Konten dari Pengguna

Mengenal Conversational Narcissism

Muhammad Hafizh Kurnia
Psychology student at Muhammadiyah University of Surakarta.
10 Oktober 2024 18:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hafizh Kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"me" conversation illustration. kredit: Muhammad Hafizh K/canva
zoom-in-whitePerbesar
"me" conversation illustration. kredit: Muhammad Hafizh K/canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai makhluk sosial, manusia menjadikan komunikasi sebagai alat untuk berbagi informasi satu sama lain baik berupa berita, ilmu pengetahuan sampai cerita sehari-hari. kehidupan manusia tidak pernah lepas dari komunikasi, baik secara verbal, tulisan, maupun melalui simbol seperti karya seni serta bahasa tubuh. Namun, pernahkah kalian menemui seseorang yang selalu membicarakan segala tentang dirinya dan senang memotong obrolan lawan bicaranta? Jika mengalami hal serupa mungkin kalian sedang menghadapi Conversational Narcissism.
ADVERTISEMENT
Conversational Narcissism atau Pembicaraan narsisme merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Charles Derber didalam bukunya berjudul, The Pursuit of Attention: Power and Ego in Everyday Life. Istilah ini digunakannya untuk menggambarkan seseorang yang selalu mendominasi suatu obrolan dengan tujuan mendapat perhatian sebesar mungkin dan tidak tertarik dengan topik obrolan orang lain. Berhadapann dengan para Conversational narcissist merupakan hal yang melelahkan karena mereka menuntut untuk menyimak semua perkataannya dan berharap apresiasi atas hal tersebut. Meski sulit dihadapi, berikut ini adalah tanda-tanda yang bisa kalian diperhatikan.
1. Memonopoli percakapan
Caleste Headlee, penulis buku We Need To Talk: How to Have Conversation That Matter, menyebut conversational narcissist sebagai Hogging the ball atau orang yang selalu memonopoli obrolan. Percakapan yang terjalin tidak lagi terasa seperti komunikasi interpersonal namun monolog. Tidak hanya itu, bentuk monopoli lainnya adalah mereka membatasi topik obrolan hanya pada tema-tema yang mereka ketahui saja untuk menunjukkan dominasi dan superioritas yang coba mereka tampilkan.
ADVERTISEMENT
2. Memotong percakapan
Para conversational narcissist mudah sekali memotong obrolan orang lain secara tiba-tiba dan tidak meminta maaf. Hal ini karena orang dengan sifat narsis memiliki empati yang rendah dan tidak tertarik pada percakapan yang bukan mengenai mereka atau sesuatu yang mereka ketahui.
3. Menyanjung diri sendiri
Para conversational narcissist senang mempresentasikan dirinya sebagai seseorang yang cerdas, berkompeten dan istimewa namun alih-alih demikian orang lain merasa jengah dengan sikap sombong mereka. Mereka terus berbicara mengenai sesuatu yang bahkan tidak relevan dengan topik obrolan hanya untuk membuat dirinya merasa hebat.
Dengan mengenal tanda-tanda diatas kita bisa mencegah diri kita untuk terlibat dalam komunikasi yang kontraproduktif. Perlu diingat juga kecenderungan sifat narsistik bisa juga dimiliki oleh manusia secara umum, tidak selalu merujuk pada ciri NPD (Narcissistic Personality Disorder), karena sifat narsistik merupakan spektrum.
ADVERTISEMENT