kumplus-opini- Muhammad Iqbal- Karapan Sapi di Madura

Hikayat Adu Sapi

Muhammad Iqbal
Sejarawan IAIN Palangka Raya. Menulis tiga buku: Tahun-Tahun yang Menentukan Wajah Timur (EA Books, 2019), Menyulut Api di Padang Ilalang (Tanda Baca, 2021), dan Bermula dari Cerita Abah (Tanda Baca, Mei 2022).
29 November 2022 17:30 WIB
·
waktu baca 8 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi jantan bagi orang Madura punya makna yang kuat. Ia adalah lambang kekuatan dan kemakmuran. Orang Madura merawat sapi layaknya anggota keluarga. Sapi dikandangkan di samping dapur dan ditambatkan di depan beranda rumah. Konon, laki-laki Madura lebih menyayangi sapinya ketimbang istri sendiri.
Mencuri atau mencederai sapi di Madura dianggap sebagai pelanggaran yang sama beratnya dengan zina dan hampir selalu berujung pada carok, pembunuhan, atau pembacokan. Kaum lelaki, khususnya, menunjukkan kasih sayang yang sangat besar terhadap sapi jantan mereka, yang ditamsilkan sebagai “kawan serumah” dan diperlakukan layaknya manusia (Thomas 1983: 93-100).
Meski pengebirian bisa memudahkan pengendalian sapi saat bekerja, menggemukkan daging, dan meningkatkan kualitas jenis sapi yang bersangkutan, orang Madura tidak mau melakukannya. Sapi jantan yang dikebiri dianggap tidak sempurna dan lecak, hilang kekuatan dan energinya, dan barangkali nilainya sebagai simbol juga ikut hilang.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten