Konten dari Pengguna

Apakah Pesantren Tetap Menjadi Pilihan Terbaik?

Muhammad Hazim Qarthazanny
Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
23 November 2024 22:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hazim Qarthazanny tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kegiatan Belajar di Pesantren. Sumber : Foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kegiatan Belajar di Pesantren. Sumber : Foto pribadi
ADVERTISEMENT
Pesantren telah lama menjadi salah satu pilar pendidikan di Indonesia, dikenal sebagai lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga membentuk karakter santri. Dalam tradisi Islam Nusantara, pesantren memegang peran penting dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan berpengetahuan. Namun, akhir-akhir ini, berita mengenai praktik bullying di lingkungan pesantren mengundang pertanyaan: apakah pesantren masih menjadi pilihan terbaik bagi pendidikan anak?
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikejutkan dengan pemberitaan kasus-kasus bullying yang terjadi di beberapa pesantren. Sebagai contoh, di sebuah pesantren terkenal, seorang santri mengalami kekerasan fisik yang berujung pada luka serius. Kasus ini bukan yang pertama. Berita semacam ini memunculkan kekhawatiran tentang kondisi kehidupan di pesantren, terutama terkait pengawasan terhadap perilaku santri.
Bullying di pesantren sering kali tertutupi dengan dalih "pendidikan mental" atau "tradisi senioritas". Namun, apabila tidak diawasi dengan baik, praktik ini dapat merusak psikologis anak. Kasus-kasus ini membuka mata masyarakat tentang pentingnya pengawasan dan pengelolaan lembaga pendidikan, termasuk pesantren.
Sebagai seseorang yang pernah menimba ilmu di sebuah pesantren, saya memiliki pengalaman yang tak mudah dilupakan. Meski awalnya saya penuh semangat untuk memperdalam ilmu agama, pengalaman buruk berupa perlakuan kasar dari senior sering kali membuat saya merasa tertekan. Salah satu kejadian yang paling membekas adalah ketika saya dihukum secara fisik hanya karena kesalahan kecil.
ADVERTISEMENT
Hari-hari itu terasa berat, dan alih-alih merasa terlindungi, saya merasa cemas dan takut. Bullying menjadi hal yang seolah lumrah, dan bagi sebagian santri, itu adalah "proses pendewasaan". Namun, bagi saya, itu meninggalkan luka yang cukup dalam. Meski demikian, saya juga menyaksikan banyak santri yang sukses dan berkembang berkat dukungan lingkungan pesantren yang baik. Tidak semua pesantren buruk, tetapi pengalaman seperti ini mengajarkan saya bahwa orang tua perlu lebih selektif dalam memilih pesantren untuk anak-anak mereka.
Tidak dapat disangkal bahwa masih banyak pesantren yang menjalankan pendidikan berkualitas dengan lingkungan yang sehat. Beberapa pesantren bahkan telah mengadopsi pendekatan modern dalam sistem pembelajaran dan menerapkan aturan ketat untuk mencegah praktik bullying.
Namun, untuk memastikan anak mendapatkan pengalaman yang baik, orang tua harus melakukan riset mendalam sebelum memutuskan pesantren mana yang menjadi tempat pendidikan anak. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Pesantren tetap menjadi pilihan yang baik bagi banyak keluarga, terutama yang ingin menanamkan nilai-nilai agama secara mendalam. Namun, dengan munculnya berbagai kasus bullying, orang tua harus lebih kritis dan cermat dalam memilih pesantren yang memberikan pendidikan sekaligus perlindungan terbaik bagi anak. Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang ilmu, tetapi juga bagaimana anak merasa aman, dihargai, dan berkembang dengan optimal.
ADVERTISEMENT
Pemerintah dan lembaga pendidikan juga perlu mengambil peran aktif dalam meningkatkan pengawasan terhadap pesantren. Dengan memastikan bahwa lembaga-lembaga ini dikelola secara profesional, bebas dari praktik kekerasan, dan berfokus pada kesejahteraan para santri. Dan dengan ini, pesantren dapat tetap menjadi salah satu pilar utama pendidikan di Indonesia.
Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana anak-anak merasakannya. Rasa aman, dihargai, dan dicintai adalah fondasi penting bagi pembentukan generasi muda yang tangguh dan berintegritas. Dengan memilih pesantren yang tepat, orang tua tidak hanya memberikan ilmu kepada anak, tetapi juga pengalaman hidup yang berharga dan penuh makna.