Demi Lovato Mengaku sebagai Non-biner, Apa Itu Sebenarnya?

Muhammad Khatami
A final year journalism student of Universitas Padjadjaran, aspiring to be a future writer. Always up to discuss about social issues and pop culture. Dont hestitate to hit me up through my Instagram, would love to expand my networking!
Konten dari Pengguna
21 Mei 2021 20:03 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Khatami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Demi Lovato pada episode pertama podcast 4D with Demi Lovato (sumber: www.youtube.com/channel/UCZkURf9tDolFOeuw_4RD7XQ)
zoom-in-whitePerbesar
Demi Lovato pada episode pertama podcast 4D with Demi Lovato (sumber: www.youtube.com/channel/UCZkURf9tDolFOeuw_4RD7XQ)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulis Demi Lovato melalui unggahan Instagramnya yang Ia unggah bersamaan dengan cuplikan podcast mingguannya 4D with Demi Lovato. Setelah sebelumnya come out sebagai seorang panseksual, bintang pop ini akhirnya keluar dari “lemari” dan mengakui dirinya sebagai seorang non-biner.
Tak hanya mengumumkan identitas gender, Demi juga mengabarkan bahwa Ia tidak lagi menggunakan she/her sebagai kata pengganti untuk mereferensikan dirinya.
Tak hanya Demi, gender ketiga juga sebenarnya telah digunakan beberapa kalangan selebritis Hollywood sebagai identitas mereka, seperti: Sam Smith yang mengidentifikasi dirinya sebagai non-biner dan Miley Cyrus yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang genderfluid.
ADVERTISEMENT
Demi mengaku, identitas gendernya ini membantu mengidentifikasi dirinya yang tidak mengarah ke biner laki-laki maupun perempuan.
"Aku merasa bahwa ini adalah hal yang terbaik untuk menunjukkan ekspresi gender ku. Dan membuatku merasa autentik dan benar untuk diriku yang aku tahu dan sedang aku jelajahi."

Lalu, Apa Sih Gender Non-biner Itu?

Berdasarkan Human Rights Campaign, identitas gender merupakan konsepsi diri sendiri atas karakteristik gender. Dalam identifikasinya, identitas gender dapat berkorelasi maupun berbeda dengan identitas gender yang biasanya diberikan pada saat lahir berdasarkan jenis kelamin bawaan.
Sedangkan non-biner, mengutip dari LGBT Foundation, merupakan istilah yang berada di bawah payung transgender. Yang berarti non-biner merupakan identitas gender bagi-orang orang yang tidak merasa nyaman dengan identitas yang diberikan pada mereka saat lahir, namun mereka juga tidak merasa nyaman berada dalam batasan gender laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENT
Sebagai identitas, orang-orang non-biner dapat mengidentifikasi diri mereka sebagai laki-laki sekaligus perempuan maupun tidak keduanya.
Hal ini karena pemahaman mereka atas diri yang melampaui narasi gender secara tradisional. Atas hal tersebut, terdapat beberapa istilah yang membawahi diverse-nya orang-orang non-biner, seperti: genderfluid, bigender, agender, dan lain-lain.
Sama halnya dengan identitas laki-laki maupun perempuan, non-biner juga digunakan untuk mengenal diri lebih dalam. Seperti Demi, Ia menggunakan identitas gendernya ini untuk mengeksplorasi apa yang ada dalam dirinya di mana ia merasa bahwa identitas bawaannya sebagai perempuan tidak cocok dengan fluid-nya dirinya.
Hal ini termasuk peran maupun ekspresi yang biasanya diasosiasikan dengan gender tertentu, seperti: maskulin dan dominan pada laki-laki, dan feminin dan submisif bagi perempuan.
ADVERTISEMENT

Terus, Gender Pronouns Itu Bagaimana?

Jika dalam Bahasa Indonesia kata ganti “dia” merupakan kata yang netral secara gender di mana tidak terdapat perbedaan dalam penggunaannya terhadap siapa pun objek yang dituju, hal ini berbeda jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain.
Dalam Bahasa Inggris contohnya, kata “he” biasanya digunakan untuk menjadi kata ganti bagi mereka yang beridentitas laki-laki, “she” untuk perempuan, dan “they” untuk merujuk pada yang netral.
Oleh sebab itu, beberapa orang menganggap pronouns sebagai hal yang penting bagi identitas mereka. Terlebih, hal ini dapat menjadi bentuk afirmasi bagi mereka yang telah melewati rintangan dalam mengidentifikasi diri. Seperti bagi Demi Lovato yang menggunakan kata ganti netral “they/them” yang sejalan dengan identitas gendernya yang tidak biner.
ADVERTISEMENT
Namun, melansir dari LGBT Foundation, identitas gender dan pronouns tidaklah selalu sejalur. Orang-orang dapat memilih kata ganti yang direferensikan. Maka dari itu jika terdapat ketidakpastian atas bagaimana harus merujuk kata ganti bagi seseorang, maka bertanya adalah hal yang baik.
Meskipun dalam bahasa Indonesia kata ganti “dia” bersifat netral. Terdapat beberapa kata yang masih harus disejajarkan dengan pronouns yang dipilih seseorang. Contohnya adalah penggunaan kata “abang” yang biasanya hanya diasosiasikan pada laki-laki, dan “kakak” yang lebih netral karena biasa digunakan tanpa memandang gender.

Akhirnya,

Walaupun diskusi mengenai identitas gender dan penerimaannya masih terus berjalan di Indonesia, perlindungan atas diskriminasi merupakan hal yang menjadi hak semua warga negara. Menghormati identitas dan ekspresi gender semua orang seharusnya menjadi hal yang perlu ditanamkan pada semua orang.
ADVERTISEMENT
Harap bintang pop Demi Lovato pada unggahan Instagram-nya.