Konten dari Pengguna

Antara Hamas, Kegagalan Israel Melenyapkan Pejuang Palestina, dan OKI

Muhammad Ibrahim Hamdani, S,I,P, M,Si
Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa MUI Pusat Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) SKSG UI Sekjen DPP Rumah Produktif Indonesia
6 Juni 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ibrahim Hamdani, S,I,P, M,Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga Palestina bereaksi ketika mereka memeriksa lokasi serangan Israel di sebuah rumah di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza (3/6/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina bereaksi ketika mereka memeriksa lokasi serangan Israel di sebuah rumah di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza (3/6/2024). Foto: Mohammed Salem / REUTERS
ADVERTISEMENT
Tentara Pertahanan Israel atau Israel Defence Force (IDF) telah gagal melenyapkan faksi Pejuang Hamas atau Harakat al-Muqawama al-Islamiya di Jalur Gaza dan Tepi Barat, Palestina, hingga detik ini.
ADVERTISEMENT
Buktinya, sejak dimulainya Operasi Pedang Besi pada 7 Oktober 2023 hingga Kamis, 24 Mei 2024, rezim zionis Israel telah kehilangan sebanyak 364 tentara IDF. Mereka tewas akibat serangan bersama faksi-faksi pejuang pembebasan Palestina seperti Brigade al-Qassam (Hamas), Brigade al-Quds (Jihad Islam) dan Syuhada al-Aqsa (Fatah).
Foto Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, pada 2 Juni 2024, di Sentul Eco Edu Tourism Forest, Bogor, Jawa Barat.
Seperti dikutip dari Kantor Berita Anadolu, tercatat bahwa dari 364 tentara rezim zionis Israel (IDF) yang tewas hingga Kamis, 24 Mei 2024, 285 di antaranya mati sejak berlangsungnya agresi dan invasi darat militer IDF di Jalur Gaza, Palestina, pada 27 Oktober 2023.
"Fakta ini membuktikan bahwa hingga detik ini, rezim zionis Israel di bawah kendali Kabinet Perang pimpinan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu telah gagal dalam menghabisi faksi-faksi jihad pejuang pembebasan Palestina, khususnya Hamas," tutur Anggota Dewan Pakar Organization of Islamic Cooperation (OIC) Youth Indonesia, Muhammad Ibrahim Hamdani.
ADVERTISEMENT
Para pejuang pembebasan Palestina, lanjutnya, telah melakukan aksi jihad atau intifadah secara total terhadap tindakan teror, genosida, Kejahatan Melawan Kemanusiaan atau Crimes Against Humanity dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat oleh rezim zionis Israel.
"Perlawanan dahsyat (aksi jihad) para pejuang pembebasan Palestina membuktikan bahwa rezim zionis Israel hanya mampu melakukan tindakan brutal, biadab, kejahatan melawan kemanusiaan, teror dan genosida terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdosa. Tetapi negara teror itu (Israel) tidak mampu melenyapkan faksi Fatah, Hamas, Jihad Islam dan pejuang Palestina lainnya hingga saat ini," papar Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) itu.
Selain itu, seperti dikutip dari kantor berita Wafa, Palestina, Tentara Penjajah Israel (IDF) menyatakan bahwa sejak awal perang 7 Oktober 2024, saat dimulainya Operasi Badai al-Aqsa oleh faksi Hamas, hingga Sabtu, 25 Mei 2024, tercatat ada 3.581 tentara IDF yang terluka, bahkan 555 di antaranya terluka parah. Dari jumlah itu, 1.781 di antara mereka terluka saat agresi militer dan invasi darat tentara IDF berlangsung di Jalur Gaza, Palestina.
ADVERTISEMENT
Informasi lainnya, seperti dikutip dari kantor berita Channel 12, Israel, tercatat bahwa sejak 7 Oktober 2023 hingga Ahad, 2 Juni 2024, tercatat bahwa 20.000 tentara pendudukan Israel (IDF) telah terluka di Jalur Gaza, Palestina. Dari jumlah itu, 8.298 tentara IDF menjadi penyandang disabilitas akibat serangan para pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Sedangkan kantor berita Almayadeen, Israel, mencatat bahwa berdasarkan klausul "Izin untuk Mempublikasikan," IDF menyatakan 3.657 tentara Israel telah terluka sejak 7 Oktober 2023 hingga Sabtu, 1 Juni 2024. Dari jumlah itu, 1.843 di antaranya menderita luka-luka sejak invasi darat rezim zionis Israel ke Jalur Gaza.
"Dengan demikian, perlawanan bersenjata secara keras dan gigih dari para pejuang kemerdekaan dan pembebasan Palestina, terhadap rezim zionis Israel, jelas membuktikan kepada dunia dan komunitas internasional bahwa bangsa dan negara Palestina masih ada. Bangsa Palestina sangat kuat, berdaulat, merdeka dan tidak pernah takluk di bawah kaki penjajah rezim zionis Israel pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu," ucap Muhammad Ibrahim Hamdani yang juga Direktur Jaringan Strategis dan Kerja Sama Institut Inisiatif Moderasi Indonesia (InMind Institute) itu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, seperti dikutip dari kantor berita Al-Jazeera, tercatat bahwa hingga Sabtu, 25 Mei 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina melaporkan sebanyak 35.857 warga sipil Palestina telah wafat (syahid) sejak 7 Oktober 2023. Tepatnya sejak pertempuran berlangsung antara rezim zionis Israel versus kelompok-kelompok pejuang Palestina, khususnya Hamas, di Jalur Gaza.
Kemenkes Palestina pun, ungkap Wakil Sekretaris Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI itu, mencatat bahwa hingga Sabtu, 25 Mei 2024, sebanyak 35.857 warga sipil Palestina telah wafat (syahid) akibat kebiadaban Israel. Invasi dan agresi militer zionis Israel ke Jalur Gaza, Palestina, juga menyebabkan sebanyak 80.293 warga sipil Palestina terluka. Informasi ini dikutip dari kantor berita Al-Jazeera.
ADVERTISEMENT
"Sebagai Wakil Sekretaris PD PAB MUI, saya mengutuk dan mengecam keras berbagai macam tindakan teror, genosida, kejahatan melawan kemanusiaan, pelanggaran HAM berat, serta agresi, invasi dan penjajahan rezim zionis Israel terhadap bangsa Palestina," tegas Muhammad Ibrahim Hamdani.
Dengan demikian, lanjut Direktur Bidang Media, Komunikasi dan Informasi Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu, bangsa Palestina sedang mengalami kezaliman luar biasa oleh rezim zionis Israel.
"Saat ini, bangsa Palestina sedang mengalami kebiadaban luar biasa dan kezaliman di luar batas kemanusiaan oleh rezim zionis Israel. Karena itu, negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan dunia internasional harus mulai membuka komunikasi politik dan relasi kemanusiaan dengan faksi-faksi perlawanan dan pejuang kemerdekaan Palestina, termasuk Hamas dan Jihad Islam," paparnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Rumpah Produktif Indonesia (RPI) itu, selama lebih dari tujuh bulan terakhir, sejak 7 Oktober 2023 hingga kini, para pejuang kemerdekaan Palestina mampu membuktikan diri sebagai patriot sejati. "Mereka adalah para patriot sejati pembela tanah air Palestina," imbuhnya.
Dalam hal ini, jelasnya, kebijakan pemerintah Negara Qatar terhadap faksi militer Hamas, di bawah kepemimpinan Syekh Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Thani, dapat menjadi contoh yang tepat (role model) tentang bagaimana negara berhubungan dengan faksi Hamas.
"Qatar merupakan negara anggota Liga Arab dan OKI, di kawasan Timur Tengah, yang saat ini mengizinkan faksi Hamas untuk membuka kantor perwakilan resmi di Doha, Qatar. Negara Qatar juga tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, sama dengan Indonesia," papar alumni Pascasarjana Studi Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI), SKSG UI, itu.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Malaysia, lanjutnya, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Dato Seri Haji Anwar Ibrahim, yang telah bertemu tatap muka (langsung) dengan Pemimpin Hamas di Doha, Qatar, Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah atau Ismail Haniyeh. Pertemuan itu berlangsung pada Selasa, 14 Mei 2024.
"Pertemuan antara kedua pemimpin itu, Malaysia dan Hamas, penting untuk menjalin komunikasi politik dan relasi kemanusiaan dengan pihak-pihak yang berbeda pandangan dan sikapnya dengan pemerintahan Negara Palestina yang saat ini dikendalikan Fatah. Tujuannya ialah untuk mewujudkan persatuan Negara Palestina serta mencari solusi efektif di masa depan, pasca agresi dan invasi militer Israel (IDF) ke Jalur Gaza dan Tepi Barat, Palestina," ungkap Muhammad Ibrahim Hamdani.