Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Efek Domino Belanja Pemerintah Terhadap Pariwisata Bali Selama Pandemi Covid-19
15 Oktober 2023 16:29 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Iqbal Mutaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Wabah Covid-19 benar-benar berakibat negatif terhadap pariwisata dan ekonomi Bali. Provinsi ini sangat bergantung pada sektor pariwisata, dengan kontribusi sebesar 68,28 persen terhadap ekonominya (Antara & Sumarniasih, 2017).
ADVERTISEMENT
Akibat pandemi, sektor pariwisata dan ekonomi Bali benar-benar terguncang. Selama dua puluh tahun terakhir sejarah Bali, tidak ada krisis yang lebih dahsyat akibatnya dibandingkan dengan wabah Covid-19.
Meskipun Bom Bali, krisis keuangan global, dan bencana erupsi Gunung Agung telah mempengaruhi penurunan aktivitas pariwisata, namun dampaknya hanya berkisar 10 persen saja.
Saat wabah Covid-19 melanda dan pembatasan kegiatan masyarakat diberlakukan mulai awal tahun 2020 hingga akhir tahun 2022, aktivitas pariwisata di Bali merosot ke titik terendah. Tingkat hunian hotel di Bali yang biasanya mencapai 60 persen, turun drastis menjadi hanya sekitar 15 persen pada tahun 2020 dan 2021.
Meskipun tidak separah Bali, provinsi tujuan wisata lainnya seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta juga mengalami penurunan aktivitas pariwisata.
ADVERTISEMENT
Selama wabah Covid-19, okupansi hotel di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta turun sekitar 15-20 persen, dan dapat segera pulih setelah pembatasan kegiatan masyarakat dicabut. Dari sisi kuantitas, jumlah hotel di tiga provinsi tersebut juga tidak mengalami penurunan selama pandemi.
Tutupnya lebih dari 100 hotel dan anjloknya tingkat hunian dari 60 persen menjadi 15 persen selama pandemi tentu membuat ekonomi Bali menjadi sangat lesu. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali turun dari angka Rp 251 triliun di tahun 2019 menjadi hanya Rp 224 triliun di tahun 2020, dan kembali turun menjadi Rp 220 triliun di tahun 2021.
Namun, pada tahun 2022 Bali seperti mendapat aliran darah segar ketika Indonesia dipilih sebagai tuan rumah G20. Bali dipilih oleh pemerintah sebagai lokasi utama untuk berbagai acara G20 selama tahun 2022, karena Bali merupakan provinsi yang paling siap menggelar konvensi kelas dunia.
ADVERTISEMENT
Gelaran G20 di Bali memberikan dorongan signifikan bagi sektor pariwisata Bali. Selama acara tersebut, jumlah hotel yang beroperasi bertambah dan tingkat hunian hotel juga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2022, jumlah hotel yang beroperasi kembali bertambah sekitar 100 hotel. Dan tingkat okupansinya meningkat dari 13 persen pada tahun 2021 menjadi 37 persen pada tahun 2022.
Pemerintah juga melakukan belanja yang besar selama gelaran G20 di Bali. Belanja pemerintah terkait langsung dengan industri pariwisata, seperti MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) tercatat sebesar Rp 677 miliar.
Selain itu, terdapat juga belanja untuk perbaikan sarana prasarana, pengadaan kendaraan listrik, dan belanja lainnya. Total belanja pemerintah selama gelaran G20 di Bali mencapai Rp 1,12 triliun.
ADVERTISEMENT
Belanja gelaran G20 oleh pemerintah saat mesin pariwisata Bali bekerja di bawah kapasitasnya membawa dampak signifikan bagi ekonomi Bali secara keseluruhan.
Selama dua tahun berturut-turut, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali mengalami penurunan drastis sekitar minus Rp 30 triliun pada tahun 2020 dan 2021. Namun, saat perhelatan akbar G20 tahun 2022 dilaksanakan, terjadi peningkatan yang tajam terhadap aktivitas ekonomi Bali.
Melalui gelaran G20, masyarakat Bali mendapat efek domino positif dari belanja pemerintah, baik yang terkait langsung dengan pariwisata, maupun sarana prasarana lainnya.
ADVERTISEMENT
Efek domino belanja Rp 1,12 triliun tersebut menggerakkan serta menumbuhkan semua sektor yang terkait dengan pariwisata dan ekonomi lokal hingga berputar berkali-kali lipat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gelaran G20 memulihkan dan berperan penting dalam ekonomi Bali saat pandemi Covid-19.