Nasib Makam Marius Hulswit Sang Arsitek Pertama di Hindia Belanda

Muhammad Ilham Nur
Sedang menempuh pendidikan sarjana Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin.
Konten dari Pengguna
12 September 2020 10:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ilham Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Marius J. Hulswit. Dokumentasi Museum Bank Mandiri
zoom-in-whitePerbesar
Marius J. Hulswit. Dokumentasi Museum Bank Mandiri
ADVERTISEMENT
Marius J. Hulswit, yang dikenal sebagai Hulswit lahir di Amsterdam, 2 Januari 1862. Hulswit yang tergabung dalam Architect en Ingineurs Bureau Hulswit Fermont Ed. Cuypers, yaitu biro arsitek dan insinyur terbesar di Hindia Belanda pada awal abad-20. Biro arsitek ini merupakan gabungan dari arsitek Marius J. Hulswit, Fermont te Weltevreden dan Eduard Cuypers. Hulswit, Fermont dan Cuypers. Mereka adalah arsitek profesional yang karyanya banyak tersebar di Hindia-Belanda (Sekarang Indonesia). Salah satunya adalah Museum Bank Indonesia, Gereja Katerdal Jakarta, Kantor Pelayanan Pajak Tambora, Gedung Balai Kota Lama Medan, dan masih banyak lagi karyanya yang tersebar di Indonesia.
Halaman Depan Museum Taman Prasasti. Dokumentasi Muhammad Ilham Nur (22/08/2020)
Meninggal pada 9 Januari 1921 di Batavia (Jakarta), Hulswit dimakamkan ditempat pemakaman umum modern pertama di dunia, yaitu di Kerkhoflaan Kebon Jahe Kober (Sekarang menjadi Museum Taman Prasasti). Kerkhoflaan Kebon Jahe Kober atau TPU Kebon Jahe Kober ini berdiri di samping Kantor Walikota Jakarta Pusat ini telah berdiri dari tahun 1795. Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Eko Wahyudi selaku Staff Informasi & Edukasi Museum Taman Prasasti pada Sabtu, 22 Agustus 2020, Kerkhoflaan Kebon Jahe Kober lebih tua ketimbang pemakaman Fort Canning Park (1926) di Singapura, Gore Hill Cemetery (1868) di Sydney, La Chaise Cemetery (1803) di Paris, Mount Auburn Cemetery (1831) di Cambridge, Massachusetts, dan Arlington National Cementery (1864) di Washinton DC. Saat ini, Kerkhoflaan Kebon Jahe Kober telah berubah menjadi Museum Taman Prasasti, yang diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, H. Ali Sadikin dan selanjutnya dikelola Dinas Museum dan Sejarah (kini Dinas Kebudayaan dan Permuseuman) Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tanggal 9 Juli 1977.
Kondisi Museum Taman Prasasti Yang Rimbun. Dokumentasi Muhammad Ilham Nur (22/08/2020)
Makam Marius J. Hulswit terletak di bagian Barat Laut setelah memasuki Museum Taman Prasasti. Berwarna krim berbentuk persegi panjang dengan nisan yang memiliki bentuk limas segi empat. Makam Hulswit berbahan dasar Batu Andesit, dan bertekstur kasar.
Bagian Jirat & Nisan Pada Makam. Dokumentasi Muhammad Ilham Nur
Penulis membagi Makam ini menjadi dua bagian, yaitu Bagian Jirat dan Nisan. Jirat atau lebih dikenal sebagai kijing adalah bagian badan makam, sedangkan nisan jika ditinjau dari segi bahasa, berasal Persia yang artinya umumnya adalah tanda (Santosa, 1980). Pada bagian Jirat mempunyai panjang 316 centimeter, lebar 181 centimeter, tinggi 17 centimeter. Lalu pada bagian Nisan mempunyai ukuran panjang 160 centimeter, 131 centimeter, tinggi 185 centimeter.
Motif pada seluruh bagian Nisan. Dokumentasi Muhammad Ilham Nur (22/08/2020)
Pada bagian nisan, mempunyai motif Bunga Tulip terletak di bagian bawah nisan yang mengelilingi semua bagian nisan. Bagian utara nisan, terdapat motif tulisan, yaitu “MARIUS HULSWIT, ARCHITECT, 2 JAN. 1862,GEB. TE. AMSTERDAM, OVERL. TE BATAVIA, 10 JAN. 1921” dan sebuah gambar bintang persegi delapan di tengah nisan. Lalu pada bagian barat terdapat motif tulisan “ELIZE HULSWIT, GEB. KARTHAUS”.
Foto kerusakan pada seluruh bagian makam. Dokumentasi Muhammad Ilham Nur (22/08/2020)
Terdapat kerusakan pada bagian Jirat, yaitu pada bagian timur yang terdapat patahan pada ujung atas. Sedangkan pada bagian Nisan, kerusakan terdapat pada bagian utara, yaitu terkelupas dan retaknya bagian bawah Nisan. Lalu bagian barat terdapat retakan dan pecahan di bagian bawah.
ADVERTISEMENT
Keadaan Makam Marius J. Hulswit saat ini menurut penulis, harus diperhatikan lebih intensif. Melihat dari kerusakan yang ada, tentunya menjadi ancaman bagi kediaman terakhir sang arsitek yang karyanya masih bisa dinikmati hingga saat ini. Dibanding dengan karyanya, yaitu Museum Bank Indonesia, Gereja Katedral Jakarta, dan masih banyak lagi, seharusnya makam salah satu arsitek yang membangun gedung-gedung bercorak neo-klasik ini sangat diperhatikan kondisinya.
Tentunya penulis berharap kepada pihak Museum Taman Prasasti agar lebih memperhatikan lagi makam Marius J. Hulswit maupun makam-makam lain yang menjadi koleksi. Sehingga seluruh makam-makam yang tentunya mempunyai nilai penting dan bersejarah bagi negara ini, masih bisa dinikmati para pengunjung dan pastinya bagi para penerus bangsa.