Pemuda dan Kepahlawanan

Muhammad Japar
Dosen Universitas Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2020 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Japar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kongres Sumpah Pemuda II
zoom-in-whitePerbesar
Kongres Sumpah Pemuda II
ADVERTISEMENT
Memperingati Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan memiliki makna bahwa bangsa Indonesia harus kembali membangkitkan memori bangsa tentang betapa hebat peran pemuda dalam pergerakan melawan penjajah. Pergerakan yang dimaksud meliputi pergerakan intelektual, politik dan fisik. Peran pemuda saat itu dibentuk dengan membangun kesadaran kebangsaan, membangun organisasi perjuangan, dan membangun keberanian bila saatnya harus berjuang secara fisik. Perjuangan itu tak lain dilandasi oleh rasa mencintai dan memiliki Tanah Air yang begitu besar. Sejarah telah mencatat, para patriot bangsa siap menghadapi rintangan dan tantangan yang mengadang serta siap mengorbankan apapun yang diminta. Hingga, sumpah pemuda yang diikrarkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai hasil keputusan Kongres Pemuda Kedua, menjadi tonggak dari sejarah perjuangan dan pergerakan pemuda.
ADVERTISEMENT
Kondisi Indonesia yang masih berada dalam genggaman penjajah saat itu, membuat para pemuda berjuang dan berpikir keras untuk segera membawa bangsa ini lepas dari keterpurukannya. Hal ini membuat perilaku politik pemuda saat itu menjadi lebih matang sebelum waktunya. Bung Hatta dalam Indonesia Merdeka (1928: 13), telah membedakan perilaku politik pemuda di Barat dan di Indonesia. Di Barat, pemuda-pemuda intelektual di berbagai universitas mempersiapkan diri untuk kegiatan politik dan kemasyarakatan di kemudian hari. Di Indonesia kegiatan itu sudah dimulai tatkala pemuda-pemudanya masih duduk di bangku sekolah. Organisasi-organisasi seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Islamieten Bond, Indonesia Muda dan organisasi lainnya lahir dalam ruangan kelas sekolah-sekolah menengah.
Moh. Hatta
Selanjutnya Bung Hatta juga menjelaskan bahwa perjuangan pemuda itu lahir dan tumbuh karena pemuda-pemuda Indonesia tidak mendidik diri sendiri, melainkan dididik dalam kondisi dan situasi di mana ia tumbuh dan berkembang, serta di dalam masyarakat tempat ia berada. Dalam masyarakat kolonial, pemuda benar-benar mengalami kenyataan yang keras dan pahit. Mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kesengsaraan yang diderita oleh massa rakyat yang tertindas, bagaimana massa rakyat itu menerima saja nasibnya yang nestapa itu, bagaimana selama berpuluh-puluh tahun mereka menyerah begitu saja pada siksaan-siksaan dari suatu sistem yang diyakini suatu waktu pasti akan tenggelam.
ADVERTISEMENT
Pemuda-pemuda saat itu merasakan duka dan sengsara rakyat. Dalam segala kejujurannya, mereka benar-benar merasakan hinaan karena dijajah. Tindakan penjajah yang angkuh terhadap bangsa yang dijajah mengingatkan pemuda-pemuda saat itu tentang betapa nistanya rakyat yang tidak merdeka. Itulah sebabnya putra-putra bangsa yang tidak merdeka itu, sejak usia mudanya telah bergumul dengan pikiran-pikiran yang tidak dialami oleh pemuda-pemuda Barat yang sebaya dengan mereka.
Jika direnungkan uraian bung Hatta tersebut, nampak nyata bahwa pemuda memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap nasib bangsanya, rasa empati yang besar terhadap penderitaan bangsanya, dan memiliki idealisme yang memberi spirit bagi perjuangan bangsanya. Bahkan, senada dengan hal tersebut, Tan Malaka pernah mengungkapkan bahwa “idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda”.
Tan Malaka
Lantas, bagaimana peran pemuda saat ini? Setidaknya ada beberapa pertanyaan kritis yang dapat mengantarkan kita untuk merefleksi peran pemuda. Sekarang, apakah pemuda memiliki peran politik yang di dalamnya meliputi pembacaan, idealisme, sensistivitas dan empati terhadap nasib rakyat? Di era kolonial, pemuda melihat dan merasakan langsung penderitaan rakyat. Sekarang, apakah pemuda juga merasakan hal yang sama? Di era kolonial, pemuda memiliki idealisme yang dipegang teguh yaitu berjuang untuk Indonesia merdeka. Sekarang, apakah idealisme pemuda masih berorientasi pada kemerdekaan bangsanya secara hakiki? Atau idealisme pemuda sekarang diabdikan pada kepentingan dan kesenangan pribadi? Di era kolonial, pemuda sangat sensitif terhadap penjajahan yang membelenggu kebebasan dan harga diri rakyat yang menunjukkan adanya kesadaran bahwa bangsa ini sedang dijajah. Sekarang, apakah pemuda memiliki kepekaan terhadap nasib rakyat dan sistem yang tidak menyejahterakan rakyat? Refleksi ini sejalan dengan yang dikatakan H. Agus Salim, “Dalam negeri kita, janganlah kita yang menumpang”
ADVERTISEMENT
Memang, peran pemuda saat ini tidak dihadapkan pada kondisi dan situasi terjajah seperti yang dialami oleh para pemuda di masa lalu. Namun, peran pemuda saat ini justru dihadapkan pada lawan yang tak terlihat. Kemajuan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan dan meleburnya batas-batas antar negara di era global tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, globalisasi memudarkan semangat gotong royong dan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat. Maraknya budaya luar yang masuk ke Indonesia tidak disikapi dengan bijak. Para pemuda justru terpengaruh dan mengikuti gaya hidup yang tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. Tak hanya itu, maraknya hoax yang bertendensi memecah belah persatuan bangsa Indonesia juga menjadi tanggung jawab bersama terutama para pemuda yang seharusnya memiliki idealisme yang tinggi dan tidak mudah terpengaruh. Tanggung jawab pemuda saat ini menjadi lebih berat dibanding dengan pemuda di masa lalu. Rupanya prediksi Ir Soekarno terbukti adanya. Hal ini sebagaimana yang pernah ia ungkapkan bahwa “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”
Ir. Soekarno
Pemuda di era kolonial telah teruji kepahlawananya. Kini, Indonesia telah merdeka dan pada gilirannya menjadi tanggung jawab pemuda masa kini untuk mempertahankannya. Pemuda masa kini harus dapat mengisi kemerdekaan Indonesia dengan semangat kepahlawanan yang tak boleh kalah dengan pemuda di era kolonial. Selamat Hari Sumpah Pemuda dan menyambut Hari Pahlawan. Bersatulah bangsaku, bangkitlah negaraku.
ADVERTISEMENT