Mengapa Menikah Harus Bayar Mahal?

Muhammad Ifan Fadillah
Mahasiswa Universitas Hasanuddin
Konten dari Pengguna
2 Januari 2023 20:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ifan Fadillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sering kali beberapa orang yang sudah beranjak dewasa memiliki keinginan untuk menikah dengan pasangan yang dicintainya. Bagi saya keinginan menikah adalah suatu hal positif di mata agama (Islam) dan negara kita Indonesia, tetapi sering kali keinginan menikah itu batal hanya karena biaya pernikahan yang mahal. Bagi saya, keinginan ini semacam menghilangkan substansi pernikahan hanya karena nilai simbolik, yakni bentuk penghargaan dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Paradoks Pernikahan
Sebagian orang membatalkan keinginan menikah karena belum punya modal untuk melaksanakan acara resepsi, padahal dalam pernikahan, kita bisa saja tidak melakukan resepsi. Pernikahan hanya perlu akad nikah, hal itu sudah cukup untuk dikatakan sah sebagai suami-istri. Kita tidak perlu acara megah yang mengeluarkan banyak uang dan tenaga karena itu tidak menjadi hal substansial dalam suatu pernikahan. Tetapi, Anehnya masih banyak orang yang menyukai acara pernikahan megah, mengeluarkan uang yang banyak, hanya karena ingin mendapatkan penghargaan dari orang-orang lain. Penghargaan yang diharapkan tentu bisa datang dari keluarga, teman dekat, tetangga, atau rekan kerja.
Berangkat dari keresahan tersebut, tulisan ini akan coba memberikan penjelasan bahwa substansi pernikahan bukan hanya memikirkan resepsi, jauh lebih penting dari itu adalah memikirkan dan mempersiapkan bagaimana masa depan setelah pernikahan.
ADVERTISEMENT
Pernikahan Sebagai Ajang Pengakuan
Sebuah pernikahan dilihat hanya sebagai ajang untuk mendapatkan penghargaan sosial dari orang lain. Keinginan untuk menunjukkan bahwa pesta pernikahannya atau resepsi yang mereka lakukan syarat akan prestise. Contohnya pernikahan yang dilaksanakan di hotel berbintang, gedung atau aula besar dan megah.
Sebenarnya, bisa saja kita memiliki keinginan tersebut, tetapi semua orang tidak bisa melaksanakan hal ini karena keinginan itu berbenturan dengan kondisi keuangan yang dimiliki, tragis memang jika dipikir lebih dalam lagi.
Saya tidak habis pikir, banyaknya pasangan yang telah melangsungkan pernikahan di tempat mewah harus menghabiskan uang puluhan atau bahkan ratusan juta rupiah hanya untuk acara semalam yang tidak punya nilai dan tidak substansial.  Anehnya, setelah menikah mereka hidup terombang-ambing, tidak punya pendapatan tetap, dan mereka mau tidak mau harus mengontrak rumah, mencari pinjaman sana-sini, bahkan harus membayar hutang dari uang yang mereka pinjam untuk melaksanakan acara pernikahan.
ADVERTISEMENT
Di sini letak paradoksnya, di satu sisi kita harus mengabiskan uang ratusan juta demi untuk menggelar acara resepsi pernikahan yang mewah, tetapi di sisi lain kita tidak punya perencanaan yang matang untuk kehidupan setelah menikah. Aneh.
Merencanakan Kehidupan Masa Depan Lebih Baik
Bagi saya, solusi dari hal itu adalah pertama-tama kita harus melihat substansi pernikahan. Cara yang mudah untuk mengetahui bahwa substansi pernikahan adalah dengan menggunakan rasionalitas manusia. Pernikahan tentu bukan untuk meningkatkan prestise sosial kita, tetapi pernikahan selayaknya dilihat sebagai penyatuan antara dua tubuh dan jiwa untuk waktu yang sangat lama.
Penting diketahui juga bahwa syarat sah dalam negara dan agama (Islam) bukan dengan diselenggarakannya resepsi, tetapi melangsungkan akad nikah. Berjalannya akad nikah yang syahdu saja sudah cukup dikatakan sah di hadapan negara dan Tuhan. Jika ingin menggelar acara, cukup untuk mengundang keluarga dan sahabat terdekat pada hari akad nikah dibanding mengundangnya pada acara resepsi yang megah.
ADVERTISEMENT
Dibanding kita harus bersusah payah mengumpulkan uang ratusan juta hanya untuk menggelar acara resepsi yang biayanya saat ini sangat mahal, lebih baik kita menata masa depan. Mulai sekarang kita wajib mempertanyakan, bagaimana sebenarnya kondisi hidup kita setelah pernikahan?
Bayangkan  saja uang ratusan juta yang dikeluarkan dalam acara resepsi bisa digunakan untuk pergi berlibur dengan pasangan kita, membeli perlengkapan rumah, cicilan rumah, sampai merencanakan kehidupan masa depan anak.
Terakhir, menutup tulisan ini kita harus mendudukkan pernikahan sebaga sesuatu yang mempunyai nilai guna, yakni untuk bisa menyatukan dua raga dan jiwa untuk dikatakan sah dihadapan negara dan Tuhan; bukan dalam pandangan sempit melihat pernikahan hanya sebagai simbol meningkatkan privilese kita dihadapan keluarga, sahabat, dan mungkin mantan, hehe.
ADVERTISEMENT