Konten dari Pengguna

Rendahnya Minat Literasi di Kalangan Gen Z: Tantangan dan Solusi

Muhammad Iqbal
Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21 Juli 2024 16:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: pngtree.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: pngtree.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jakarta (20/7) – Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012, mereka generasi yang mulai memasuki usia dewasa saat ini. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang selalu terhubung dengan teknologi. Di era yang serba digital saat ini, tentu untuk mendapatkan akses informasi sangat mudah melalui internet. Namun, sayangnya hal itu menjadi mengkhawatirkan sebab kemudahan akses informasi tersebut ternyata membawa dampak negatif terhadap menurunnya minat literasi di kalangan Generasi Z.
ADVERTISEMENT
Generasi Z yang cenderung rendah minat dalam literasi akan sulit dalam memahami informasi yang baik, tidak berpikir secara kritis dan logis, dan tidak dapat menyelesaikan suatu masalah dengan baik. Menurunnya minat literasi di kalangan Generasi Z membawa dampak yang siginifikan terhadap pemahaman literatur dan kemampuan membaca. Oleh karena itu, perlu adanya upaya meningkatkan minat baca dan budaya literasi terutama di kalangan Generasi Z
Turunnya minat literasi menjadi tantangan bersama yang membutuhkan solusi yang tepat untuk meningkatkan tingkat literasi di kalangan Generasi Z. Rendahnya minat literasi sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus bagi masyarakat maupun pemerintah.
Menurut data UNESCO, minat literasi masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan hanya pada angka 0,001%, artinya dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki minat literasi. Turunnya minat literasi juga disebabkan para Generasi Z cenderung lebih tertarik pada konten visual seperti gambar atau video pada aplikasi TikTok atau Youtube daripada buku yang memiliki bacaan dan teks yang panjang.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya ya, kebanyakan anak-anak muda sekarang lebih senang buka medsos dibanding baca buku, apalagi sekarang nyari informasi yang kita mau gampang banget aksesnya dan mereka juga lebih suka konsumsi informasi yang instan juga gampang dimengerti aja, kalau dulu kan ada koran atau majalah yang isinya tuh panjang tulisannya, mungkin masalahnya salah satunya anak-anak muda sekarang cepet bosan gitu baca informasi yang panjang, merasa buang buang waktu ya mungkin faktornya ya malas membaca aja si intinya bagi mereka engga menarik,” ujar Maulana, warga setempat pada Selasa (16/07/24).
Menurut Maulana, Generasi Z lebih sering membuka media sosial daripada membaca buku dan mereka sering mengonsumsi informasi yang bersifat instan dan mudah dimengerti bagi mereka. Generasi Z cenderung mudah bosan membaca informasi yang panjang.
ADVERTISEMENT
“Kalau solusi dari saya, para anak muda atau Generasi Z mungkin bisa buat jadwal membaca gitu misalnya dalam satu hari sempatin membaca buku sekitar 10 sampai 15 menit saja yang paling penting dibangun dulu kebiasaan membacanya dan dijadikan rutinitas, bisa juga sekarang kan banyak komunitas membaca yang bisa membangun motivasi membaca anak-anak muda terus saya menyarankan juga mungkin bisa baca dulu artikel pendek atau blog di internet sebelum beralih ke bacaan buku yang lebih panjang dan berat juga ada buku digital yang bisa di akses di internet, menurut saya sih yang paling penting dibangun dulu kebiasaan membacanya dan ada kemauan dari diri sendiri juga bukan paksaan,” kata Maulana pada Selasa (16/07/24).
ADVERTISEMENT
Maulana menegaskan untuk para Generasi Z untuk memulai membiasakan membaca yaitu dengan menyisihkan waktu untuk membaca buku. Ia juga menyarankan untuk para Generasi Z mengikuti komunitas membaca atau mulai membaca artikel pendek atau blog sebelum beralih buku yang memiliki bacaan yang panjang dan membutuhkan waktu membaca yang lebih lama.
Generasi Z adalah harapan untuk meneruskan dan menjaga keberlangsungan bangsa. Namun, dengan rendahnya kemampuan literasi Generasi Z, dikhawatirkan Indonesia tidak dapat bersaing dengan perubahan zaman. Rendahnya kemampuan literasi bisa disebabkan dua hal yaitu belum kuatnya pendidikan literasi di insitusi pendidikan dan lingkungan yang tidak mendukung peningkatan literasi.
“Kemajuan teknologi dan mudah akses keluar masuknya informasi membuat sebuah informasi perlu diperhatikan kredibilitas dan validasi dari sebuah informasi tersebut, jadi dikarenakan terlalu mudah dalam mengakses sebuah informasi, tidak jarang kalangan Generasi Z sangat jarang untuk menganalisis serta mengolah sebuah informasi yang didapatkan, sehingga informasi yang disampaikan tersebut tidak dapat disalurkan dengan baik bahkan dapat menyebabkan kesalapahaman terhadap suatu informasi dikarenakan kurangnya literasi dalam memahami informasi,” ujar Noval, mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada Rabu (17/07/24).
Wawancara 17 Juli 2024 - Noval (Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten)
“Mungkin untuk solusinya dengan memperbanyak menyediakan platform informasi online yang terpecaya yang kredibel dan valid yang mudah diakses agar para kalangan Generasi Z tidak mudah terkecoh terhadap berita palsu juga intinya Generasi Z harus dibimbing dan diedukasi dalam mencari informasi dengan cara membaca sebuah informasi dengan kritis,” lanjut Noval pada Rabu (17/07/24).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, literasi tidak hanya membaca tetapi literasi bisa menjadi faktor untuk menambah pengetahuan dan wawasan, meningkatkan kecerdasan generasi muda serta meningkatkan kualitas peradaban bangsa. Literasi dapat membantu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan secara mudah, cepat dan relevan. Meningkatnya minat literasi pada Generasi Z dapat membantu para Generasi Z membedakan informasi yang benar dan tidak benar akan informasi yang sedang berkembang saat ini.
Penulis : Muhammad Iqbal (11230511000024), Mahasiswa Semester 2 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta