Konten dari Pengguna

Kematian Presiden Iran dan Pengaruhnya terhadap Konflik di Timur Tengah

Sahashika Sudantha
Bachelor in International Relations, with a focus on the issues of Palestine, Rohingya, and Indonesia. Currently writing on several platforms.
28 Mei 2024 7:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sahashika Sudantha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi (14 Desember 1960-19 Mei 2024). Foto: desain grafis oleh Muhammad Hafizh Sahashika Sudantha.
zoom-in-whitePerbesar
Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi (14 Desember 1960-19 Mei 2024). Foto: desain grafis oleh Muhammad Hafizh Sahashika Sudantha.
ADVERTISEMENT
Kematian mendadak Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam kecelakaan helikopter mengejutkan banyak pihak baik di dalam maupun luar negeri. Hanya beberapa minggu setelah bentrokan militer yang signifikan dengan Israel, kematian Raisi yang tak terduga menciptakan kekosongan politik dan meningkatkan ketegangan di wilayah yang sudah tidak stabil. Dunia kini bertanya-tanya, bagaimana kematian Raisi akan mempengaruhi dinamika politik Iran dan ketegangan di Timur Tengah?
ADVERTISEMENT

Mengenal Ebrahim Raisi dan Perpolitikan Iran

Untuk memahami dampak kematian Raisi, kita perlu terlebih dahulu mengenal sistem politik Iran dan siapa sebenarnya Ebrahim Raisi. Di puncak kekuasaan Iran, terdapat Pemimpin Tertinggi atau Supreme Leader, diduduki oleh Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang kendali atas semua cabang pemerintahan, militer, rumah ibadah, dan media. Presiden Iran, meskipun memiliki kekuasaan, tetap berada di bawah pengawasan Pemimpin Tertinggi sebagai pemegang kendali eksekutif saja.
Raisi dikenal sebagai sekutu setia Khamenei, tentu dengan pandangan yang sangat konservatif. Karirnya ditandai oleh kesetiaannya kepada rezim dan keterlibatannya dalam menindak para pembangkang politik di masa lalu. Peran Raisi dalam pemerintahan membuatnya menjadi tokoh sentral dalam membentuk sikap konfrontatif Iran terhadap negara-negara tetangga dan dalam permainan geopolitik yang lebih luas di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Kematian Raisi menciptakan kekosongan kekuasaan yang signifikan di Iran. Tantangan terbesar saat ini adalah menemukan pengganti yang bisa menjaga stabilitas dan mendukung visi Pemimpin Tertinggi. Ketidakpastian ini bisa memberdayakan politisi muda yang lebih radikal, terutama dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), untuk mendapatkan pengaruh lebih besar.
IRGC, sebagai kekuatan yang sangat berpengaruh dalam politik Iran, mungkin akan mendorong kebijakan yang bisa jadi jauh lebih agresif. Di dalam negeri, ini bisa berarti peningkatan represi saat para pemimpin baru berusaha untuk mengonsolidasikan kekuasaan mereka. Kesulitan ekonomi dan ketidakpuasan luas di kalangan masyarakat telah memicu protes dan seruan untuk reformasi, menambah lapisan kompleksitas bagi kepemimpinan yang baru.
Pertarungan kekuasaan ini bukan hanya tentang mencari presiden baru; ini juga tentang posisi untuk suksesi Ayatollah Khamenei. Raisi adalah kandidat utama untuk peran tersebut, dan kematiannya meninggalkan kekosongan besar. Pertarungan sebenarnya adalah perebutan posisi Pemimpin Tertinggi, dengan IRGC kemungkinan memainkan peran yang sangat menentukan. Siapa pun yang muncul sebagai pemenang akan membutuhkan dukungan IRGC, yang semakin memperkuat pengaruhnya dalam politik Iran.
ADVERTISEMENT

Efek Domino pada Konflik Timur Tengah

Kematian mendadak Presiden Raisi telah menjerumuskan Iran ke dalam ketidakpastian politik. Negara ini menghadapi perebutan kekuasaan yang kompleks yang akan membentuk masa depannya selama bertahun-tahun mendatang. Secara domestik, kepemimpinan baru seharusnya dapat mengatasi masalah ekonomi dan sosial untuk menjaga stabilitas. Secara internasional, kebijakan regional Iran akan menjadi kunci dalam menentukan tingkat ketegangan atau kerja sama di berbagai isu Timur Tengah.
Kematian Raisi dan kekosongan kekuasaan yang ditinggalkannya bisa mempengaruhi dinamika politik di Timur Tengah secara signifikan. Iran telah lama mendukung kelompok militan seperti Hamas dan Hezbollah, yang menentang Israel. Iran yang lebih fokus pada ambisi geopolitiknya mungkin akan meningkatkan dukungan terhadap kelompok-kelompok ini, meningkatkan ketegangan dan kekerasan di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi Israel, perubahan ini bisa menjadi ancaman serius. Israel mungkin merasa perlu mengambil tindakan militer preemptif untuk mencegah ancaman yang semakin besar dari Iran. Peningkatan dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok anti-Israel bisa memperburuk situasi di Lebanon, Gaza, dan sekitarnya, semakin mengacaukan upaya perdamaian di Timur Tengah.
Dampak kematian Raisi juga dapat mempengaruhi konflik Israel-Palestina. Iran yang telah lama menjadi pendukung setia Palestina, memberikan bantuan finansial dan militer kepada kelompok-kelompok seperti Hamas. Dengan kekosongan kekuasaan di Iran, dukungan ini bisa meningkat sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan dan pengaruh di kawasan tersebut.
Ini bisa menyebabkan peningkatan bentrokan antara Israel dan kelompok-kelompok Palestina, memperumit upaya perdamaian yang sudah berjalan lambat. Ketidakstabilan yang meningkat di wilayah ini juga bisa menarik perhatian lebih banyak aktor internasional, semakin memperumit situasi.
ADVERTISEMENT

Potensi Rezim Baru

Masa depan kepemimpinan Iran sangat tidak pasti, dengan perubahan signifikan di cakrawala. Pertarungan suksesi utama adalah untuk peran Pemimpin Tertinggi, dan hasilnya akan membentuk kebijakan Iran selama bertahun-tahun mendatang. Ada kemungkinan bahwa rezim baru mungkin muncul, baik yang sejalan dengan visi Khamenei atau mengambil arah yang berbeda, mungkin lebih terbuka terhadap reformasi dan keterlibatan dengan Barat.
Pemimpin pragmatis baru mungkin akan berusaha untuk mengurangi represi internal, memperbaiki kondisi ekonomi, dan mengurangi isolasi internasional. Ini bisa melibatkan negosiasi kesepakatan baru dengan Amerika Serikat, mengurangi dukungan untuk milisi anti-Barat, dan memperbaiki hubungan dengan kekuatan regional seperti Arab Saudi dan Mesir. Perubahan seperti itu bisa membawa pencabutan sanksi, peningkatan investasi asing, dan perbaikan ekonomi yang nyata.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika garis keras mengkonsolidasikan kekuasaan, Iran bisa mengadopsi sikap yang lebih agresif baik secara domestik maupun internasional. Ini mungkin melibatkan peningkatan dukungan untuk kelompok militan, dan eskalasi konflik dengan Israel dan musuh regional lainnya. Potensi Iran yang lebih militeristik dan konfrontatif menimbulkan risiko signifikan bagi stabilitas regional dan keamanan global.

Kesimpulan

Saat dunia mengamati, tindakan yang diambil oleh para pemimpin Iran dalam beberapa bulan mendatang akan sangat penting dalam membentuk masa depan negara berpengaruh ini. Apakah Iran bergerak menuju reformasi dan keterlibatan atau menjadi lebih agresif dan konfrontatif akan memiliki implikasi besar bagi Timur Tengah dan sekitarnya. Kematian Ebrahim Raisi menandai momen penting, yang bisa mendefinisikan ulang lanskap geopolitik kawasan ini untuk tahun-tahun mendatang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu, sebab Iran harus melakukan Pemilu secepatnya atau dalam waktu 50 hari setelah kematian tersebut.
ADVERTISEMENT