Konten dari Pengguna

Quarter-Life Crisis: Permasalahan Psikologis masa Transisi Menuju Kedewasaan

Muhammad Ilhamsyah
mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah
26 Juni 2024 7:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ilhamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkan kalian merasa bimbang dan bingung dalam menghadapi kehidupan yang dijalani? Seakan-akan kita tidak tahu apa esensi kehidupan bagi diri kita sendiri, karena kita bingung kehidupan apa yang akan kita jalani kedepannya. Hal tersebut semakin terasa berat ketika ditambah dengan banyaknya beban ekspetasi yang kita pikul dalam menjalani kehidupan. Masa-masa ini dikenal dengan quarter life crisis, atau krisis seperempat kehidupan yang kerap merasuki individu ketika mulai memasuki usia dewasa, sejak menginjakan kaki di usia 18 hingga 30 tahun.
ilustrasi depresi pada orang dewasa. https://pixabay.com/id/illustrations/pria-sakit-kepala-menekankan-8497161/
Quarter life crisis adalah fenomena psikologis yang sering dialami oleh individu di usia awal dewasa, di mana mereka merasa bingung dan tertekan mengenai arah hidup mereka. Hal tersebut mencakup permasalahan tentang karier, hubungan, pendidikan, gaya hidup, maupun identitas individu. Dalam Islam, menghadapi quarter life crisis dapat dipandang sebagai ujian dan peluang untuk memperkuat iman serta menemukan tujuan hidup yang sejati dan lebih baik. Hidup adalah sebuah perjalanan yang senantiasa terus berkembang, dan setiap fase di dalamnya memerlukan refleksi dan perbaikan diri.
ADVERTISEMENT
Jeffrey Jensen Arnett memperkenalkan konsep Emerging Adulthood, yang mencakup usia 18 hingga 29 tahun. Menurut Arnett, fase ini adalah periode eksplorasi identitas dan kebebasan, penuh dengan kemungkinan tetapi juga ketidakpastian. Ia menekankan bahwa emerging adulthood adalah waktu kritis untuk pengambilan keputusan yang akan berdampak jangka panjang, sehingga kecemasan dan kebingungan adalah hal yang umum. Arnett berpendapat bahwa masa ini adalah saat yang penting untuk membentuk identitas dan menemukan arah hidup yang sesuai dengan esensi yang ingin dicapai oleh suatu individu. Jika tidak ditanggulangi dengan baik, kondisi quarter life crisis akan berdampak pada kesehatan mental.
ilustrasi mental health. https://pixabay.com/id/photos/kesehatan-mental-ubin-kayu-2019924/
Tanda-tanda quarter life crisis dapat terlihat dari ketidakpastian dan kegelisahan yang mendalam yang muncul dalam benak seseorang mengenai masa depan dan tujuan hidup. Namun, Islam mengajarkan bahwa di balik setiap cobaan, terdapat hikmah yang tersirat, dan sesluit apapun masalah yang diberikan, akan ada jalan kemudahan untuk keluar dari permasalahan tersebut. Seperti yang tetuang dalam Al-Quran, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 6). Oleh karena itu, tantangan dan kesulitan yang dialami, termasuk quarter life crisis, adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar untuk menguji dan memperbaiki hamba-Nya agar lebih baik. menemukan tujuan hidup yang bermakna dalam cahaya petunjuk Islam.
ilustrasi ibadah sebagai mediasi. https://pixabay.com/id/photos/berdoa-masjid-islam-muslim-allah-480087
Menurut beberapa responden, masa-masa usia 20 tahun adalah masa yang membingungkan dalam menentukan arah dan tujuan masa depan. Terutama ketika melihat teman sebaya telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dibanding dirinya, rasa kekhawatiran tersebut mulai muncul ketika seseorang merasa insecure dengan pencapaian orang lain. Selain itu, kondisi ekonomi dan keluarga juga berpengaruh pada seseorang yang mengalami fase tersebut. Kekhawatiran akan tidak bisa mengangkat martabat keluarga, ketakutan untuk gagal, bahkan kecemasan dalam memikirkan kesuksesan di masa yang akan datang. Padahal masa ini merupakan masa yang menentukan bagi kehidupan kedepannya, dalam posisi ini akankah kita terus termenung untuk memikirkan zona nyaman atau berani melangkah untuk kehidupan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Quarter life crisis dapat diatasi dengan terapi kelompok suportif, seperti bercengkrama dan berbincang dengan kelompok yang mampu memberikan support untuk menurunkan quarter life crisis pada individu tersebut. Bentuk terapi kelompok tersebut dapat membuat individu memahami perasaan yang sama satu sama lain dari apa yang mereka rasakan. Selain itu, refleksi diri dengan meluangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang benar-benar penting dan menyadari nilai-nilai serta tujuan pribadi. Melakukan kegiatan seperti journaling dapat membuat pikiran kita lebih tenang, karena dengan menulis apa yang kita rasakan, pikiran seakan-akan menjadi tercurahkan dalam jurnal yang kita tulis. Mengurangi tekanan dan ekspetasi juga berpengaruh dalam menghadapi quarter life crisis, karena hal ini juga dipicu oleh besarnya tekanan kehidupan terhadap suatu individu. Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dan fokus pada kemajuan pribadi daripada membandingkan diri dengan orang lain dapat mengurangi perasaan tidak aman dan kecemasan.
ilustrasi kegiatan jurnaling untuk menenagkan diri. https://pixabay.com/id/photos/perawatan-diri-tugas-menulis-6886598/
Dalam menjalani kehidupan, kita tentunya akan selalu dihadapkan dengan segala permasalahan. Kerap kali masalah tersebut jutsru membuat kita menjadi overthingking dan cemas dalam kehidupan yang kita jalani. Hal tersebut terkadang membuat kita lalai akan siapa yang memiliki kita dan memberikan kita kehidupan sampai saat ini. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tentunya kita juga perlu mengevaluasi kehidupan yang telah kita jalani, karena sebaik-baik hubunganmu dengan Tuhanmu, adalah faktor terbesar dari kesuksesanmu.
ADVERTISEMENT