Dengan Zakat Kualitas Bangsa Meningkat

Konten dari Pengguna
20 Oktober 2019 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Hijriah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Josh Appel on Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Josh Appel on Unsplash
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai literasi, sudahlah pasti pemikiran kita akan berasosiasi dengan kegiatan membaca dan menulis. Namun dari waktu ke waktu istilah literasi mengalami perluasan makna, tidak sekadar membaca dan menulis sebagaimana kita ketahui. Melainkan berkembang menjadi menambah pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis, memecahkan masalah dalam berbagai konteks, berkomunikasi secara efektif, mampu mengembangkan potensi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Sudah sepatutnya literasi ini terus dibudayakan, terutama di kalangan usia produktif yang mendominasi populasi di Indonesia sebesar 70 persen. Dengan hal tersebut dapat sembari mempersiapkan benih-benih unggul yang nantinya bermekaran sebagai bentuk bonus demografi Indonesia pada tahun 2030. Namun pada realitasnya tingkat literasi di Indonesia kini cukup mengkhawatirkan, PBB (UNESCO) mencatat Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara, yang mana peringkatnya satu tingkat di atas Bostwana.
Penelitian serupa pun telah dilakukan Programme for Internasional Student Assesment (PISA) pada 2012 yang diketahui bahwa Indonesia berada pada peringkat 61 dengan skor 396 dari 65 negara yang disurvey untuk kategori membaca. Dilansir dari Tirto.id, hasil ukur membaca ini mencakup memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Skor rata-rata internasional yang ditetapkan oleh PISA sendiri adalah sebesar 500.
ADVERTISEMENT
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang PISA lakukan pun Indonesia tidak mencapai pada skor rata-rata internasional. Selanjutnya dapat kita bandingkan dengan daya saing literasi Indonesia di kancah regional Asia Tenggara. Yang mana posisi pertama diduduki oleh Singapura dengan skor literasi sebesar 542, sementara posisi Indonesia di bawah Malaysia dengan skor 398, atau hanya terpaut dua poin.
Rendahnya tingkat literasi ini tentunya menjadikan ancaman, karena dampaknya berpengaruh bagi kualitas bangsa. Dengan rendahnya literasi sebuah bangsa tidak dapat mengikuti perkembangan informasi di dunia global, sehingga menjadikannya tertinggal dan bergerak lambat. Begitu pula dengan minimnya literasi, menjadikan sebuah masyarakat menjadi lebih mudah terpapar informasi hoax.
Dapat dibilang, jika membahas literasi di Indonesia ini sungguh menjemukan sekaligus mengecewakan. Karena dengan data-data yang dipaparkan dari berbagai lembaga, posisinya tidak pernah berada di puncak melainkan selalu berada di posisi bawah. Meskipun begitu, semua kalangan tidak bisa berpuas diri dengan kecapakan literasi Indonesia di ranah internasional maupun skala regional Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Karena di balik rendahnya minat literasi di Indonesia yang diobjektifikasi sebagai masalah, terdapat solusi yang berpotensi besar untuk menuntaskan masalah ini. Solusi yang dimaksud ialah pada pemanfaatan dana zakat. Dengan populasi muslim sebanyak 88,1 persen dari 250 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam atau setara dengan 12,7 persen dari populasi dunia. Indonesia memiliki potensi zakat yang sangat besar, di mana Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyatakan terdapat potensi 252 triliun.
Dengan pemaksimalan potensi zakat tersebut, pemanfaat zakat dapat menjadi roda perekonomian bangsa juga turut bersumbangsih pada peningkatan kualitas pendidikan negeri. di mana didalamnya termasuk pula untuk meningkatkan tingkat literasi di Indonesia. Peningkatan tersebut dapat direalisasikan dengan program berbentuk literasi baca dan literasi Alquran.
ADVERTISEMENT
Sebagai umat muslim yang menjadikan dunia sebagai genggaman dan menjadikan akhirat sebagai tujuan. Perilaku ini dapat kita tiru dari kebiasaan para ulama terdahulu, yang memiliki banyak karya berupa kitab-kitab agama yang manfaatnya dapat dirasakan hingga saat ini. Penting sifatnya untuk menguasai literasi melalui buku-buku bermanfaat yang dapat dibaca setiap bulannya dan literasi Alquran dengan melakukan pengkajian dan pengembangan kualitas tilawatil quran melalui lembaga zakat baik tingkat daerah maupun tingkat institusi.
Literasi Buku dan Literasi Alquran
Program literasi buku, dapat dimaksimalkan dengan memberikan bantuan dana untuk pengembangan literasi. Yang mana penerima bantuan dapat diberikan dana setiap bulannya untuk dibelikan buku apapun yang diinginkan. Agar manfaatnya dapat lebih luas, dalam penerimaan bantuan peserta wajib menghasilkan karya resensi maupun artikel terkait atas buku yang telah dibaca dengan mempublikasikannya di media massa atau paling minimal melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu manfaat yang didapat dari membaca buku, dapat tersebar luas bagi khalayak ramai tidak hanya disimpan sebagai manfaat sendiri. Begitu pula bantuan tersebut dapat lebih dimaksimalkan dengan mengadakan pelatihan literasi lain. Sebagaimana cara berpikir kritis, membaca cepat, cara menulis artikel ilmiah hingga pelatihan untuk mengungkapkan gagasan saat beretorika. Maka dengan diadakannya program ini diharapkan dapat mengurangi tingkat buta huruf sebesar 4,78 persen di Indonesia untuk umur 14 tahun ke atas sebagaimana data yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain dari itu program literasi buku dapat dikembangkan menjadi literasi digital agar perkembangan teknologi yang ada dapat diikuti juga dapat mengkonsumsi produk teknologi dan informasi digital secara bijak. Pengembangan literasi digital ini tidak lain, agar pada saat menyeleksi informasi masyarakat Indonesia dapat lebih berhati-hati. Sehingga dengan hal tersebut dapat menurunkan persentase kurangnya kepiawaian menyeleksi informasi yang berdasarkan hasil riset DailySocial.id memiliki besaran hingga 44,19 persen.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya program literasi Alquran, yang nampaknya belum terlalu diperhatikan oleh beberapa institusi umum sebagai salah satu program corporate social responsibility (CSR) oleh banyak perusahaan. Karena pada kenyataannya sebanyak 65 persen masyarakat di Indonesia buta huruf Alquran. Data tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Ilmu Alquran (IIQ) yang mana angka ini masih cukup besar dan perlu segera ditanggulangi.
Oleh dari itu pemanfaatan dana zakat dapat dijadikan solusi untuk kedua permasalahan ini. Oleh karena itulah, lembaga zakat hadir dan memberikan sebuah kesempatan luar biasa kepada masyarakat kepada umumnya agar dapat difasilitasi untuk mempelajari Alquran. Begitu pun programnya tidak hanya mempelajari, melainkan dapat juga untuk mendalami bahkan menghafal Alquran.
ADVERTISEMENT
Kedua program ini merupakan investasi masa depan yang memiliki gagasan visioner, tentunya akan bermanfaat sekali bagi para penerus bangsa yang kelak menjadi para pemimpin. Sehingga Indonesia emas pada rentang tahun 2025-2030 akan terwujud dengan adanya bentuk sinergisitas, antara pemerintah dan masyarakat dalam mengelola dana zakat.
Menjadikan pemimpin masa depan yang tidak hanya cakap dalam bidang ilmu yang digelutinya, melainkan dapat pula menjadi pemimpin umat panutan bangsa karena menguasai Alquran dan menjadi penjaganya dengan menghafalkan setiap ayatnya. Dengan begitu kualitas bangsa dapat meningkat dan masyarakat berdaya dengan zakat.
Moch. Rizqi Hijriah, Mahasiswa Prodi Jurnalistik, Universitas Padjadjaran