Konten dari Pengguna

Indonesia Darurat, Generasi Mendatang Terjerat

Muhammad Irsyad Andika
Mahasiswa S-1 program studi Teknik Informatika dari Fakultas Ilmu Komputer Pamulang University.
15 September 2024 17:28 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Irsyad Andika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendera Indonesia (sumber: https://pixabay.com/id/photos/indonesia-nasional-bendera-asia-4290401/)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Indonesia (sumber: https://pixabay.com/id/photos/indonesia-nasional-bendera-asia-4290401/)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita sebagai bangsa Indonesia baru saja merayakan kemerdekaan negara kita yang ke-79 pada 17 Agustus kemarin. Sudah semestinya kita merasa bangga dan bersyukur atas kemerdekaan ini karena merupakan buah hasil dari perjuangan para pendahulu kita di masa lampau. Pada tahun 2024 ini, Indonesia mengusung tema “Nusantara Baru Indonesia Maju” dengan harapan Indonesia akan menjadi negara maju di kemudian harinya. Besar harapan ini bagi bangsa kita agar negara kita dapat bersaing dengan negara maju lainnya di Asia bahkan di dunia.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Indonesia diperkirakan akan memasuki puncak bonus demografi pada tahun 2030-2040 mendatang. Pada saat itu penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun akan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktif. Pertumbuhan usia produktif ini diprediksi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) akan mencapai 64 persen dari total penduduk saat ini yang perkirakan sebesar 297 juta jiwa. Hal ini bisa saja menjadi peluang bagi kita karena dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, jika kita hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik maka akan berpotensi meningkatkan jumlah pengangguran dan permasalahan lainnya.
Usia produktif di Indonesia saat ini kurang lebih didominasi oleh dua generasi, yaitu Generasi Z dan Generasi Milenial. Menurut sensus penduduk tahun 2020 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 mencapai 270,2 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26,4 persen atau 71,5 juta jiwa diantaranya adalah Generasi Z. Sedangkan sebanyak 25,8 persen diantaranya adalah Generasi Milenial. Jika kedua generasi ini digabungkan akan mencapai setengah penduduk Indonesia saat ini atau setara dengan 52,2 persen dari populasi yang ada saat ini.
Ilustrasi orang (sumber: https://pixabay.com/id/photos/matahari-terbenam-yogyakarta-4361545/)
Siapa Itu Generasi Z?
ADVERTISEMENT
Generasi Z atau yang lebih akrab disebut dengan Gen Z, adalah mereka yang rata-rata lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Rata-rata Gen Z adalah anak-anak dari Generasi Milenial atau yang lebih tua. Gen Z lahir beriringan dengan perkembangan kemajuan teknologi, dan sebagai generasi pertama yang hidup dengan akses internet dan teknologi digital. Walau terlahir dalam perkembangan teknologi, sebagian Gen Z saat kecil juga pernah merasakan masa dimana semua masih serba manual, mereka juga menikmati serunya dunia yang dirasakan Gen Milenial, karena kebanyakan dari mereka baru bisa merasakan teknologi saat mereka memasuki usia remaja.
Sementara Generasi Milenial
Sementara Generasi Milenial atau lebih akrab disebut dengan istilah millenials adalah mereka yang lahir pada tahun 1981 hingga 1996.
ADVERTISEMENT
Lalu Permasalahan Apa yang Mereka Hadapi?
Jika melihat beberapa isu belakangan yang sedang terjadi di negara kita, banyak sekali permasalahan yang disebutkan bisa mengancam generasi mendatang. Seperti dalam permasalahan tempat tinggal, pekerjaan, hingga sosial. Terlebih lagi Gen Z sering dianggap rendah dan bahkan dicap lebay oleh generasi sebelumnya. Juga banyak Milenial yang harus bersaing lebih ketat dikarenakan tidak adilnya persaingan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Harga Hunian
Seperti yang kita tahu, bahwasanya inflasi akan terus terjadi perlahan demi waktu, hal ini mengakibatkan semakin mahalnya kebutuhan hidup. Hunian adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi setiap orang karena merupakan tempat untuk tinggal semasa hidup. Tetapi semakin tahun harga tanah dan bangunan khususnya di kota-kota besar banyak mengalami kenaikan yang cukup fantastis, bahkan banyak orang membiarkan lahan tanah tetap mati dan menjadikannya sebagai bahan investasi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sebanyak 84,79 persen rumah tangga di Indonesia memiliki rumah sendiri. Hal ini diyakini naik jika dibanding pada tahun 2021 yang hanya sebesar 81,08 persen. Tetapi tidak bisa dipungkiri masih ada sekitar 15,21 persen yang belum memiliki rumah.
ADVERTISEMENT
2. Persyaratan dan Lapangan Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal wajib yang harus kita lakukan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seringkali kita menginginkan pekerjaan yang layak dan nyaman dengan gaji yang memadai sesuai dengan harga kebutuhan. Tetapi hal ini mungkin sulit untuk digapai dikarenakan persyaratan kerja terlalu sulit bagi para pendaftar. Misalnya harus memiliki pengalaman kurang lebih beberapa tahun padahal perusahaan tersebut sedang merekruit fresh graduate dan masih banyak lagi. Permasalahan gaji yang tidak sesuai dengan beban pekerjaan, sampai permasalahan “orang dalam” yang sudah mendarah daging di Indonesia. Tentunya hal ini sangat bertolak belakang dengan Pancasila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dikarenakan tidak adanya rasa adil atau kesempatan yang sama dalam mencari pekerjaan.
ADVERTISEMENT
3. Sandwitch Generation
Sandwich generation adalah istilah yang sering digunakan untuk menyebut seseorang yang harus menanggung beban hidup atas dirinya sendiri, orangtua, dan anak-anaknya. Fenomena ini disebut dengan sandwich karena merujuk pada mereka yang harus membiayai generasi sebelum dan setelahnya, seperti sebuah roti lapis yang menghimpit daging, keju, dan sayuran. Kasus ini banyak juga terjadi pada Gen Z dan Milenial, banyak kebutuhan yang harus mereka penuhi untuk diri sendiri dan ditambah banyaknya himpitan biaya dari keluarga yang membutuhkan. Hal ini bisa saja membuat hilangnya fokus Gen Z dan Milenial yang sedang mempersiapkan masa depan mereka.
Dengan Permasalahan Ini, Apa yang Harus Dilakukan?
Sudah seharusnya untuk beberapa permasalahan seperti harga tanah dan hunian, harga bahan baku dan pangan ditangani oleh pemerintah, karena kita sebagai individu tidak cukup memiliki wewenang yang besar untuk mengatur hal tersebut. Tetapi ada juga beberapa permasalahan yang bisa kita tangani dengan mempersiapkan diri kita untuk masa yang akan datang. Lalu bagaimana cara kita mempersiapkannya?
ADVERTISEMENT
1. Belajar Untuk Menabung dan Berinvestasi
Data konsumsi, cicilan dan tabungan masyarakat (sumber: https://goodstats.id/article/proporsi-pengeluaran-indonesia-2024-konsumsi-naik-tabungan-turun-wCbGj)
Menurut data tahun 2024 dari Bank Indonesia (BI), jumlah tabungan masyarakat Indonesia pada bulan juni hanya sebesar 16,5 persen, sedangkan jumlah konsumsi masyarakat meningkat sebesar 73,9 persen. Hal ini menandakan besarnya jumlah yang harus dikeluarkan dan sedikitnya jumlah yang harus ditabung. Banyak sekali pernyataan dari Gen Z seperti “Hidup hanya sekali, jadi kita harus lakukan apa yang kita mau”, hal ini menunjukkan mereka lebih suka konsumsi daripada menabung. Tentu keadaan seperti ini bisa berakibat fatal nantinya, karena tidak adanya simpanan darurat yang sewaktu-waktu harus terpakai.
2. Memperbanyak Relasi dan Pengalaman
Sulitnya persyaratan pekerjaan yang mengharuskan kita memiliki banyak pengalaman, membuat kita harus berusaha lebih untuk mencapai pekerjaan tersebut. Tentu kita bisa melakukan magang yang menurut kita sesuai untuk menambah pengalaman diri kita, atau bahkan kita bisa mengikuti kegiatan organisasi yang bermanfaat untuk kita. Pernyataan “Mumpung masih muda, perbanyak bersenang-senang” sepertinya sudah tidak relevan di masa sekarang, kerena dengan majunya perkembangan teknologi kita bahkan bisa melakukan berbagai aktivitas melalui smartphone kita. Jadi lebih baik banyak mencoba hal untuk dijadikan sebagai bahan pengalaman.
ADVERTISEMENT
3. Bersikap Transparan dan Berani Mengungkapkan
Banyak dari kita merasa tidak enak dengan apa yang harus kita lakukan, padahal sikap dan perlakuan kita adalah kehendak dan kemauan kita sendiri. Sering kali kita merasa terlalu berlebihan ketika harus memenuhi kebutuhan sendiri daripada kebutuhan orang lain. Hal ini bisa membuat kita terjebak dalam siklus yang itu-itu saja, ada baiknya kita juga harus mengerti diri kita sendiri. Memberikan perhatian kepada keluarga dan diri sendiri untuk kelangsungan hidup yang lebih bailk.
Muhammad Irsyad Andika, mahasiswa S-1 Teknik Informatika Universitas Pamulang.