Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Sekolah Pencipta Rasa Nasionalisme di Sumatra Barat
31 Maret 2022 18:08 WIB
Tulisan dari Muhammad Hanif Faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada masa penjajahan Belanda, sedikit sekali orang yang bisa merasakan pendidikan. Mereka yang memiliki kedekatan dengan Belanda atau berpangkat tinggi saja yang bisa merasakan pendidikan. Pendidikan yang diberikan Belanda hanya berupa keterampilan dasar mengenai membaca, menulis, dan menghitung. Berbeda dengan orang Belanda yang mendapatkan porsi keilmuan lebih tinggi dalam bersekolah.
ADVERTISEMENT
Dibalik diperbolehkannya masyarakat pribumi bersekolah, terdapat maksud tersembunyi di dalamnya. Belanda ingin mendapatkan tenaga kerja yang mumpuni, namun berupah minim. Mendengar berita semacam ini, seorang mahasiswa yang sedang kuliah di Belanda bernama Engku Muhammad Syafei pulang ke tanah kelahirannya di Sumatra untuk membantu rakyat dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini menjadikan bukti sebagai perlawanan terhadap sistem pendidikan yang diberikan oleh Belanda.
Awal Mula Sekolah INS Kayu Tanam
Sekolah Menengah INS Kayu Tanam berdiri pada tanggal 31 Oktober 1926 dan pendiri Sekolah ini ialah seorang tokoh yang bernama Engku Muhammad Syafei. Sekolah ini terletak di Desa Kayu Tanam, Sumatra Barat. INS (Indonesische Nederlandsche School) Kayu Tanam didirikan sebagai reaksi terhadap sistem pendidikan yang diberikan oleh Belanda. Berdirinya sekolah ini dapat dijadikan sebagai bukti jika masyarakat Sumatra pada saat itu menentang akan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Belanda. Kebijakan yang ditentang tidak lain dan tidak bukan adalah kebijakan akan pendidikan untuk rakyat Indonesia pada saat itu. Tujuan utama didirikannya INS Kayu Tanam ini adalah untuk mendidik rakyat agar lebih berwawasan dan terbebas dari penjajahan.
ADVERTISEMENT
Awal mula berdirinya INS Kayu Tanam yaitu ketika Engku Muhammad Syafei pergi ke Belanda pada tahun 1922 untuk menuntut Ilmu. Disana ia tergabung dalam “Perhimpunan Indonesia” dan menjabat sebagai Seksi Pendidikan. Tujuan ia belajar ke Belanda adalah untuk memperluas wawasan dan pengalaman agar dapat menjawab berbagai hal seputar pendidikan.
Setelah mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, beliau menarik kesimpulan bahwa pendidikan yang tepat diberikan kepada rakyat Indonesia adalah pendidikan dan pengajaran yang mampu memberikan stimulus kepada siswa agar mereka aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan tekad dan keyakinannya yang kuat pada akhirnya Engku Muhammad Syafei memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya Sumatra barat pada tahun 1925, kemudian mendirikan INS (Indonesische Nederlandsche School).
ADVERTISEMENT
Pada saat pertama kali didirikan, tercatat angkatan pertama sekolah INS Kayu Tanam berjumlah 79 Orang. Mereka datang dari berbagai daerah sekitar. Pada mulanya guru yang ada hanyalah satu yaitu Engku Muhammad Syafei saja. Karena kondisi kurangnya tenaga pendidik kala itu, kemudian pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kelas. Kondisi seperti ini berlangsung selama 10 tahun pertama sejak didirikannya INS Kayu Tanam. Lambat laun, murid dari Sekolah INS Kayu Tanam ini semakin meningkat jumlahnya.
Metode pengajaran selama masa kepemimpinan Engku Muhammad Syafei tidak memiliki kurikulum secara tertulis. Program pengajaran yang diajarkan sepenuhnya berada pada kehendak Guru. Dengan semangat yang tertanam pada Engku Muhammad Syafei selaku guru, sekolah ini mampu mencetak memiliki pengaruh bagi kelangsungan kehidupan bangsa.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah dijelaskan di atas, sekolah ini memberikan pemahaman akan pentingnya terbebas dari belenggu penjajahan Belanda. Pemahaman semacam ini merupakan dasar dan cikal bakal dari gagasan nasionalisme. Akibatnya gagasan akan nasionalisme sudah tumbuh dalam jati diri siswa INS Kayu Tanam. Meskipun nantinya mereka belum mampu untuk mengusir para penjajah, setidaknya mereka telah memiliki rasa nasionalisme yang mana rasa itu disebarluaskan kepada masyarakat luas yang tertindas akibat adanya penjajahan. Dengan demikian, apabila nasionalisme telah tertanam pada jati diri masyarakat Indonesia maka kemerdekaan itu akan mudah untuk dicapai.
Demikianlah tulisan saya mengenai sejarah INS Kayu Tanam. Harapan saya setelah anda membaca tulisan saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sejarah. Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat dan jaga kesehatan untuk semuanya.
ADVERTISEMENT