatera.
ADVERTISEMENT
Dalam sekejap saja, kopi khas Indonesia menjadi komoditas ekspor primadona di mancanegara. Bahkan, hingga hari ini, kopi khas Indonesia masih terkenal di mancanegara, contohnya ialah kopi khas dari pulau Jawa, biasanya disebut “Java Coffee”.
Walau pada awalnya kopi hanyalah sebatas komoditas ekonomi, dengan berjalannya waktu, kopi mulai melebur dalam kehidupan bangsa Indonesia. Mulai dari ladang kopi di Toraja, Kintamani, Gayo, hingga Wamena, ladang-ladang itu menghasilkan cita rasa kopi yang khas, yang tak bisa ditemukan di daerah lain. Bermula dari itulah, kopi menjelma bukan hanya sebagai komoditas dagang saja, namun juga menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.
Ngopi Sebagai Tradisi Lama
Tren ngopi bukanlah sesuatu yang baru. Sejak dahulu, ngopi sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia. Di lingkungan pedesaan, orang-orang desa menjadikan kopi sebagai minuman awal untuk memulai aktivitas di pagi hari. Kopi tubruk menjadi kopi favorit untuk memulai aktivitas pagi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kopi menciptakan sebuah budaya khas bagi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, budaya "cangkruk" di Jawa Timur. Budaya "cangkruk" ialah budaya berkumpulnya orang-orang di sebuah warung kopi untuk sekedar berbincang mengenai apa yang ingin dibicarakan, entah itu seputar kabar politik, urusan mata pencaharian, atau bahkan cerita tentang lingkungan kemasyarakatan.
Kesederhanaan yang diperlihatkan warung kopi dengan perpaduan bangku kayu dan gelas kaca berisi kopi hitam, selalu mempunyai daya tarik sendiri di mata masyarakat. Warung kopi bukan hanya sebuah tempat jual beli, melainkan sebuah ruang sosial yang menjadi tempat masyarakat untuk melepas penat, merajut kebersamaan, dan sekadar berbagi cerita. Tradisi ini masih bertahan hingga sekarang, meskipun dengan desain tempat ngopi yang berbeda, namun masih memiliki fungsi yang sama.
ADVERTISEMENT
Ngopi di Era Modern
Pada era modern, kopi mengalami perkembangan hingga menciptakan sebuah “panggung” baru. Kedai-kedai kopi modern (kafe) semakin marak, menawarkan suasana ngopi yang syahdu dan nyaman, disertai dengan desain interior yang memanjakan mata. Dalam hal ini, ngopi bukan lagi sekadar aktivitas minum, namun ngopi merupakan sebuah gaya hidup. Kafe-kafe mulai menjadi tempat untuk mengerjakan tugas kuliah, tempat untuk bekerja, hingga tempat untuk membangun relasi profesional bagi kalangan anak muda.
Selain itu, di era modern, kopi bukan hanya menjadi komoditas ekonomi saja, namun kopi telah menjelma menjadi karya seni. Mulai dari pemilihan biji kopi yang berkualitas, cara sangrai, hingga teknik penyeduhannya, semuanya mempunyai filosofi-filosofi tersendiri. Sehingga, tidaklah mengherankan apabila ada orang yang rela membayar mahal demi menikmati secangkir kopi dengan cita rasa yang khas. Di balik cita rasa yang khas itu, terdapat serangkaian proses panjang yang layak untuk dihargai.
ADVERTISEMENT
Di tengah ramainya tren kopi modern, warung kopi sederhana tetap mendapatkan tempat di lingkungan masyarakat. Bagi sebagian orang, menikmati kopi hitam di warung-warung kopi tradisional terasa lebih nikmat ketimbang menyeruput kopi latte di sebuah kafe. Dua tipe tempat ngopi ini dapat berjalan berdampingan. Hal ini menunjukkan betapa fleksibelnya budaya ngopi di Indonesia.
Ngopi Sebagai Ruang Sosial
Di mana saja tempat ngopinya, kegiatan ngopi hampir selalu punya fungsi utama, yaitu merekatkan hubungan sosial. Aktivitas ngopi mampu menjadi aktivitas yang dapat mengumpulkan orang dari latar belakang berbeda. Sebagai contoh, ketika ngopi di warung kopi pinggir jalan. Kita dapat melihat bagaimana romantisasi sosial antara tukang becak dan pegawai kantoran. Mereka duduk berdampingan dengan santai, tanpa sekat. Kemudian, di kafe-kafe mewah pun demikian. Para anak muda berkumpul dan bercengkrama membicarakan banyak hal menyoal masa depan. Entah itu rencana karir, rencana bisnis, atau bahkan rencana berkeluarga. Semua kalangan pasti merasa bahwa kopi telah menciptakan ruang untuk bercerita tentang berbagai hal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ngopi juga menjadi sarana dalam menciptakan ide-ide baru. Mulai dari komunitas bisnis hingga gerakan-gerakan sosial, mencetuskan ide-idenya melalui obrolan ringan di kedai kopi. Sehingga, tidaklah berlebihan apabila ada pepatah yang mengatakan “ide-ide brilian, lahir dari secangkir kopi”.
Ngopi Sebagai Refleksi Hidup
Selain menciptakan ruang untuk bersosial, kopi mempunyai makna personal bagi sebagian orang. Ada yang menjadikan kopi sebagai teman lembur kerja, ada juga yang menjadikan kopi sebagai teman di kala sepi. Filosofi kopi itu sederhana, ia bisa menjadi pahit dan manis, seperti halnya kehidupan ini.
Setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk menikmati kopi. Ada yang lebih menyukai kopi yang manis dengan tambahan gula berlimpah, namun ada juga yang menyukai kopi hitam pahit tanpa tambahan gula. Perbedaan dalam menikmati kopi itu seperti menggambarkan karakter seorang manusia. Ada yang suka menjalani kehidupan yang ringan dan terkesan manis. Namun, di sisi lain, ada juga yang memilih untuk menghadapi kenyataan hidup yang pahit dan penuh tantangan.
ADVERTISEMENT
Ngopi Sebagai Jendela Kehidupan
Fenomena ngopi di Indonesia bukanlah tren seketika. Ngopi punya akar sejarah, fungsi sosial, hingga kekayaan budaya bagi bangsa Indonesia. Selain itu, ngopi juga menjadi ruang bagi manusia untuk meromantisasi hubungan antar manusia, maupun meromantisasi kala merenungi kehidupan pribadinya.
Jadi, ketika kita menikmati secangkir kopi, sebenarnya kita sedang menyimak dan menikmati sebuah cerita panjang. Mulai dari ladang petani di pelosok desa, tradisi kebudayaan daerah, interaksi sosial di bangku kayu dan meja warung kopi, hingga refleksi pribadi dalam mengarungi kehidupan ini.
Ngopi bukan hanya sekadar gaya hidup semata, namun ia adalah bagian dari perjalanan bangsa Indonesia sekaligus menjadi saksi bisu dari perenungan makna kehidupan pribadi seorang manusia.

