Konten dari Pengguna

Efek Domino Belanja Pemerintah Terhadap Pariwisata Bali Selama Pandemi Covid-19

Muhammad Iqbal Mutaqin
Pejabat Fungsional Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa di Kementerian Keuangan. Berlatar belakang pendidikan sekolah kedinasan STAN, kemudian melanjutkan program magister di Program Pasca Sarjana Ilmu Ekonomi UI dan Australian National University.
15 Oktober 2023 16:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal Mutaqin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Logo G20 di sebuah panggung di Bali. Sumber: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Logo G20 di sebuah panggung di Bali. Sumber: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wabah Covid-19 benar-benar berakibat negatif terhadap pariwisata dan ekonomi Bali. Provinsi ini sangat bergantung pada sektor pariwisata, dengan kontribusi sebesar 68,28 persen terhadap ekonominya (Antara & Sumarniasih, 2017).
ADVERTISEMENT
Akibat pandemi, sektor pariwisata dan ekonomi Bali benar-benar terguncang. Selama dua puluh tahun terakhir sejarah Bali, tidak ada krisis yang lebih dahsyat akibatnya dibandingkan dengan wabah Covid-19.
Meskipun Bom Bali, krisis keuangan global, dan bencana erupsi Gunung Agung telah mempengaruhi penurunan aktivitas pariwisata, namun dampaknya hanya berkisar 10 persen saja.
Saat wabah Covid-19 melanda dan pembatasan kegiatan masyarakat diberlakukan mulai awal tahun 2020 hingga akhir tahun 2022, aktivitas pariwisata di Bali merosot ke titik terendah. Tingkat hunian hotel di Bali yang biasanya mencapai 60 persen, turun drastis menjadi hanya sekitar 15 persen pada tahun 2020 dan 2021.
Tingkat Okupansi Hotel di Bali, Jakarta, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Sumber data: BPS, ilustrasi grafik oleh penulis.
Meskipun tidak separah Bali, provinsi tujuan wisata lainnya seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta juga mengalami penurunan aktivitas pariwisata.
ADVERTISEMENT
Selama wabah Covid-19, okupansi hotel di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta turun sekitar 15-20 persen, dan dapat segera pulih setelah pembatasan kegiatan masyarakat dicabut. Dari sisi kuantitas, jumlah hotel di tiga provinsi tersebut juga tidak mengalami penurunan selama pandemi.
Jumlah Hotel di Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jakarta. Sumber data: BPS, ilustrasi grafik oleh penulis.
Tutupnya lebih dari 100 hotel dan anjloknya tingkat hunian dari 60 persen menjadi 15 persen selama pandemi tentu membuat ekonomi Bali menjadi sangat lesu. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali turun dari angka Rp 251 triliun di tahun 2019 menjadi hanya Rp 224 triliun di tahun 2020, dan kembali turun menjadi Rp 220 triliun di tahun 2021.
Namun, pada tahun 2022 Bali seperti mendapat aliran darah segar ketika Indonesia dipilih sebagai tuan rumah G20. Bali dipilih oleh pemerintah sebagai lokasi utama untuk berbagai acara G20 selama tahun 2022, karena Bali merupakan provinsi yang paling siap menggelar konvensi kelas dunia.
ADVERTISEMENT
Gelaran G20 di Bali memberikan dorongan signifikan bagi sektor pariwisata Bali. Selama acara tersebut, jumlah hotel yang beroperasi bertambah dan tingkat hunian hotel juga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2022, jumlah hotel yang beroperasi kembali bertambah sekitar 100 hotel. Dan tingkat okupansinya meningkat dari 13 persen pada tahun 2021 menjadi 37 persen pada tahun 2022.
Pemerintah juga melakukan belanja yang besar selama gelaran G20 di Bali. Belanja pemerintah terkait langsung dengan industri pariwisata, seperti MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) tercatat sebesar Rp 677 miliar.
Selain itu, terdapat juga belanja untuk perbaikan sarana prasarana, pengadaan kendaraan listrik, dan belanja lainnya. Total belanja pemerintah selama gelaran G20 di Bali mencapai Rp 1,12 triliun.
PDRB Bali dan Belanja G20. Sumber data: BPS dan LKPP, ilustrasi oleh penulis.
ADVERTISEMENT
Belanja gelaran G20 oleh pemerintah saat mesin pariwisata Bali bekerja di bawah kapasitasnya membawa dampak signifikan bagi ekonomi Bali secara keseluruhan.
Selama dua tahun berturut-turut, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Bali mengalami penurunan drastis sekitar minus Rp 30 triliun pada tahun 2020 dan 2021. Namun, saat perhelatan akbar G20 tahun 2022 dilaksanakan, terjadi peningkatan yang tajam terhadap aktivitas ekonomi Bali.
Ilustrasi kawasan Nusa Dua, Bali. Foto: Shutterstock
Belanja pemerintah sebesar Rp 1,12 triliun untuk G20 di Bali tentu dapat dikaitkan dengan meningkatnya PDRB Bali sebesar Rp 25 triliun dari tahun 2021 ke tahun 2022.
Melalui gelaran G20, masyarakat Bali mendapat efek domino positif dari belanja pemerintah, baik yang terkait langsung dengan pariwisata, maupun sarana prasarana lainnya.
ADVERTISEMENT
Efek domino belanja Rp 1,12 triliun tersebut menggerakkan serta menumbuhkan semua sektor yang terkait dengan pariwisata dan ekonomi lokal hingga berputar berkali-kali lipat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gelaran G20 memulihkan dan berperan penting dalam ekonomi Bali saat pandemi Covid-19.