Konten dari Pengguna

Jambu Mete yang Berkerabat Dekat dengan Mangga

Muhammad Irfan
Mahasiswa Biologi, IPB University - Bioteknologi dan Konservasi
26 Juli 2024 15:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Irfan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buah jambu mete. Foto : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buah jambu mete. Foto : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat di Indonesia umumnya menyebut jambu mete dengan sebutan jambu monyet. Hal itu karena bentuk bijinya yang menyerupai monyet yang sedang bergelantungan, tetapi ini tidak didasarkan pada penjelasan ilmiah.
ADVERTISEMENT
Bagian yang dianggap sebagai biji inilah yang kita sebut dengan kacang mete atau kacang mede yang bisa diolah menjadi makanan ringan, sedangkan bagian buahnya adalah bagian berdaging mirip seperti jambu. Lalu, apakah hal ini memang benar atau salah?

Jambu Mete Bukan dari Keluarga Jambu

Jika dilihat dari penamaan lokalnya, jambu mete atau jambu monyet memang sering dianggap dan digolongkan ke dalam keluarga jambu atau kacang-kacangan, tetapi hal ini termasuk kekeliruan.
Dilansir dari Digitani ipb dan Catalog of life, jambu mete memiliki nama ilmiah Anacardium occidentale yang termasuk dalam keluarga Anacardiaceae, tentunya tidak satu famili dengan jambu air atau jambu biji, yaitu Myrtaceae dan lebih berkebarabat dekat dengan mangga (manginfera). Meskipun jambu mete memiliki kemiripan dengan jambu air jika dilihat langsung.
ADVERTISEMENT
Jambu mete memiliki keunikan pada buahnya dan kadang membuat bingung orang untuk menentukan buah dan bijinya. Bagian yang menonjol, yaitu kacang, sebenarnya adalah buah sejati dari jambu mete, sedangkan bagian yang berwarna merah dan berdaging merupakan buah semu.
Kedua bagian ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan minuman. Buah sejatinya banyak dimanfaatkan sebagai kacang-kacangan untuk dimakan sebagai cemilan. Sementara itu, buah semu atau bagian berdagingnya memiliki rasa sepat manis karena mengandung senyawa tanin dan tidak tahan lama, serta mudah membusuk. Oleh karena itu, bagian ini perlu diolah terlebih dahulu untuk dijadikan makanan atau minuman.
Contohnya adalah Cashew Feni (minuman fermentasi dari India), sari buah, anggur jambu mete, selai, dan jelly.
ADVERTISEMENT

Perkembangan Jambu Mete di Indonesia

Tanaman Jambu Mete sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Namun, asal mula tanaman ini bukan dari Indonesia, melainkan dari negara Brazil.
Dilansir dari Horti Indonesia, persebaran tanaman ini diawali dengan datangnya pedagang Portugis ke Mozambik dan India pada abad ke-16, sekitar 400 tahun yang lalu. Kemudian, jambu mete menyebar ke negara-negara tropis dan subtropis, seperti Bahama, Senegal, Kenya, Madagaskar, Sri Lanka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Pada tahun 1970, Jambu Mete mulai banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di lahan marginal beriklim kering di wilayah Timur dan Barat Indonesia dengan tujuan merehabilitasi lahan kering dan mencegah erosi lahan sehingga tanaman ini menjadi salah satu komoditas perkebunan di daerah marginal.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Satu Data Pertanian, luas perkebunan jambu mete (Perkebunan Rakyat) mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Dari 1980 hingga mencapai puncaknya pada tahun 2012, dengan luas mencapai sekitar 574.000 hektar. Namun, pada tahun 2013 hingga 2021, luas perkebunan jambu mete terus mengalami penurunan. Penyebab utamanya adalah banyaknya alih komoditas oleh petani serta adanya aktivitas alih fungsi lahan.
Untuk mengatasi penurunan tersebut, pemerintah melalui Ditjen Perkebunan Kementrian Pertanian telah melaksanakan kegiatan perluasan lahan untuk tahun 2022 di beberapa wilayah di Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kembali luas perkebunan jambu mete dan mengoptimalkan potensi komoditas ini.