Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Cerpen : Rantauan Keilmuan
28 Oktober 2022 16:20 WIB
Tulisan dari Muhammad Ilhamsyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![ilustrasi dari cerpen Rantauan Keilmuan oleh Muhammad Ilhamsyah](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01ggexvh7jrqqnagq32anzngkz.jpg)
ADVERTISEMENT
Kilauan senja mulai memudar pertanda akan tenggelamnya sang surya dan digantikan purnama. Hangat senja seakan mendekapku untuk terus bersamanya namun sang surya tak mengizinkanku untuk lebih lama dengannya, hari yang cukup melelahkan yang penuh dengan rintangan dan ujian kehidupan.
ADVERTISEMENT
“Fiuh....” kataku dalam hati.
Namaku Indah aku adalah seorang mahasiswi jurusan akuntansi di salah satu universitas di Bengkulu. Jujur saja sebenarnya aku tak berniat masuk jurusan akuntansi tapi, mau bagaimana lagi ini adalah takdir yang diberi sang Ilahi. Sebenarnya aku ingin masuk jurusan psikologi sejak aku duduk di bangku SMP tapi, aku tak lolos dalam ujian masuk saat itu.
Sebenarnya hari ini aku tidak pulang sore hanya saja sejak tadi siang hujan turun cukup deras dan aku tidak membawa payung maupun jas hujan. Terpaksa aku harus menunggu hingga hujan telah selesai menurunkan rahmat-Nya, hujan bukan sesuatu yang buruk karena air begitu penting dalam kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi. Pada akhirnya hujan berhenti pada jam 16.45, cukup sore aku pulang hari ini.
ADVERTISEMENT
Aku tak pulang sendirian karena kebetulan temanku Fira sudah pulang dari pekerjaannya. Jarak rumahku ke kampus cukup jauh bisa ditempuh sekitar satu jam bila menggunakan angkutan umum karena aku berasal dari kampung, dan untungnya Fira bekerja di tempat yang tak jauh dari kampusku.
Fira adalah temanku dari sejak aku duduk di bangku SD bahkan, kami tetap satu sekolah dari SD,SMP, dan SMA namun, karena aku ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi maka aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang universitas. Fira lebih memilih bekerja untuk membantu kehidupan keluarganya.
“Dah, lu gak capek apa pulang pergi kuliah mulu belajar lagi?” tanya Fira.
“Ya capek si cuma mau gimana lagi kan gue juga yang mau kuliah, gue harus niat juga kan?” tanyaku balik.
ADVERTISEMENT
“Iyasih, tapi kenapa lu gak kerja aja Dah?” ujarnya.
“Gapapa si Fir lagian gue pengen bisa menguasai aja pelajaran yang ada dan bisa menaikkan martabat keluarga gue.” Jawabku.
“Okelah, semoga apa yang lu jalani bisa dapet timbal balik yang setimpal.” Kata Fira.
“Aamiin, semoga saja ya Fir.”
“Aamiin paling serius.” Jawabnya.
Tak terasa aku pun sudah sampai di depan rumahku, dan akhirnya kami berpisah untuk hari ini.
“Makasi fir sudah mau nemenin.” Kataku
“Oke sampai jumpa esok hari ya..” akhir kata itu menutup pertemuan kita di hari ini.
Aku membuka pintu rumahku dan ibuku langsung menghampiriku, sementara itu ayahku sedang menonton televisi bersama adikku.
“wah anak mamah baru pulang kuliah ni, tumben pulangnya magrib?” tanya ibuku.
ADVERTISEMENT
“Iya mah tadi hujan lama banget di kampus, yaudah ma aku mau mandi dulu ya mau solat magrib dulu.” Ujarku.
“Owh yaudah sana mandi dulu nanti jangan lupa makan ya.” Kata ibuku.
“Iya ma.” Jawabku.
Aku langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badanku dan bersiap untuk menunaikan solat magrib. Air yang turun mengalir ke seluruh tubuhku seakan perlahan menghapus rasa lelah yang membebaniku. Setelah selesai mandi dan menunaikan solat magrib aku makan dan sedikit berbincang dengan ibuku.
“Mah, Indah boleh gak ikut kakak ke Jakarta, Indah pengen kuliah kayak kakak boleh gak mah?” aku bertanya pada ibuku.
Ibuku langsung menatapku dan sepertinya tatapannya mulai serius. Kakakku memang kuliah di Jakarta dia mengambil jurusan ekonomi di salah satu universitas negeri di Jakarta, sekarang dia duduk di semester 5.
ADVERTISEMENT
“Emangnya kenapa, kok kamu pengen kuliah disana, kamu mau ngulang lagi, sayang lho sudah semester 2”. Kata ibuku.
“Ya aku pengen merantau aja mah buat tambah pengalaman juga lagian kan pendidikan di Jawa juga bagus mah.” Ujarku.
Dan sepertinya ayahku yang sedang menonton televisi mendengar pembicaraan kami, lalu menghampiri kami dan ikut berbincang.
“Kenapa Dah, kamu mau kuliah di Jakarta sama kakakmu?” tanya ayahku.
“Iya yah soalnya kan di Jawa bagus pendidikannya menurut ayah bagaimana?” jawabku.
“Ya baguslah kamu sudah ada keinginan dari diri sendiri buat belajar tapi, kamu gapapa ngulang lagi dari awal?” ayahku bertanya balik.
“Ya gapapa si yah lagian nanti juga bakal ketemu teman yang baru masuk juga.” Jawabku.
ADVERTISEMENT
“Ya udah tapi kamu harus bener-bener belajarnya harus sungguh-sungguh harus fokus sama tujuan kamu belajar ke sana buat apa.” Ayahku mencoba menasihatiku.
“Jadi Indah boleh kuliah di Jakarta yah?” tanyaku.
“Iya tapi, kamu harus denger apa yang tadi ayah bilang.”
“Wah ayah baik banget, sayang deh sama ayah.” Kataku.
“Tapi kalo bisa kamu ambil universitas negeri ya biar tanggungannya gak terlalu berat bayarannya.” Kata ibuku.
“Oke mah aku akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa sekolah di luar Sumatra.
Dari sana aku mulai untuk berjuang dan belajar dengan sungguh-sungguh agar aku bisa kuliah di Jakarta. Tak lupa aku menghubungi Fira bahwa aku akan merantau ke Jakarta menyusul kakakku dan menghadapi kehidupan baru di sana sebagai seorang perantau.
ADVERTISEMENT
Perasaan yang kualami saat ini sangat campur aduk menjadi satu antara senang, sedih, dan semua perasaan saling bercampur menjadi satu dihatiku. Senang karena aku bisa kuliah dan belajar di luar Sumatra. Sedih karena aku harus meninggalkan orang-orang yang dekat denganku baik keluarga maupun teman-temanku.
Sebulan telah berlalu, minggu kemarin kakakku pulang dari Jakarta untuk liburan karena ibuku menyuruhnya pulang agar aku berangkat denganya, dan esok hari ia akan kembali ke Jakarta. Aku meminta izin pada orang tuaku untuk ikut dengan kakakku, tak lupa aku berpamitan pada teman-temanku.
“Fir, besok gue mau ke Jakarta Fir, mau merantau dulu, sampein pamit ini pada temen-temen yang lain, gue gak bisa pamit ke semuanya.” Kataku dalam sebuah percakapan telepon.
ADVERTISEMENT
“Wah, semoga sukses ya semoga bisa menggapai impian lu, jangan lupa sama kita-kita disini nanti lah gue mau main ke Jakarta.” Kata Fira.
“Aamiin, gak kok gue gak akan lupain kalian, makasi ya untuk semuanya.” Kataku.
“Iya semoga suskes selalu bestii, semangat!” ujar Fira.
“Syapp!” aku menutup pembicaraan kali ini.
Tak sabar aku menunggu hari esok yang penuh campur aduk dihati ini, sesekali aku bertanya pada kakakku bagaimana lingkungan yang ada di sana, dan bagaimana bergaul dengan orang orang yang berasal dari berbagai macam daerah dan suku di Indonesia. Karena, aku bukan tipe orang yang mudah bergaul dan akrab dengan orang baru, terkadang untuk bisa berteman pun butuh beberapa waktu agar bisa menyamankan diriku untuk bergaul dengan orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Ibu dan ayahku berpesan agar mengikuti apa yang dikatakan kakakku di Jakarta. Berbagai macam nasehat orang tuaku dilontarkan demi sang buah hatinya, karena aku tahu pasti mereka selalu berharap yang terbaik untuk anaknya.
Setelah orang tuaku selesai memberikan wejangannya, aku bersiap untuk mengemasi barang-barang yang sekiranya aku butuhkan nanti di Jakarta. Setelah itu aku mencoba untuk tidur meskipun mata ini enggan tertutup kupaksakan mata ini agar bisa tertidur dalam kesunyian malam.
Keesokan harinya aku bangun dengan hati yang masih campur aduk masih berada dalam kebimbangan hidup. Jam menunjukkan pukul 10.00 aku segera mengambil barang-barangku dan kakakku sudah menunggu di bawah untuk berangkat menuju bandara, tak lupa aku berpamitan pada orang tuaku dan mereka memberikan untaian doa untukku.
ADVERTISEMENT
“Hati-hati ya nak, jangan lupa pesan yang kemarin mama sampaikan, semoga kamu bisa sukses di sana.” Kata ibuku.
“Iya ma, doain saja ya.” Ujarku.
Beberapa menit kemudian aku mulai berangkat menuju bandara Fatmawati di kota Bengkulu, waktu yang ku tempuh sekitar dua jam dari rumahku untuk sampai di bandara. Setelah itu kami masuk bandara untuk melakukan check in di sana. Kemudian kami menunggu keberangkatan pesawat yang akan berangkat pukul 14.00.
Aku merasa sangat senang karena ini pertama kalinya aku naik pesawat terbang. semoga menjadi sebuah perjalanan yang berkesan. Pikirku. Aku pun naik pesawat dan beberapa menit setelah itu pesawat mulai lepas landas, dan inilah awal dari sebuah kehidupanku yang baru.
ADVERTISEMENT
Ketika aku melihat ke jendela ku tengok pesawat yang mulai terbang menuju angkasa meninggalkan bumi yang penuh kenangan dan membawaku sampai di titik ini. Pemandangan ciptaan sang Ilahi seakan tak bisa membuatku berkedip, keindahan yang Dia ciptakan sangat beragam dan tanpa kusadari aku terlelap dalam mimpi.
“Dah, bangun dah bentar lagi sampe ini.” Ujar Kakakku sambil menepuk pundakku.
“Hah, masa, aduh malah ketiduran lagi.” Ujarku.
“Iya bener bentar lagi ini, lagian hobi banget tidur.” Ejek kakakku.
“Yah, sayang banget tau kak malah ketiduran.” Sesal diriku.
Beberapa menit kemudian pesawat mulai terlihat turun kembali ke bumi yang sudah bersiap untuk menyambut langkah di kehidupanku yang baru.