Urgensi Penggunaan Transliterasi Latin dalam Al-Qur'an

Muhammad Jadid
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
1 Desember 2021 17:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Jadid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu? Bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam. Dari data Dukcapil Kementerian Negeri, pada juni 2021 telah tercatat jumlah penduduk di Indonesia keseluruhan sebanyak 272,23 juta jiwa. Sedangkan penduduk Indonesia yang beragama Islam sebanyak 236,53 juta jiwa. Artinya sekitar 86,88% dari keseluruhan penduduk di Indonesia, umat Islam sangat mendominasi dalam keberadaan para pemeluk agama di Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, kita tahu bahwa umat muslim di Indonesia tersebar ke segala penjuru daerah di Indonesia. Dengan begitu, yang menjadi titik konsentrasi dalam pembahasan kali ini adalah ulasan mengenai kitab suci agama Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an. Berikut ini beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan terkait urgensi transliterasi Arab-Latin dalam Al-Qur’an.
Al-Qur'an sebagai kitab suci agama Islam. Foto: pixabay
Keharusan Membaca Al-Qur’an Pada dasarnya, Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an. Umat muslim sendiri dituntut untuk bisa membaca Al-Qur’an karena hal tersebut merupakan bagian dari bentuk ibadah dalam agama Islam. Sehingga mau tidak mau, muslim di Indonesia harus berusaha memahami bacaan huruf-huruf Arab dalam Al-Qur’an, atau yang sering kita kenal dengan sebutan huruf hijaiyah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya “Sesungguhnya kami turunkan Al-Qur’an itu berbahasa Arab agar kalian berpikir” (QS. Yusuf: 2).
ADVERTISEMENT
Berbagai upaya dilakukan muslim di Indonesia agar bisa melantunkan bacaan-bacaan huruf hijaiyah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Tidak sedikit dari umat muslim di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam pengucapan beberapa huruf hijaiyah, dikarenakan huruf tersebut cukup asing pada lidah orang Indonesia. Memiliki keberagaman bahasa dan logat daerah di Indonesia pun menjadi suatu tantangan bagi muslim Indonesia untuk mengenal bacaan-bacaan dalam huruf hijaiyah secara kaidahnya yang benar.
Salah satu cara yang paling banyak dilakukan oleh muslim di Indonesia dalam belajar mengaji adalah dengan menggunakan iqro' atau media pembelajaran huruf hijaiyah yang tersusun dalam bentuk buku bacaan. Bahkan, kebanyakkan muslim di Indonesia sudah mulai belajar iqro’ ketika mereka masih duduk dibangku Sekolah Dasar.
Pembelajaran Al-Qur'an di kalangan Sekolah Dasar. Foto: antarafoto
Hal tersebut dilakukan para orang tuanya, guna membiasakan anak-anaknya untuk mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, sehingga dikemudian hari mereka bisa melantunkan Al-Qur’an dengan fasih. Tanpa sering kita sadari, ternyata pada buku iqro' sendiri dilengkapi dengan transliterasi Arab-Latin untuk mengetahui bagaimana cara membaca setiap huruf hijaiyah dalam iqro' dan biasanya terdapat pada awal bacaan bukunya.
ADVERTISEMENT
Tantangan dalam Membaca Al-Qur’an Meski dilakukannya pembelajaran Al-Qur’an kepada anak sedini mungkin, tidak menutup kemungkinan dalam praktiknya masih sering terjadi kesalahan dalam pengucapan huruf hijaiyah. Hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat umum terjadi terutama pada muslim di Indonesia. Setidaknya kesalahan yang paling banyak terjadi dalam membaca huruf hijaiyah adalah sulitnya mengenal dan membedakan huruf hijaiyah.
Tidak sedikit dari muslim di Indonesia bahkan mengalami kesulitan untuk membedakan huruf hijaiyah dikarenakan lemahnya memori atau ingatan untuk menghafal setiap huruf hijaiyah dalam Al-qur’an. Bagaimana tidak, sering kita jumpai kesamaan yang cukup signifikan pada setiap huruf hijaiyah yang ada. Setidaknya ada beberapa huruf hijaiyah yang memiliki bentuk dan pelafalan huruf yang tidak jauh berbeda antara satu sama lainnya.
Ilustrasi keadaan bingung. Foto: pixabay
Apabila kita perhatikan lebih lanjut dari secara keseluruhan umat muslim di Indonesia, maka tidak jarang akan kita temukan pada masyarakat muslim di Indonesia. Khususnya anak-anak muda muslim di Indonesia yang masih terbata-bata dalam melafalkan ayat demi ayat Al-Qur’an, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sama sekali belum bisa membaca Al-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Sehingga, urgensi transliterasi Arab-Latin dalam hal ini sangat diperlukan untuk memudahkan masyarakat muslim di Indonesia membaca dan mengenal huruf-huruf hijaiyah, tanpa harus menghafal ataupun membedakan huruf hijaiyah satu persatu. Namun, perlu digarisbawahi bahwa transliterasi Arab-Latin dalam Al-Qur’an hanya menjadi saran untuk memudahkan membaca Al-Qur’an di saat-saat tertentu saja.
Alternatif dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Dikutip dari Harian Republika, Pimpinan Akademik Al-Qur’an, Wildan menyatakan bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang tidak bisa membaca Al-Qur’an sekitar 60%. Artinya, hanya 40% muslim di Indonesia yang bisa membaca Al-Qur’an, bahkan bisa terbilang hanya 20% dari umat Islam di Indonesia saja yang mampu membacanya dengan fasih dan sesuai dengan tajwidnya. Padahal yang sudah dijelaskan pada sebelumnya, bahwa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam yang paling banyak hingga 86% dari keseluruhan penduduk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk bisa beribadah dan berdoa dalam bahasa Arab, salah satunya dengan cara kita membaca Al-Qur’an. Meskipun kebanyakkan penduduk Indonesia beragama Islam, siapa sangka bahwa tidak semuanya bisa fasih dalam membaca Al-Qur’an yang tertulis dalam bahasa Arab. Berdasarkan data tersebut, setidaknya memberi gambaran seperti apa kondisi masyarakat muslim di Indonesia dalam hal membaca Al-Qur’an. Untuk itu, diperlukan langkah alternatif guna membantu masyarakat yang belum mampu membaca huruf Arab atau huruf hijaiyah.
Ilustrasi tadarus Al-Qur'an bersama. Foto: pixabay
Dalam hal ini kemudian munculnya kebutuhan Al-Qur’an bertransliterasi Arab-Latin, sebagai jalan keluar untuk setidaknya bisa mengatasi kesulitan masyarakat muslim Indonesia dalam membaca Al-Qur’an. Transliterasi Arab-Latin merupakan metode pendekatan yang digunakan agar bahasa Arab secara lisan dan tulisan dapat diwakili dengan tulisan Latin. Transliterasi disebut juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai penyalinan dan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang lain.
ADVERTISEMENT
Bukanlah suatu hal yang sembarangan, transliterasi Arab-Latin juga memiliki pedoman dalam kaidah baku penulisannya. Pemerintah telah menerbitkan Surat Keterangan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kebudayaan atau yang sering disebut dengan “Surat Keputusan Bersama Dua Menteri” tentang Transliterasi Arab-Latin. Kemudian pada tahun 2007 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia menerbikan buku Pedoman Tajwid Transliterasi Al-Qur’an sebagai pengembangan dari Surat Keputusan Bersama Dua Menteri tersebut.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa, penggunaan transliterasi Arab-Latin sangat diperlukan melihat dari kondisi masyarakat muslim di Indonesia ternyata masih banyak sekali yang mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an. Belum lagi, terdapat banyak buku-buku panduan membaca Al-Qur’an, tuntunan ibadah dan doa, panduan tajwid dalam Al-Qur’an, yang beredar didalamnya terdapat huruf-huruf Arab maupun huruf hijaiyah yang sangat memerlukan penggunaan transliterasi Arab-Latin itu sendiri. Tujuannya untuk memudahkan orang awam dalam belajar membaca Al-Qur’an secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang perlu digaris bawahi justru dalam praktik transliterasi. Untuk membaca Al-Qur’an dan melafalkan bacaan Arab yang didalamnya terdapat transliterasi Arab-Latin tentu harus tetap membutuhkan bimbingan dari guru. Jika hanya mengandalkan panduan transliterasi, dikhawatirkan akan menghasilkan cara pengucapan yang tidak depat. Melainkan idealnya, transliterasi harus mampu menuntun pembacanya untuk mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an secara tepat.