Konten dari Pengguna

Menemukan Apresiasi Diri di Tengah Kompetisi

Muhammad Idham Farhan
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
11 November 2024 17:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Idham Farhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Menghadapi Tekanan Mental Remaja di Era Digitali Era Digital

Kesehatan mental remaja yang semakin memprihatinkan. : Gambar oleh congerdesign dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kesehatan mental remaja yang semakin memprihatinkan. : Gambar oleh congerdesign dari Pixabay
Di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi dan media sosial, remaja saat ini sering kali merasa tertekan oleh standar pencapaian yang tinggi. Media sosial menciptakan gambaran hidup yang sempurna, membuat mereka merasa bahwa pencapaian pribadi mereka tidak memadai jika dibandingkan dengan orang lain. Tekanan ini sering kali tidak diimbangi dengan penghargaan terhadap diri sendiri, yang seharusnya bisa membantu mereka mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental. Untuk itu, penting bagi remaja untuk belajar memberikan apresiasi diri atas pencapaian mereka, tanpa harus terus-menerus membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis. Tekanan mental ini dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama: standar pencapaian yang tinggi dari media sosial, ketakutan untuk tertinggal dalam masyarakat kolektif, dan budaya instan yang dipacu oleh perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT

Standar Pencapaian yang Tinggi yang Dipengaruhi oleh Media Sosial

Terjebak dalam Tuntutan Pencapaian yang Tidak Realistis, Gambar oleh Pexels dari Pixabay
Media sosial memiliki pengaruh besar dalam menciptakan standar pencapaian yang tinggi dan sering kali tidak realistis. Remaja terpapar pada citra kehidupan yang sempurna dan ideal, yang seringkali memicu perbandingan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap konten tersebut dapat menurunkan harga diri remaja, karena mereka merasa pencapaian mereka tidak cukup baik jika dibandingkan dengan teman-teman atau figur publik yang mereka lihat di media sosial (Chen, 2024). Konsep "perfeksionisme digital" menunjukkan bagaimana media sosial mempengaruhi harapan terhadap pencapaian yang sempurna, yang kemudian berujung pada kecemasan dan bahkan depresi (Darshana & Lokuge, 2020). Untuk itu, sangat penting bagi remaja untuk mengembangkan refleksi diri yang sehat, serta harga diri yang kuat, agar dampak negatif dari media sosial dapat diminimalisir.
ADVERTISEMENT

Ketakutan Akan Tertinggal dalam Budaya Kolektif

Terjebak dalam FOMO: Ketakutan akan Ketinggalan yang Menguras Pikiran, Gambar oleh schroederhund dari Pixabay
Budaya kolektif di Indonesia juga berperan besar dalam membentuk tekanan sosial terhadap remaja. Norma sosial di Indonesia menekankan pencapaian kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan pada usia tertentu, seperti pendidikan, karier, dan pernikahan. Ketakutan akan "tertinggal" atau "terlambat" sering kali timbul akibat fenomena Fear of Missing Out (FoMO), di mana remaja merasa harus mengikuti jejak teman sebaya mereka yang tampaknya sudah mencapai berbagai tahapan hidup yang dianggap penting. Penekanan pada kesuksesan kolektif ini sering kali menekan kebebasan remaja untuk mengeksplorasi minat dan tujuan hidup pribadi mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stres dan mengurangi kesejahteraan mental mereka (Datu, 2016; Santoso, 2020). Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk belajar menetapkan tujuan hidup yang lebih pribadi dan tidak terikat pada ekspektasi sosial yang tidak realistis.
ADVERTISEMENT

Budaya Instan yang Dipacu oleh Teknologi

Risiko di balik kenyamanan yang ditawarkan teknologi, Gambar oleh Thomas Ulrich dari Pixabay
Selain media sosial dan budaya kolektif, budaya instan yang berkembang pesat akibat teknologi juga mempengaruhi cara remaja memandang pencapaian dan kesuksesan. Teknologi modern memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi atau barang dengan sangat cepat, menciptakan ekspektasi bahwa segala sesuatu harus dapat dicapai dalam waktu singkat. Media sosial, seperti Instagram dan TikTok, semakin memperburuk hal ini dengan memberikan ilusi bahwa kesuksesan dan ketenaran bisa dicapai dalam semalam. Fenomena ini menciptakan tekanan yang signifikan ketika remaja merasa bahwa mereka tidak bisa meraih kesuksesan instan seperti yang mereka lihat di dunia maya. Hasilnya adalah stres, kecemasan, dan penurunan harga diri, serta kesulitan untuk fokus pada pencapaian jangka panjang yang membutuhkan kerja keras dan waktu (He et al., 2024; Prystowsky, 2001). Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi remaja agar lebih sabar dan menghargai proses dalam mencapai tujuan.
ADVERTISEMENT

Menghargai Diri Sendiri dan Menetapkan Tujuan yang Realistis

Setiap orang membawa nilai berharga dalam dirinya, Gambar oleh ADArt00090 dari Pixabay
Untuk mengatasi tekanan mental ini, remaja perlu belajar memberikan apresiasi terhadap pencapaian pribadi mereka, meskipun itu sekecil apapun. Menghargai langkah-langkah kecil dalam perjalanan mereka dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan yang disebabkan oleh perbandingan sosial dan ekspektasi yang tidak realistis. Dengan memberikan apresiasi pada diri sendiri, remaja dapat membangun rasa percaya diri yang lebih kuat dan memperkuat motivasi intrinsik mereka (Ryan & Deci, 2000). Praktik syukur dan pengakuan terhadap pencapaian pribadi dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis remaja dengan memperkuat hubungan positif dan memberikan rasa tujuan dalam hidup (Woodward, 2023). Mengurangi kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain secara online akan mengurangi dampak negatif dari perbandingan sosial dan meningkatkan kesehatan mental mereka.
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan dari orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendorong penghargaan terhadap pencapaian pribadi, remaja akan lebih mampu menjaga kesejahteraan mental mereka, merayakan pencapaian mereka sendiri, dan mengurangi dampak dari tekanan sosial dan budaya instan yang datang dari dunia digital.
Menemukan kebahagiaan dalam setiap hal kecil yang membuat tersenyum, Gambar oleh StockSnap dari Pixabay
Era digital yang penuh tekanan eksternal ini memerlukan remaja untuk dapat menemukan dan menghargai diri mereka sendiri, serta memberi apresiasi atas pencapaian mereka, tanpa harus membandingkan diri dengan standar yang ditetapkan oleh dunia maya atau budaya sosial. Membangun kesadaran untuk menghargai kemajuan pribadi dapat membantu remaja mengatasi tantangan mental yang mereka hadapi di era digital ini. Pendidikan yang mendukung harga diri yang sehat dan kebiasaan refleksi diri akan membantu remaja menghadapi tekanan sosial, mengurangi kecemasan, serta menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang. Dengan dukungan yang tepat dari lingkungan sekitar, remaja dapat mencapai keseimbangan antara pencapaian pribadi dan tantangan dunia digital yang terus berkembang.
ADVERTISEMENT