Konten dari Pengguna

Mencegah Adiksi Internet di Keluarga Saat Pandemi

Muhammad Iqbal PhD Psikolog
Seorang Psikolog Bekerja sebagai seorang konselor pernikahan dan Owner Rumah Konseling, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Periode 2016-2021.Saat Dosen Tetap Psikologi Universitas Paramadina. Ketua STIE Swadaya Jakarta
2 Oktober 2020 8:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal PhD Psikolog tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi wanita sedang berselancar di internet Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita sedang berselancar di internet Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi covid-19 telah mengubah segala sisi kehidupan manusia, mulai, dari kehidupan sosial, ekonomi, agama hingga pendidikan. Teknologi informasi saat ini menjadi kebutuhan utama, khususnya internet, dengan adanya internet semua aktivitas dapat dilakukan di ruang maya yang bisa dilakukan dari mana saja, termasuk di dalam rumah dan kamar sehingga lebih aman dan selamat dari ancaman penyebaran covid-19.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pendidikan, internet saat ini menjadi kebutuhan utama, penutupan sekolah karena mencegah penyebaran covid-19 membuat semua pembelajaran dilakukan secara daring/online sehingga internet, laptop, gadget menjadi sarana utama dalam kesuksesan pembelajaran, baik pendidikan pra sekolah, dasar hingga perguruan tinggi.
Namun tanpa disadari dengan diberlakukannya Work From Home (WFH ) dan Learn Form Home (LFH) telah membuat kehidupan menjadi terpaku di ruang maya dan lupa dengan kehidupan sosial, perubahan pola hidup dari ruang nyata ke ruang maya tentu saja berdampak kepada kehidupan sosial, karena Internet ibarat pisau bermata dua, di satu sisi ia sangat bermanfaat bagi perekonomian dan pendidikan namun di satu sisi banyak sekali konten negatif dan berbahaya bagi perkembangan kehidupan, mulai dari konten negatif seperti berita 'hoaks' kekerasan, hingga pornografi, game online yang bisa menyebabkan terjadinya adiksi/kecanduan bagi anak maupun orang dewasa yang sangat berbahaya bagi diri pribadi orang lain.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya internet, aktivitas sosial tetap bisa dilakukan, namun melalui media sosial yang tentunya saja tidak semua orang yang menggunakannya adalah orang baik.
Ada banyak kejahatan di internet dengan menggunakan media sosial sebagai sarana kejahatan, mulai dari prostitusi online, cyber bullying, pedofil (video call sex), penipuan, judi online, pornografi, hingga game online yang bisa menyebabkan adiksi yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, karena dalam game online banyak yang mengandung kekerasan dan kesadisan.
Di saat pandemi COVID-19, anak dan remaja lebih rentan mengalami kecanduan internet karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam proses perkembangan, sehingga mereka terus mencoba dan penasaran dengan apa yang mereka lihat dan mereka dengar.
ADVERTISEMENT
Rasa penasaran dan kebebasan yang mereka miliki berselancar di dunia maya membuat mereka mudah sekali mengalami adiksi. Bentuk-bentuk kecanduan yang dialami anak dan remaja adalah adiksi media sosial, cybersex/cyberporn, belanja online dan judi, game online. Bahkan beberapa kasus remaja juga melakukan penipuan dan kejahatan seksual di internet.
Ciri-ciri orang yang mengalami kecanduan internet adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Kenapa sampai bisa adiksi/ kecanduan?
Menurut penelitian Cash,H., Rae, C., & Steel,A. tahun 2020 dalam bukunya yang berjudul "Internet Addiction: A Brief Summary of Research and Practice. Current Psychiatry Reviews" dalam hasil penelitiannya, dijelaskan bahwa saat ini pengguna teknologi digital (gadget) mengalami berbagai lapisan imbalan (reward dan reinforcement) ketika mereka menggunakan berbagai gadget dan fasilitas yang tersedia dalam internet.
Kegiatan ini mendukung pengguna internet dan gadget merasa diberikan hadiah yang tidak terduga dan beragam misalnya skor, poin, kemenangan, pengakuan sosial, likes, komentar, dan lain-lain. Hadiah yang dialami ini semakin diintensifkan jika dikombinasikan dengan konten yang meningkatkan / merangsang suasana hati.
Contohnya adalah pornografi (memperoleh rangsangan seksual), permainan video (memperoleh penghargaan sosial, identifikasi dengan pahlawan, citra diri virtual yang diharapkan), situs kencan (memperoleh fantasi romantis), poker online (memperoleh uang) dan ruang obrolan dengan minat khusus atau group chatting (memperoleh rasa kebergunaan).
ADVERTISEMENT
Di saat pandemi seperti ini anak dan remaja adalah kategori kelompok yang paling berisiko mengalami adiksi internet/gadget. Demikian juga dengan pola asuh orang tua yang ingin instan dan mudah, di mana orang tua tidak peduli dan abai dengan interaksi dan perilaku anaknya dengan internet sehingga anak dan remaja sangat mudah mengalami adiksi/kecanduan.
Ditambah lagi dengan pengaruh rekan sebaya yang membuat anak dan remaja semakin termotivasi untuk berlama-lama di ruang maya.
Bahkan di saat pandemi saat ini, adiksi gadget ini dialami juga oleh orang dewasa termasuk orang tua, mereka juga harus berinteraksi yang sering dengan internet dan gadget baik mengisi waktu ataupun bekerja dari rumah sehingga mereka juga berisiko mengalami adiksi, sehingga penggunaan gadget sudah menjadi budaya dalam sebuah keluarga.
ADVERTISEMENT
Di samping itu tingkat stress yang tinggi pada anak dan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik membuat mereka menjadikan gadget sebagai sarana hiburan dan kompensasi dari upaya mengurangi tekanan tersebut.
Cara Mencegah dan Mengatasi
Tips Cara Pencegahan yang bisa dilakukan oleh orang tua :
ADVERTISEMENT
Bila anak terindikasi mengalami adiksi, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua agar mengatasi kecanduan tersebut. Peran orang tua dalam mengatasi kecanduan gadget:
ADVERTISEMENT
------------------------------------------------------------------------
Muhammad Iqbal, Ph.D
Dekan Fak Psikologi Universitas Mercu Buana
Counseling Psychologist/CEO Rumah Konseling
Untuk Pertanyaan bisa di ajukan via:
@muhammadiqbalphd