Konten dari Pengguna

Mengatasi Lingkungan Toxic: Langkah Bijak untuk Menjaga Kesehatan Mental

Muhammad Haikal PA
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8 Desember 2024 16:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Haikal PA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.freepik.com/free-vector/all-lives-matter-gender-racism-concept_8848403.htm#fromView=search&page=1&position=2&uuid=dfcc831a-f66e-4744-8d4d-6f215e3a674e
zoom-in-whitePerbesar
https://www.freepik.com/free-vector/all-lives-matter-gender-racism-concept_8848403.htm#fromView=search&page=1&position=2&uuid=dfcc831a-f66e-4744-8d4d-6f215e3a674e
ADVERTISEMENT
Lingkungan kerja yang toxic dapat menjadi salah satu penyebab utama menurunnya kesehatan mental dan produktivitas karyawan. Lingkungan seperti ini sering kali muncul dalam bentuk komunikasi buruk, kurangnya rasa hormat, atau perilaku yang tidak mendukung. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pemahaman mendalam dan strategi yang efektif. Artikel ini membahas langkah-langkah praktis untuk mengenali, mengelola, dan meninggalkan lingkungan toxic.
ADVERTISEMENT

1. Mengenali Lingkungan Toxic dan Dampaknya pada Kehidupan Anda

Lingkungan toxic sering kali sulit dikenali pada awalnya, karena sering kali tersembunyi di balik pola interaksi sehari-hari. Menurut Lestari dan Prajogo (2022), lingkungan toxic di tempat kerja dapat diidentifikasi melalui beberapa indikator, seperti ketidaksopanan (incivility), perundungan (bullying), dan pengucilan sosial (ostracism). Selain itu, faktor lain seperti tuntutan kerja yang berlebihan tanpa dukungan sumber daya juga menjadi ciri umum.
Dalam penelitian Saepudin (2022), ditemukan bahwa lingkungan toxic dapat meningkatkan risiko kelelahan emosional (burnout) yang berdampak pada penurunan keterlibatan karyawan hingga 73,4%. Gejala-gejala seperti perasaan tidak dihargai, stres berlebihan, atau konflik interpersonal yang berulang adalah tanda-tanda yang tidak boleh diabaikan. Dampaknya tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga memengaruhi produktivitas tim dan perusahaan secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Menurut teori stres di tempat kerja oleh Lazarus dan Folkman, individu yang berada dalam lingkungan toxic akan mengalami peningkatan hormon kortisol, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan psikologis. Gejala yang umum dialami meliputi kecemasan, gangguan tidur, dan menurunnya motivasi.

2. Menetapkan Batasan untuk Melindungi Diri

Menetapkan batasan yang sehat adalah langkah penting untuk menghadapi lingkungan toxic. Batasan membantu Anda menjaga integritas pribadi dan mengurangi dampak negatif dari interaksi yang merugikan. Misalnya, jika rekan kerja atau atasan sering memberikan kritik yang tidak membangun, tetapkan batasan dengan mengkomunikasikan ekspektasi Anda secara tegas tetapi profesional.
Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), menetapkan batasan meningkatkan rasa kontrol individu atas situasi yang mereka hadapi. Dengan demikian, mereka dapat mengurangi risiko stres kronis. Anda juga dapat melibatkan manajemen untuk menciptakan kebijakan yang mendukung budaya kerja yang sehat.
ADVERTISEMENT
Di tempat kerja, penerapan batasan bisa berupa:
- Tidak membawa pekerjaan ke rumah kecuali mendesak.
- Membatasi interaksi dengan rekan kerja yang sering menciptakan drama atau konflik.
- Mengkomunikasikan dengan jelas kapan Anda tersedia untuk diskusi terkait pekerjaan.

3. Meningkatkan Dukungan Sosial

https://www.freepik.com/free-vector/solidarity-concept-illustration_14562369.htm#fromView=search&page=1&position=9&uuid=cebd276e-74e8-42be-9b51-d3073e512194
Lingkungan toxic dapat menjadi sangat melemahkan jika Anda tidak memiliki dukungan sosial yang memadai. Dalam situasi seperti ini, membangun hubungan positif dengan kolega, teman, atau keluarga sangat penting. Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Social Science & Medicine, dukungan sosial memainkan peran penting dalam mengurangi dampak stres akibat lingkungan toxic.
Dukungan sosial tidak hanya membantu individu merasa didengar, tetapi juga memberikan perspektif baru yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik. Jika memungkinkan, Anda juga dapat mencari mentor yang dapat memberikan bimbingan terkait cara menghadapi lingkungan kerja yang menantang. Diskusi rutin dengan orang-orang yang Anda percayai juga bisa menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi tantangan ini.
ADVERTISEMENT

4. Melatih Mindfulness dan Pengelolaan Emosi

Mindfulness adalah latihan kesadaran penuh yang dapat membantu mengurangi dampak negatif dari lingkungan toxic. Latihan ini membantu Anda untuk fokus pada saat ini dan menerima situasi tanpa penilaian berlebihan. Menurut studi dari jurnal Psychosomatic Research, praktik mindfulness dapat mengurangi gejala stres yang terkait dengan tempat kerja toxic.
Selain itu, latihan pernapasan dalam dan meditasi juga dapat membantu mengelola emosi ketika menghadapi situasi yang sulit. Misalnya, ketika Anda merasa tertekan karena komentar negatif, ambil waktu sejenak untuk bernapas dalam-dalam sebelum merespons. Hal ini dapat membantu Anda merespons dengan cara yang lebih tenang dan bijaksana.

5. Melepaskan Diri dari Lingkungan Toxic

Jika semua upaya untuk memperbaiki situasi tidak berhasil, langkah terbaik adalah melepaskan diri dari lingkungan toxic. Meskipun keputusan ini sulit, hal itu dapat membawa dampak positif bagi kesehatan mental dan kualitas hidup Anda. Menurut Whitbourne (2023), meninggalkan situasi yang merugikan adalah bentuk self-care yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup.
ADVERTISEMENT
Sebelum mengambil keputusan ini, pastikan Anda memiliki rencana yang matang, seperti mencari peluang kerja baru atau memperluas jaringan profesional. Dalam konteks hubungan interpersonal, bicarakan masalah Anda dengan orang yang Anda percayai sebelum mengambil keputusan besar. Proses ini tidak hanya membantu Anda merasa lebih percaya diri tetapi juga memberikan rasa kontrol atas masa depan Anda.
Mengatasi lingkungan toxic adalah tantangan yang memerlukan kesabaran, keberanian, dan strategi yang matang. Dengan mengenali tanda-tanda, menetapkan batasan, mencari dukungan sosial, melatih mindfulness, dan, jika perlu, melepaskan diri, Anda dapat melindungi kesehatan mental dan membangun kehidupan yang lebih positif.
Referensi
1. Saepudin, N. L. (2022). Analisis Pengaruh Toxic Workplace Environment terhadap Employee Engagement pada PT. XYZ Universitas Telkom.
ADVERTISEMENT
2. Larasati, N., & Prajogo, S. (2022). Toxic Workplace Environment Indicators. Jurnal Edunomika.
3. American Psychological Association. (2023). Managing Boundaries in Toxic Workplaces.
4. Whitbourne, S. K. (2023). Why Letting Go of Toxic Situations is Necessary.Psychology Today.
5. Journal of Psychosomatic Research. (2022). Mindfulness in Stress Management at Toxic Workplaces.