Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Belt and Road Initiative: Strategi Indonesia dalam Memaksimalkan Manfaatnya
5 November 2024 16:25 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Muhammad Ishmarakan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hadirnya China dalam perpentasan geopolitik menjadikan dunia tidak lagi bersifat unipolar dan bipolar, namun semakin multipolar. China menjadi Gambaran bagi negara berkembang di dunia dalam memajukan Pembangunan nasional. China kemudian menjadi kekuatan ekonomi baru yang menunjukkan kapabilitasnya dalam industrialisasi dan Foreign Direct Investment. Berkat SDM yang berkualitas dan teknologi yang mumpuni, China kemudian semakin menunjukkan eksistensinya dalam urusan ekonomi politik internasional, sehingga dari hal ini China berani menginisiasi program pembentukan jalur sutera dengan nama Belt and Road Initiative. Seperti yang kita ketahui, BRI atau Belt and Road Initiative merupakan program pembangunan infrastruktur global yang dicanangkan oleh China pada tahun 2013 oleh Presiden Xi Jinping dengan tujuan untuk membangun rute perdagangan baru yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika, yang dapat meningkatkan perekonomian dan politik global. Dengan menyediakan investasi yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang, China memposisikan dirinya sebagai mitra utama dalam pembangunan infrastruktur. Pada dasarnya BRI memberikan dampak positif bagi negara yang bergabung dalam proyek ini, tetapi seperti yang diketahui juga, demi mencapai kepentingan ekonominya China melakukan investasi ke negara lain dalam bentuk pinjaman dan kebanyakan negara yang menerimanya mengalami Debt Trap. Sehingga negara lain khususnya negara maju memandang hal ini sebagai cara China untuk memantapkan pengaruhnya ke suatu negara ataupun kawasan. Hal ini menimbulkan suatu dilema, disatu sisi memberikan keuntungan bagi negara penerima, tetapi hal ini juga memberikan dampak yang buruk bagi negara penerima terkhususnya untuk menyisipkan kepentingan politik dari China. Celah yang bisa dipakai oleh China salah satunya lewat Proyek BRI ini.
ADVERTISEMENT
Indonesia menjadi salah satu yang bergabung dalam proyek BRI ini. Sejak dibukanya jalur kerja sama ekonomi lintas kawasan BRI, hubungan kemitraan Indonesia dan China semakin erat. Tetapi, lewat BRI ini, Indonesia tentunya bakal dihadapi berbagai tantangan dan permasalahan, khususnya dalam menjaga kepentingan dan hubungan diplomatik dengan China serta membendung segala pengaruh dari China. Dari sini, Teori Neoliberalisme bisa digunakan sebagai alat untuk melihat bagaimana BRI ini bisa memberikan manfaat bagi Indonesia terlepas dari tantangan dan permasalahan serta dampak yang dihadapi yang tentunya melalui berbagai kebijakan dan strategi yang jitu, Karena teori ini berfokus pada penghilangan hambatan dalam perdagangan dan investasi sehingga terciptalah efisiensi dalam perdagangan dan kondisi investasi yang terus mengalirnya. Hal ini dapat menciptakan suatu hubungan interdependensi yang sehat antara Indonesia dengan China lewat BRI ini.
ADVERTISEMENT
Belt and Road Initiative (BRI) diluncurkan oleh China pada 2013 sebagai bentuk strategi pembangunan global yang ambisius dengan tujuan membentuk jaringan ekonomi yang menghubungkan lebih dari 65 negara di Asia, Afrika, dan Eropa. Program ini terinspirasi dari Jalur Sutra kuno dan dirancang untuk mempercepat arus perdagangan dan investasi melalui pembangunan infrastruktur transportasi, seperti jalan, rel kereta, dan pelabuhan, serta integrasi ekonomi dan finansial lintas batas. BRI bertujuan untuk menghilangkan hambatan perdagangan melalui pembangunan jalur darat dan laut yang efisien. Jaringan transportasi ini memudahkan arus barang dan jasa di antara negara-negara yang terlibat, sehingga mempercepat proses ekspor dan impor, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan daya saing di pasar global. Dalam kerangka BRI, China mendorong kerja sama moneter dan keuangan antarnegara untuk menangani risiko finansial bersama. Sejumlah lembaga keuangan, seperti Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan Silk Road Fund, dibentuk untuk menyediakan modal bagi proyek-proyek BRI. Hal ini memungkinkan negara-negara yang terlibat untuk mendapatkan dana infrastruktur dengan syarat yang lebih mudah dibandingkan sumber pendanaan tradisional. Salah satu fokus utama BRI adalah membangun jaringan infrastruktur yang menghubungkan berbagai kawasan. Infrastruktur ini mencakup proyek jalan raya, jalur kereta cepat, pelabuhan, dan jaringan energi. Proyek ini dibagi menjadi 2 yaitu, Jalur Sutra Darat Ekonomi (Silk Road Economic Belt) dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 (21st Century Maritime Silk Road) adalah dua jalur utama yang menghubungkan China dengan Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Selain infrastruktur fisik, BRI juga mencakup pengembangan konektivitas digital dengan membangun jaringan telekomunikasi dan infrastruktur data. Ini bertujuan untuk menciptakan integrasi yang lebih mendalam dalam perdagangan elektronik (e-commerce) dan mempercepat akses teknologi antarnegara.
ADVERTISEMENT
BRI telah membawa perubahan besar bagi perekonomian Indonesia. Melalui BRI, Indonesia mendapatkan akses pada investasi besar yang berperan penting dalam mempercepat pembangunan infrastruktur yang selama ini tertunda akibat keterbatasan anggaran. Proyek-proyek seperti jalan tol, jalur kereta api, dan pelabuhan yang didanai BRI tidak hanya memperkuat konektivitas antarwilayah tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, termasuk dalam sektor perdagangan dan pariwisata. Investasi besar-besaran dari China dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia telah mempercepat pembangunan yang sebelumnya mungkin membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terwujud. Jalan tol Cisumdawu, kereta cepat Jakarta-Bandung, dan pelabuhan-pelabuhan baru yang didanai BRI, contohnya, kini menjadi bagian dari jaringan infrastruktur nasional yang memperlancar arus barang dan mobilitas masyarakat. Infrastruktur ini tidak hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai simpul penting dalam rantai pasokan internasional. Dengan posisi ini, Indonesia dapat mempererat hubungan dagang, tidak hanya dengan China tetapi juga dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, dan memperluas akses produknya ke pasar internasional. Namun, manfaat BRI tidak hanya berhenti pada perdagangan. Proyek-proyek ini juga membawa dampak positif bagi pariwisata. Daerah-daerah wisata yang sebelumnya sulit dijangkau kini menjadi lebih mudah diakses, membuka peluang bagi industri pariwisata lokal untuk berkembang. Infrastruktur yang lebih baik membuat wisatawan, baik domestik maupun internasional, semakin tertarik untuk mengunjungi berbagai destinasi di Indonesia. Pertumbuhan pariwisata ini kemudian mendorong sektor-sektor pendukung seperti perhotelan, kuliner, kerajinan, dan ekonomi kreatif, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah.
ADVERTISEMENT
BRI menawarkan peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan akses ke teknologi mutakhir yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Cina. Dalam berbagai proyek infrastruktur, Indonesia bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Cina yang memiliki keahlian teknis dan teknologi canggih. Melalui kolaborasi ini, Indonesia tidak hanya mendapatkan infrastruktur yang dibutuhkan, tetapi juga kesempatan untuk belajar dan mengadopsi praktik terbaik dalam teknik konstruksi, manajemen proyek, dan inovasi teknologi. Salah satu aspek penting dari kerja sama BRI adalah peningkatan keterampilan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Dengan adanya proyek-proyek besar yang melibatkan perusahaan Cina, terdapat kebutuhan akan tenaga kerja terampil yang mampu menjalankan teknologi baru. Oleh karena itu, program pelatihan dan pendidikan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa tenaga kerja lokal siap menghadapi tantangan industri modern. Dengan memanfaatkan transfer teknologi dan peningkatan keterampilan SDM, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan daya saingnya di pasar global. Teknologi yang lebih baik akan memungkinkan industri lokal untuk memproduksi barang dengan kualitas lebih tinggi dan biaya lebih rendah. Selain itu, tenaga kerja yang terampil akan meningkatkan produktivitas, memungkinkan perusahaan-perusahaan Indonesia untuk bersaing secara lebih efektif di pasar internasional.
ADVERTISEMENT
Namun di balik manfaat ekonomi ini, ada kekhawatiran bahwa ketergantungan Indonesia pada pendanaan dan teknologi China dapat menurunkan kemandirian ekonomi Indonesia. Banyak proyek BRI di Indonesia yang dikelola langsung oleh perusahaan-perusahaan China, dengan standar teknologi dan operasional yang ditetapkan oleh China. Hal ini berpotensi menghambat kesempatan bagi tenaga kerja lokal dan industri dalam negeri untuk berkembang, sekaligus menurunkan transfer pengetahuan yang sangat dibutuhkan bagi kemandirian teknologi Indonesia. Selain itu, kerja sama ini memunculkan risiko geopolitik. BRI kerap dipandang sebagai strategi China untuk memperluas pengaruh globalnya, dan Indonesia sebagai salah satu negara kunci dalam jalur maritim BRI, tentu berada dalam pusaran strategi tersebut. Ketergantungan pada investasi asing dapat menjadi bumerang jika kepentingan politik Indonesia tidak sejalan dengan China di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus lebih bijak dalam memastikan bahwa setiap proyek BRI benar-benar memberikan keuntungan yang seimbang dan selaras dengan kepentingan nasional.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan bahwa BRI memberikan manfaat jangka panjang yang seimbang, Indonesia perlu menempuh langkah-langkah strategis. Pertama, pemerintah harus lebih aktif melibatkan industri lokal dan mendorong transfer teknologi dalam setiap proyek yang didanai BRI. Kedua, regulasi yang kuat harus diterapkan untuk memastikan bahwa proyek-proyek ini benar-benar berkontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan di Indonesia. Ketiga, memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari masalah-masalah yang timbul dari masuknya tenaga kerja asing, terutama yang menyangkut lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
BRI menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan meningkatkan konektivitas. Namun, pemerintah harus bertindak hati-hati untuk menghindari jebakan utang dan kebergantungan dari China serta memastikan bahwa proyek-proyek ini memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat. Hal ini dapat dicapai Dengan pendekatan yang tepat seperti peningkatan keterlibatan industri lokal dalam mendorong transfer teknologi, penguatan regulasi serta melakukan pengawasan yang ketat, BRI dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan melakukan strategi ini, diharapkan dapat memenuhi kepentingan nasional Indonesia sekaligus menjaga hubungan diplomatik dengan China.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:55 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini