Konten dari Pengguna

ASN Kuat, Birokrat Hebat

Muhammad Ivan
Analis Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI
31 Januari 2024 5:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Ivan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Perkembangan Aparatur Sipil Negara (ASN) mengalami transformasi besar-besaran di era digital saat ini, salah satunya peralihan dari jabatan struktural eselon III dan IV yang beralih jabatan fungsional.
ADVERTISEMENT
Di balik transformasi tersebut, perbedaan cara pandang dan sikap tiap generasi menjadi pembeda. Milenial, yang sebagian juga adalah generasi Z, menjadi awal dari penanda perubahan tersebut.
Secara statistik, profesi PNS sebenarnya masih menjadi pekerjaan yang cukup banyak diminati generasi muda. Data BKN menyebut ada sekitar 1,7 juta peserta yang mengikuti Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) 2021. Jumlah peserta seleksi tersebut mencapai 89,5% dari total penambahan angkatan kerja 2021, yang menurut BPS mencapai lebih dari 1,9 juta orang.
Berbeda dengan Jepang, Angka pelamar ujian PNS di Jepang pada 2021 lalu telah menyentuh level terendah sejak 2012. Bahkan apabila dibandingkan dengan masa keemasan seleksi PNS pada 1996, penurunan jumlah pelamar PNS di Jepang telah menyentuh kisaran 60% (detik.com, 27 Juni 2022).
ADVERTISEMENT
Dari riset yang dilakukan Pandu Rizky Fauzi tersebut dengan mewawancarai sejumlah mahasiswa dari berbagai negara seperti China, India, Brunei, dan Australia sebagaimana dikutip dari laman detik.com terkait preferensi mereka bekerja setelah lulus kuliah tersebut bahwa bahwa hasilnya tidak ada satu pun yang menjadikan PNS sebagai tujuan utama. Alasan seperti level tantangan, budaya kerja, hingga level penghasilan menyebabkan mereka lebih memilih perusahaan multinasional atau perusahaan rintisan sebagai preferensi karier.
Di Indonesia, menjadi bagian dari ASN berbeda dengan bagaimana kultur yang ada di perusahaan swasta. Selain loyalitas, ada kode etik yang perlu dipenuhi untuk menjadi ASN yang kompeten dan profesional. Terkadang 20-30 tahun saja, masih banyak ASN berkualifikasi yang tidak semua dapat menduduki jabatan tinggi eselon I dan II, karena persaingan maupun kedekatan politik. Mereka yang dari awal dibina di sebuah unit, dan pada akhirnya menguasai A-Z, dari hulu ke hilir konsep permasalahan di unit tersebut, yang selayaknya dapat dipromosikan menjadi leader justru harus tersingkir dengan sendirinya .
ADVERTISEMENT
Sistem merit memang sudah dilaksanakan, seperti bidding jabatan harus  dilakukan dengan seleksi terbuka, semua ASN yang memenuhi syarat punya hak yang sama, namun tetap saja, seleksi terbuka sering kali hanya formalitas saja.
Lebih banyak, pimpinan yang terpilih bukan yang terbaik, melainkan karena memiliki kedekatan politik, sehingga pemahaman tentang unit yang dipimpinnya hanya memastikan bagaimana unit melayani pimpinan, untuk soal-soal lainnya, seperti membangun strategi pelayanan publik atau hal-hal yang bersifat taktikal soal kebijakan tidak begitu prioritas.
Menjadikan ASN kuat, dengan memberikan ruang tumbuh untuk maju menjadi calon pimpinan di masa mendatang. ASN saat ini bukan hanya mengurus administrasi an sich namun sudah bertransformasi menjadi think tank instansi yang paham hulu ke hilir kebijakan. Revolusi mental dari dalam inilah yang layaknya menjadi awal untuk semakin memperkuat birokrat masa depan.
ADVERTISEMENT
Sebelum bicara layanan publik, maka revolusi mental sesungguhnya dimulai dari bagaimana proses ASN yang terbina dari akar rumput (merangkak dari bawah) menjadi leader pada sebuah instansi, tempat ia tumbuh berkembang dan berproses. Dengan kepahaman yang mumpuni terhadap tusi, maka layanan publik semakin prima karena dipimpin ahlinya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan?‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu” (HR Bukhari – 6015).