Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Liburan, Keluarga dan Kesehatan Mental
31 Desember 2022 19:40 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Iqbal PhD Psikolog tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Liburan, Keluarga dan Kesehatan Mental
Tidak lama lagi masa pergantian tahun akan segera tiba, banyak masyarakat yang berlibur baik sekedar berkumpul dengan keluarga di rumah saja hingga berpergian ke luar kota maupun ke luar negeri. Liburan dalam perspektif psikologi adalah bagian dari " self reward" yang tujuannya untuk memberikan relaksasi dan bagian dari merawat diri agar bisa lebih produktif pada saat bekerja
ADVERTISEMENT
Libur bermakna kita berhenti sejenak dari berbagai aktifitas rutin yang tentu saja menyita waktu sehingga tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga dan orang tersayang. Kajian tetang penting berlibur sangat erat dengan isu ketahanan keluarga dan Kesehatan mental seseorang. Khususnya di era digital dimana banyak keluarga yang sudah jarang berkomunikasi dan berinterkasi dengan alam. Dalam keseharian mereka sibuk bekerja mencari uang, gadget, media sosial, game online, namun lupa dengan peran dalam keluarga, baik sebagai orang tua maupun anak, sehingga banyak saat ini menghadapi pola asuh dan hubungan interaksi yang buruk
Dalam beberapa tahun belakangan ini banyak sekali kajian dan riset yang menyebutkan tentang “Work Family and Balance” yaitu keseimbangan antara karir dan keluarga, karena sesungguhnya tujuan awal bekerja atau berkarir adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, namun pada faktanya ketika seseorang berkarir, ia malah lupa dengan kehidupan keluarga, bahkan banyak pekerja yang mengabaikan keluarganya demi karir, padahal keluarga adalah elemen penting dalam kehidupan manusia, yang mampu meningkatkan kinerja dan produktifitas, itulah kenapa banyak perusahaan saat ini memberikan waktu cuti libur bahkan tunjangan untuk berlibur karena memang terbukti dengan berlibur bisa memberikan semangat baru dan meningkatkan motivasi
ADVERTISEMENT
Dalam dalam beberapa tahun belakangan ini, ditengah maraknya teknologi informasi, rumah-rumah sudah seperti “kuburan” tidak ada lagi canda tawa, makan bersama, bermain bersama, ibadah bersama, karena anggota keluarganya sibuk di ruang maya. Fenomena ini merupakan sebuah keniscayaan, karena pengaruh teknologi informasi yang begitu cepat, namun kita harus menyikapinya dengan menjaga keseimbangan antara ruang maya dan ruangnya khususnya tetap menjaga kehangatan keluarga. Ketahanan keluarga sangat erat hubungannya dengan Kesehatan mental seseorang, karena keluarga adalah “support system” dalam kesuksesan karir seseorang dalam “obat” mujarab dalam menyelesaikan berbagai kesulitan hidup.
Dukungan keluarga yang hangat, harmonis dalam mengurangi tekanan, kecemasan dan kembimbangan dalam mengambil keputusan, keluarga yang hangat, kuat, Tangguh, harmonis akan memberikan kontribusi yang besar dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup, bahkan ada ada pepatah Afrika yang mengatakan “ It takes a village to raise a child” yang artinya dibutuhkan orang sekampung untuk mendidik seorang anak” yang menunjukan betapa keluarga itu sangat penting dalam pengasuhan, keluarga bukan hanya orang tua, namun juga keluarga besar bahkan orang sekampung
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian yang dilakukan ahli psikologi perkembangan Julia Goldberd & Marcia Carsion Tahun 2014 kualitas hubungan Ibu dan Ayah sebagai pasangan menentukan baik secara langsung maupun tidak langsung kondisi kesejahteraan (well-being dan tumbuh kembang seorang anak, demikian juga yang disampaikan Bandura yang mengatakan bahwa cara berinteraksi antara Ayah dan Ibu sebagai pasangan adalah contoh bagi anak untuk mempelajari cara berhubungan dengan orang lain disekitarnya. Demikian yang disampaikan pakar psikologi Firestone yang mengatakan bahwa rasa bahagia orang tua membuat anak merasa , juga dan mempercayai orang tua untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka. Dalam penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa kualitas penikahan yang buruk berdampak pada pengasuhan bermasalah, meningkatnya pertengkaran, kurangnya kehangatan, pengasuhan yang inkonsistensi dan tidak efektif
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian Sheidow (2014) yang telah dipublikasikan dalam Journal of Children Family Study menemukan bahwa kualitas hubungan keluarga, keterikatan antar anggota keluarga dan cara pengasuhan, berperan penting dalam kesehatan psikologis setiap anggota keluarga. Keluarga yang intim, dapat memperkuat kemampuan dalam mengatasi stress dan mengelola emosi positif. Keterikatan emosional yang tinggi dapat menghindarkan depresi dan kecemasan pada saat individu terpapar stressor yang kronis
Berlibur bersama keluarga adalah saat yang tepat untuk melakukan terapi bagi jiwa yang kering, berlibur bersama bisa membangun kehangatan, kebersamaan serta membuka kembali komunikasi yang selama ini sudah jarang dilakukan. Keseimbangan antara pekerjan dan keluarga adalah sesuatu yang penting dalam karir seseorang, karena sesungguhnya keluargalah yang menjadi tumpuan utama Ketika kita berhadapan dengan ujian kehidupan. Ketahanan keluarga kita menjadi salah satu aspek yang penting dalam kesuksesan karir, Pendidikan serta tumbuh kembang anak
ADVERTISEMENT
Berlibur juga bisa menjadi “terapi” bagi individu dan keluarga yang terpapar adiksi internet, mulai dari adiksi gadget, media sosial, game, film, pornografi untuk kembali berada di ruang nyata, karena tingkat adiksi di kalangan masyarakat khususnya anak dan remaja sudah sangat tinggi. Berlibur tentunya tidak harus dengan biaya yang mahal, bisa dilakukan hanya berkumpul di rumah saja, berkemah, mengunjungi orang tua, mudik ke kampung halaman, silaturahim dengan handai taulan ataupun berpetualang di alam bebas.
Berlibur bukan hanya dari segi fisik saja, namun juga dari pikiran yang perlu di renggangkan, sehingga kita akan relaks dan lebih tenang. Dengan berlibur akhir tahun, kita juga bisa melakukan muhasabah, atas apa yang sudah kita lakukan, merenung atas dosa akita yang sudah dilakukan, dan membangun harapan yang lebih baik di masa yang akan dating. Anak millennial menyebutnya dengan istilah “healing” yang artinya penyembuhan atau pengobatan diri, yang tujuannya untuk mencari ketenangan diri dari berbagai tekanan dan persoalan hidup
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental juga sangat erat dengan kondisi spiritual seseorang, ketika individu dekat sengan sang pencipta, maka ia akan mudah berlapang dada, ikhlas menerima segala ujian dan bersyukur atas segala nikmat yang diterima
Menyambut tahun 2023 tentu saja akan ada banyak inpirasi, rencana, doa dan harapan, dan keluarga akan menjadi saksi dan pendukung utama kita dalam mencapai kesuksesan. Saat berlibur adalah saat yang tepat juga untuk kita kembali merenung, dari mana kita berasal, siapa yang menciptakan, untuk apa tujuan hidup kita di dunia, dan bagaimana kita mempersiapkan diri k
etika suatu saat menghadap yang kuasa. Selamat berlibur dan selamat tahun baru 2023 semoga kita semua diberkahi Allah Swt. Amiin
Muhammad Iqbal, Ph.D Psikolog
ADVERTISEMENT
Dosen Psikologi Paramadina/ Owner Rumah Konseling
Ketua Asosiasi Psikologi Islam Jakarta/ Ketua STIE Swadaya
www.rumahkonseling.online