Idul Fitri, COVID-19 dan Solidaritas Sosial

Muhammad Japar
Dosen Universitas Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
23 Mei 2020 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Japar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang. Pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa bangsa ini sudah pernah dan mampu menghadapi masalah-masalah kebangsaan dan kemanusiaan. Dalam situasi pandemi seperti sekarang, kekuatan suatu bangsa nampak secara signifikan.
ADVERTISEMENT
Kepedulian sosial yang hadir secara nyata, masyarakat rela berbagi terhadap sesama, dokter dan paramedis yang berjuang tanpa kenal lelah, serta donasi yang digalang banyak pihak direspons secara positif oleh donatur. Itu hanya sebagian kecil deskripsi yang dapat dilihat dari tingginya solidaritas sosial yang dimiliki dan kuatnya bangsa ini.
Akhir-akhir ini, pandemi Corona Viruses Disesase 2019 (Covid-19) telah menjadi ketakutan dunia. Virus ini berasal dari Wuhan, Cina, dan telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Hingga kini (23/05/2020), tercatat lebih dari 216 negara terjangkit Covid-19 yang kemudian berkontribusi pada meningkatnya jumlah korban terjangkit di dunia. Korban-korban yang berjatuhan, paramedis yang nampak kewalahan bekerja sekuat tenaga, ditambah dengan menurunnya daya beli masyarakat, mau tidak mau melahirkan sikap pesimisme di banyak kalangan.
ADVERTISEMENT
Tetapi bangsa Indonesia, kembali menunjukkan jati dirinya. Jati diri sebagai bangsa yang kuat. Secara perlahan, dukungan terhadap paramedis hadir secara menakjubkan, banyak orang-orang yang berbagi masker, berbagi paket sembako, hingga siap menjadi sukarelawan. Ada semangat gotong royong yang muncul, ada solidaritas sosial yang berkelin dan dengan optimisme bahwa badai ini akan berlalu.
Kiranya tidak salah bahwa Idul Fitri tahun ini dihadapkan pada suasana dan momentum yang berbeda. Diawali dengan ibadah Ramadhan yang banyak dilakukan di rumah dan telah menjadi suatu tradisi baru seperti salat berjemaah di rumah, baik salat wajib maupun salat tarawih yang biasanya dilakukan di masjid. Ada kebersamaan yang seakan hadir kembali di keluarga, kehangatan tumbuh secara subur, interaksi orang tua dan anak menjadi semakin intens.
ADVERTISEMENT
Puncak dari ibadah Ramadhan adalah pembayaran zakat fitrah bagi pihak yang berhak menerimanya. Walaupun penghasilan masyarakat sedang turun karena situasi pandemi, hal ini tidak mengurangi animo masyarakat untuk membayar zakat fitrah.
Dari deskripsi di atas, dapat dikatakan bahwa pandemi Covid-19 yang belum berakhir dan telah menjangkiti banyak korban, ibadah Ramadhan dan perayaan Idul Fitri pada akhirnya telah membangkitkan solidaritas sosial yang dapat membangun optimisme sebagai suatu bangsa.
Tidak ada alasan bangsa Indonesia untuk pesimis. Solidaritas sosial secara natural tumbuh dan berkembang karena hakikat manusia hidup adalah agar berguna bagi sesama. Semoga.