Konten dari Pengguna

Snouck Hurgronje dan Politiknya Terhadap Islam pada Masa Kolonial

Muhammad Ilhamsyah
mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah
14 Maret 2024 12:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ilhamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Politik. https://pixabay.com/id/photos/politik-pemilihan-huruf-2361943/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Politik. https://pixabay.com/id/photos/politik-pemilihan-huruf-2361943/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Snouck Hurgronje merupakan negarawan besar dari Belanda, pengetahuan yang dimiliki olehnya memliki andil yang besar dalam kolonialisme di Indonesia. Dengan pengetahuan agama Islam yang dimilikinya, ia bahkan dapat meredam pemberontakan dari umat Islam saat itu. Ia juga adalah orang yang mengemukakan bahwa masuknya Islam di Indonesia merupakan akibat dari masuknya pedagang India melalui jalur perdagangan yang melewati Indonesia. Namun hal itu belum dapat dibuktikan kredibiltasnya, hal ini disebabkan karena Snouck Hurgronje yang merupakan seorang politikus menggunakan narasi tersebut untuk kepentingan politiknya.
Foto Snouck Hurgronje bersama para utusan Belanda di Jeddah. https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/3188236/
Arab, Islam, dan Kolonial
ADVERTISEMENT
Proses penyebaran Islam di Nusantara terbagi menjadi beberapa jalur salah satunya adalah dengan jalur perdagangan. Teori tentang masuknya Islam ke Nusantara pun sangat bermacam-macam tergantung pada sudut pandang penulisnya. Bangsa Arab yang saat itu merupakan tempat lahirnya Islam menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses islamisasi Nusantara. Bangsa Arab mempunyai andil yang besar dalam islamisasi Nusantara yang dilakukan oleh orang-orang Arab serta bagaimana mereka juga ikut serta dalam memeperjuangkan kemerdekaan di Indonesia.
Dikutip dari buku C. Snouck Hugronje, Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab karya Hamid Alqadri tentang bagaimana pandangan Snouck Hurgronje yang sebagai orientalis memandang keturunan bangsa Arab. Pemikiran orientalis dari Snouck Hurgronje menegaskan bahwa bangsa Arab adalah sebuah ancaman bagi kolonial Belanda, karena Islam lahir dari Arab. Hal tersebut memberikan perspektif yang negatif oleh para pemerintah kolonial, hal ini dikarenakan Arab menjadi titik utama dari penyebaran Islam di Indonesia, Islam menjadi suatu hal yang cukup mengancam kedudukan Belanda di Indonesia saat itu.
ADVERTISEMENT
Politisasi Snouck Hurgronje dan Kolonial terhadap Islam di Indonesia
Snouck Hurgronje menerapkan paham orientalisme dalam menyebarkan ilmu pengetahuannya, karena ia memiliki peran tersendiri dalam politik yang dilancarkan oleh Belanda. Menurut pendapatnya cara untuk menguasai Indonesia adalah menjauhkan bangsa Indonesia dari Islam, termasuk memisahkan keturunan Arab yang identik dengan Islam pada saat itu.
Menurut Snouck Hurgronje, Islam pada saat itu masih belum berakar dengan kuat sehingga masih bisa diubah asalkan tidak keluar dari ajaran yang menjadi pegangan utamanya. Hal tersebut dapat memudahkan Belanda untuk memasukan unsur baru pada mereka, hal ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya demi menjaga kedudukan Belanda di Indonesia
Politik Snouck menghalalkan segala cara untuk keberhasilan politiknya. Termasuk ketika ia menikah dengan Siti Saadiyah, yang merupakan putri pejabat di Bandung. Sebelumnya terdapat keraguan dalam keluarga putri tersebut akan keislaman Snouck, tapi Snouck berhasil meyakinkan mereka tentang keislamannya. Selain itu ia juga berusaha menekan pengaruh Islam di Indonesia, ia mencoba menghalangi masayarakat Indonesia untuk pergi haji. Snouck sangat membatasi dan mempesulit orang-orang yang ingin pergi haji pada saat itu. Ia membuat peraturan yang mana terdapat ujian bagi orang yang ingin pergi haji, karena haji merupakan salah satu metode penyebaran Islam yang cukup efektif. Sehingga pemerintah kolonial membatasi kuota haji dan hanya orang-orang yang terpilih saja yang dapat melaksanakan haji. Selain itu pemerintah Belanda juga mempersulit imigrasi terhadap orang-orang Arab yang datang ke Indonesia, khususnya yang berasal dari Hadramaut. Pembatasan imigrasi tersebut bukan didasari oleh faktor ekonomi maupun faktor budaya, akan tetapi didasari oleh faktor politik yang menganggap Islam adalah ancaman yang bisa mengancam kedudukan Belanda.
ADVERTISEMENT
sekelompok haji dari Banten yang akan berangkat ke Mekkah. https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/808517/
Selain itu terdapat pemberlakuan passen-stelsel bagi orang timur asing, akan tetapi seiring berjalannya waktu aturan tersebut mulai dilonggarkan Snouck Hurgronje tidak setuju akan hal tersebut. passen-stelsel merupakan aturan dimana orang Timur Asing hanya boleh pergi ke tempat lain dari tempat tinggalnya jika mendapat pas izin untuk berpergian. Snouck Hurgronje berpendapat bahwa penghapusan aturan tersebut akan berakibat fatal khususnya di bidang ekonomi Belanda.
Snouck Hurgronje sangat tidak setuju dengan pembauran antara keturunan Arab dan pribumi. Ia mengatakan, untuk berbaur dengan pribumi dan orang Belanda mereka haurs melepaskan atribut kebangsaan mereka, mereka harus berpakaina seperti pribumi. Hal tersebut menjadikan mereka melakukan perbuatan kriminal, karena pada saat itu terdapat undang-undang yang mengharuskan tiap golongan berpakaian secara golongannya sendiri sebagai identitas dari golonga tersebut.
ADVERTISEMENT
Islam dan pengaruh kedudukan pemerintah kolonial
Alasan kolonial menggunakan politiknya untuk menekan Islam di Indonesia adalah dikarenakan terancamnya kedudukan Belanda di Indonesia. Belanda sangat menakuti ancaman yang diberikan oleh orang Islam khususnya orang keturunan Arab, karena mereka memberikan ajaran yang fanatik terhadap Islam itu sendiri, sehingga jika tidak diantisipasi maka ancaman yang lebih besar akan membahayakan kedudukan Belanda di Indonesia. Oleh karenanya mereka selalu berusaha menekan pergerakan keturunan Arab di Indonesia. Orang China dibatasi karena mengganggu ekonomi Belanda, sedangkan orang Arab dibatasi karena dianggap mengganggu keamanan, menimbulkan kerusuhan, dan ketentraman bagi pemerintahan Belanda.
Ilustrasi pabrik Gula sebagai salah satu komoditas ekomomi Hindia Belanda. https://www.rijksmuseum.nl/en/my/collections/1871731/
Beberapa perlawanan terhadap Belanda yang dilakukan oleh rakyat mengubah perspektif langkah Belanda yang sebelumnya berteman dengan petinggi kerajaan di Indonesia, menjadi menghormati dan mendekati kepala adat dengan dalih mendapat simpatisan dari rakyat. Hal tersebut dilakukan agar menekan perlawanan rakyat terhadap pemerintahan Belanda yang semakin berani dalam memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Beberapa perlawanan bangsa Indonesia yang membuat Belanda cukup kewalahan adalah perjuangan Pangeran Diponegoro dan Perang Aceh.
Ilustrasi penangkapan Pangeran Diponegoro yang dianggap memberontak terhadap pemerintah kolonial. https://www.rijksmuseum.nl/en/collection/SK-A-2238/
Islam dan pemerintahan Kolonial adalah dua hal yang saling bertolak belakang, masing-masing golongan selalu mencoba mempertahankan eksistensinya di Indonesia. Pemerintah kolonial selalu mencoba meredam pergerakan Islam yang dianggap sebagai ancaman yang paling serius. Hal ini membuat pemerintah kolonial cukup serius dalam menanggapi permasalahan tersebut, hal ini dibuktikan dengan praktik politik yang dilancarkan oleh pemerintahan, teruatama oleh seorang negararawan orientalis dari Belanda, Snouck Hurgronje.
ADVERTISEMENT