Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sinergisme PD-PAB MUI dan Generasi Milenial Dalam Pembinaan Akhlak Bangsa
21 Februari 2024 5:58 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Muhammad Ibrahim Hamdani, S,I,P, M,Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki sejumlah peranan penting terhadap pemerintah dan umat Islam di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Wawasan MUI. Misalnya peran MUI sebagai ahli waris para nabi, al-ulama waratsatul anbiya', sebagaimana tercatat dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu A’laihi Wassalam (SAW).
ADVERTISEMENT
Bendahara Dewan Pimpinan MUI Pusat, Dr. Erni Juliana Al-Hasanah Nasution., S.E., M.Ak., menyatakan hal itu pada Sabtu (10/02/24) siang. Tepatnya saat menjadi narasumber dalam acara Training (Pelatihan) Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial Angkatan V di Aula Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Gedung MUI Pusat lantai 4, Jakarta.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PD PAB) MUI ini, Dr. Erni Juliana, M.Ak., memaparkan materi seputar “Ke-MUI-an dan Penguatan Karakter Akhlak Bangsa Bagi Milenial”. Beliau didampingi oleh Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si., selaku moderator.
- Peran Strategis MUI
“MUI juga berperan sebagai pemberi fatwa atau mufti bagi umat Islam di seluruh Indonesia. Lalu, MUI berfungsi sebagai pembimbing dan pelayan umat atau khadimul ummah. MUI juga berperan penting sebagai penegak amar ma’ruf nahyi munkar, yakni senantiasa mengajak umat untuk berbuat baik dan melarang umat untuk berbuat buruk,” jelasnya.
MUI, lanjutnya, juga menjadi pelopor gerakan tajdid atau gerakan pembaharuan dalam proses menyebarkan syiar dan dakwah Islam di Indonesia, bahkan dunia, yang berkarakter wasathiyyah dan rahmatan lil a’lamin.
ADVERTISEMENT
“MUI pun menjadi pelopor gerakan perbaikan umat di Indonesia, al-ishlah al-ummah, dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya jaminan produk halal, serta sistem ekonomi dan keuangan syariah. Bahkan MUI menjadi pengemban kepemimpinan umat Islam di Indonesia,” jelasnya.
Misalnya, lanjut Dr. Erni Juliana, M.Ak., Wakil Presiden (Wapres) RI saat ini, Prof. KH. Ma’ruf Amin, adalah juga Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI Pusat. Hal ini wajar karena MUI merupakan tenda besar yang menjadi tempat berhimpun dan rumah bersama untuk berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Indonesia.
“MUI telah berdiri sejak tahun 1975 dan merupakan tempat berhimpunnya para ulama, zu’ama dan cendekiawan Muslim dari seluruh Indonesia. MUI juga menjadi tenda besar dan rumah bersama bagi ormas-ormas Islam di Indonesia,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
- Krisis Pandemi COVID-19
Dalam acara yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan MUI Pusat, Buya Dr. H. Amirsyah Tambunan, M.Ag., itu, Dr. Erni Juliana, M.Ak., memaparkan peran penting dan strategis MUI di masa pandemi Coronavirus Desease 2019 (COVID-19). Khususnya terkait fatwa-fatwa pelaksanaan ibadah bagi umat Islam.
“Tercatat ada 14 fatwa MUI terkait pelaksanaan ibadah umat Islam di masa pandemi COVID-19. Fatwa-fatwa itu terkait erat dengan prosedur, pelaksanaan dan tata cara ibadah oleh umat Islam di masa pandemi COVID-19. Hal ini penting untuk disampaikan MUI kepada umat yang sedang menghadapi keresahan akut akibat pandemi COVID-19,” katanya.
Fatwa-fatwa MUI, lanjutnya, merupakan jawaban dari sejumlah pertanyaan yang diajukan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah, terlebih lagi saat Indonesia memasuki masa krisis akibat pandemi COVID-19.
“Fatwa-fatwa itu berdasarkan empat sumber hukum dalam Islam, yakni kitab suci Al-Qur’an, Hadis Rasulullah Muhammad SAW, Ijma’ para sahabat nabi dan ulama, serta qiyas,” ungkap aktivis dan pengurus Muhammadiyah itu
ADVERTISEMENT
- Training Penguatan Akhlak Bangsa
Dalam acara ini, turut hadir dan menyampaikan kata sambutan pembuka Ketua PD PAB MUI, Buya KH. Dr. Masyhuril Khamis, S.H., M.M., yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Al-Jam’iyatul Washliyah. Beliau menyampaikan materi tentang “Pemahaman Akhlak Bangsa: Masalah, Tantangan dan Solusi”.
Dalam acara ini, KH. Dr. Masyhuril Khamis didampingi oleh Sekretaris PD PAB MUI, KH. Nurul Badruttamam, S.Ag., M.A., yang juga Sekretaris Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Beliau pun menjadi narasumber dan menyampaikan materi tentang "Duta Akhlak Bangsa".
Turut hadir dan menjadi narasumber Wakil Sekretaris PD PAB MUI, Dr. Selvy Yuspitasari, M.Ag., dan Pengurus PD PAB MUI, Dr. Muhammad Zen, Lc., M.A. Keduanya menyampaikan materi mengenai “Akhlak Bagi Milenial” dalam acara ini.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut dihadiri oleh 60 peserta dari sejumlah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs.N), Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Sekolah Islam Terpadu (SIT), dan Pondok Pesantren (Ponpes) Modern di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Adapun pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dipandu oleh Staf PD PAB MUI, Slamet Miftahul Abror, S.Hum., yang juga panitia acara. Sedangkan pembawa acara dipandu oleh Staf PD PAB MUI, Vidiana Tasya Sabila, S.E.
- Akhlak Rasulullah SAW
Lebih lanjut, Dr. Erni Juliana, A.N., M.Ak., menjelaskan seputar empat sifat utama yang menjadi kepribadian dan karakteristik Rasulullah Muhammad SAW, yakni amanah, tabligh (menyampaikan visi dan misi), shiddiq (jujur) dan fathonah (cerdas).
“Akhlak Rasulullah SAW sudah sepatutnya menjadi akhlak segenap bangsa Indonesia, terutama empat sifat utama beliau, yakni jujur atau shiddiq, amanah atau dapat dipercaya, tabligh atau menyampaikan, dan fathonah atau cerdas. Beliau juga berakhlak bersih, gemar beribadah, dan zuhud atau pengabdian hidup tertinggi hanya kepada Allah SWT,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW, ungkapnya, juga memiliki akhlak dan sifat mulia seperti problem solver atau berorientasi menyelesaikan masalah, living qur’an atau menjadi pribadi berbasis Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, tidak berlebihan, menggembirakan, pemalu, rendah hati, tenang dan empatik.
“Karena itu, pemimpin bangsa Indonesia ke depan haruslah memiliki pendidikan yang layak dan pemikiran yang cerdas agar dapat memimpin kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemimpin juga harus memperjuangkan kepentingan umat Islam di Indonesia,” ucapnya.
Wakil Ketua II Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah (LAZIS) Persyarikan Muhammadiyah itu pun mencontohkan kepentingan umat Islam di Indonesia. “Misalnya terkait ekonomi syariah, yakni upaya penyelamatan Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang telah diperjuangkan oleh Wapres Prof. KH. Ma’ruf Amin,” paparnya.
ADVERTISEMENT
- Menjadi Pribadi Muslih – Duta Akhlak Bangsa
Dalam sambutannya, Ketua PD PAB MUI, KH. Dr. Masyhuril Khamis, S.H., M.M., menyatakan bahwa para peserta Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial Angkatan V harus bertekad kuat untuk menjadi Duta Akhlak Bangsa yang muslih, yakni orang-orang yang menjadi saleh secara pribadi maupun sosial.
“Wahai anak-anakku, janganlah cuek dengan kondisi tetanggamu, jangan mendiamkan kejahatan, teruslah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) dalam Al-Qur’an, Surat Ali Imran Ayat 110. Jadilah Duta Akhlak Bangsa yang muslih,” tuturnya pada Sabtu (10/02/24).
Alhamdulilah, lanjutnya, hingga kini sudah lebih dari 280 peserta yang mengikuti Training Penguatan Akhlak Bangsa Bagi Milenial. Setelah pelatihan ini, sampaikan kepada sekolah madrasah dan pesantrenmu tentang perlunya mendudukkan kembali adab, etika dan akhlak sebagai karakteristik umat Islam.
“Akhlak itu dicontohkan dan diteladani, bukan sekedar diucapkan dan dihafal. Misalnya, begitu melihat sampah, segera ambil dan buang ke tempat sampah. Lalu ketika membaca Al-Qur’an, tidak boleh sambil mengobrol. Tugas adik-adik semua untuk mencontohkan akhlak saat kembali ke keluarga teman dan komunitas masing-masing,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Di akhir sambutannya, KH. Masyhuril Khamis pun menyambut baik kehadiran para peserta pelatihan ini. “Alhamdulillah, selamat datang, anak-anakku, selamat bergabung dalam keluarga besar PD-PAB MUI sebagai Duta Akhlak Bangsa. Anak-anakku telah menjadi generasi penguat bagi kami, bagi syiar dan dakwah Islam di Indonesia” ucapnya.
- Ancaman dan Tantangan Akhlak Bangsa
Sementara itu dalam sambutannya, Sekjen Dewan Pimpinan MUI Pusat, Buya Dr. H. Amirsyah Tambunan, M.Ag., menyatakan bahwa MUI memiliki perhatian besar untuk memperbaiki akhlak bangsa ini.
“Marilah kita mulai dari diri kita sendiri, idda’ bi nafsihi. Adik-adik jangan menyia-nyiakan kesempatan ini, manfaatkan sepenuhnya fasilitas pendidikan kita di MUI ini,” ujarnya.
Menurutnya, para peserta harus terlibat aktif dalam penguatan akhlak bangsa Indonesia. Apalagi saat ini banyak ancaman dan tantangan terhadap akhlak bangsa. “Misalnya nilai-nilai akhlak dan moral masyarakat yang kini mengalami degradasi secara signifikan,” imbuhnya pada Sabtu (10/02/24).
ADVERTISEMENT
Tantangan terhadap akhlak bangsa, lanjutnya, datang dari pornografi dan pornoaksi yang dapat merusak kecerdasan anak-anak dan mengancam masa depan bangsa Indonesia.
Ancaman lainnya terhadap akhlak bangsa, paparnya, ialah ketidakadilan sosial yang menyebabkan perilaku tidak etis seperti pinjaman online (daring) atau pinjol.
“Akar persoalan adalah ketidakadilan terhadap anak bangsa dan ketidakadilan sosial. Keadilan akan melahirkan kesetaraan, tanpa keadilan tidak ada kesetaraan” ujarnya.
Lebih lanjut, Buya Dr. H. Amirsyah Tambunan, M.Ag., pun menyatakan bahwa sepatutnya media sosial mendorong kita, bangsa Indonesia, untuk maju.
“Media online ini harus menjadi ikhtiar kita untuk melakukan akselerasi, sebagaimana makna peringatan Isra’ Mi’raj. Jangan sampai keburukan mendahului perilaku kita, tetapi kebaikan yang harus mendahului perilaku kita,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Di akhir sambutannya, Beliau pun mengajak para peserta untuk kembali ke fitrah, yakni kepada jati diri Islam yang suci dan mulia, yakni aqidah, syariah dan akhlak.
“Kembalilah ke jati diri kita yang asli, yakni pribadi yang memiliki aqidah, syariah dan akhlak, itulah Islam. Mutiara tetaplah mutiara walaupun dilempar ke tempat yang kotor seperti air comberan. Marilah tetap menjaga akhlak bangsa, akhlaqul kariimah,” tuturnya pada Sabtu (10/02/24) siang.
- Persoalan Bangsa Indonesia
Selain itu, dalam paparan materinya, seperti dikutip dari laman http://mui.or.id/ , Sekretaris PD PAB MUI, KH. Nurul Badruttamam, S.Ag., M.A menegaskan bahwa program Pelatihan Penguatan Akhlak Bangsa merupakan langkah preventif (pencegahan) PD PAB MUI dalam menangani berbagai persoalan bangsa.
“Berbagai persoalan bangsa terjadi akibat rendahnya akhlak, antara lain seperti penyalahgunaan narkotika, zat adiktif, dan obat-obatan terlarang (narkoba), pergaulan bebas antar remaja, dan tawuran antar pelajar, dan isu-isu lainnya yang dihadapi milenial saat ini,” ujar KH. Nurul Badruttamam pada Sabtu (10/02/24).
ADVERTISEMENT
PD PAB MUI, lanjutnya, sangat berkomitmen dalam mendorong pemahaman nilai-nilai akhlak Islami di kalangan generasi milenial.
“Dengan memberikan pemahaman yang kuat tentang akhlak yang baik, kami berharap dapat membantu mereka menghadapi berbagai tantangan moral yang ada di lingkungan sekitar,” paparnya.
Lebih lanjut, KH. Nurul Badruttamam berharap agar dengan kegiatan Training Penguatan Akhlak Bangsa, para peserta dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pentingnya akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, ungkapnya, para peserta diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.
“Hasilnya, kami mengharap duta akhlak bangsa ini menjadi penggerak perbaikan akhlak bangsa di masyarakat,” ucapnya.
Penulis: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.
Wakil Sekretaris PD PAB MUI
ADVERTISEMENT