Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Salah Kaprah 'Pemujaan' Berlebihan Terhadap Bahasa Asing
29 Oktober 2021 20:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Khatami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semua orang pasti memiliki cara masing-masing dalam mengekspresikan diri mereka. Baik dari cara memakai pakaian, berdandan, logat berbicara, dan penggunaan bahasa. Yang penting adalah bagaimana ekspresi diri tersebut tidak merugikan orang lain, sesuai dengan konteks, dan nyaman.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana kalau ada orang yang merasa ekspresi diri mereka lebih baik dibandingkan dengan ekspresi diri orang lain? Merasa bahwa menggunakan bahasa asing membuat mereka lebih keren dibandingkan dengan pengguna Bahasa Indonesia contohnya.
Merujuk pada Pateda (1987:4), bahasa merupakan saluran yang digunakan untuk menyampaikan hal. Seperti apa yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui oleh seseorang. Hal ini menjadikan bahasa sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengekspresikan diri, bahkan bisa dikatakan bentuk ekspresi yang paling dasar.
Kita pasti pernah mendengar gaya bicara yang mencampuradukkan bahasa yang mereka gunakan, baik dalam percakapan langsung maupun dalam bersosial media. Yang paling sering adalah campuran Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris.
Kalau melihat dari diskusi-diskusi yang terjadi di media sosial, terdapat banyak sudut pandang berbeda dalam melihat trend mencampuradukkan bahasa ini. Ada yang menganggap bahwa hal tersebut normal karena yang melakukannya mungkin sudah terbiasa berbahasa inggris di lingkungannya tumbuh dewasa, ada pula yang menganggap hal ini hanya sekadar gaya-gayaan akibat kurangnya rasa cinta terhadap Bahasa Indonesia. Apa pun alasannya, selama dapat dimengerti dan sesuai dengan konteks bahasa yang dibutuhkan sih seharusnya tidak apa-apa. Kecuali mencampur bahasa ketika berbicara dengan orang yang tidak berbahasa asing atau ketika mencampur bahasa di surat-surat formal, hal tersebut sudah pasti salah.
ADVERTISEMENT
Anehnya, terdapat beberapa orang yang merasa bahwa mereka lebih “pintar" atau lebih “berkelas” ketika memakai ataupun mencampur bahasa asing saat berbicara. Padahal, penggunaan bahasa asing tidak seharusnya menjadi tolak ukur kemampuan seseorang dan juga keren atau tidak kerennya seseorang.
Terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi trend mencampur bahasa ini. Bisa dari influencer media sosial yang kerap melakukan pencampuran bahasa ini, bisa pula dari media massa dan budaya populer barat yang kian merambat ke Indonesia.
Tidak masalah jika ingin ingin mengikuti trend, namun yang salah adalah ketika menggunakan trend ini sebagai standar untuk menilai seseorang. Seperti menganggap orang yang menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai orang yang kaku karena tidak mengikuti trend, atau bahkan berasumsi bahwa mereka malas belajar bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Padahal terdapat banyak alasan mengapa orang-orang lebih memilih untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik. Seperti menghormati penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, lebih mudah dimengerti, atau mungkin karena tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari bahasa asing karena alasan tertentu. Apa pun alasannya, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah hal yang sangat perlu diapresiasi. Bukannya diberikan stigma.
Pemujaan berlebihan atas penggunaan bahasa asing ini menunjukkan kurang sensitifnya orang-orang terhadap privilese kemampuan berbahasa. Karena, tidak semua orang dapat memiliki kesempatan belajar bahasa asing yang sama. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa rasa cinta terhadap bahasa persatuan sudah mulai luntur karena menganggap bahasa persatuan kita sebagai bahasa yag tidak lebih baik.
ADVERTISEMENT
Mengekspresikan diri melalui penggunaan bahasa merupakan hal yang baik dilakukan. Namun, hal tersebut tidak seharusnya menjadi alasan untuk merasa lebih unggul dibandingkan dengan cara orang lain mengekspresikan diri mereka melalui bahasa. Mencintai Bahasa Indonesia tidak seharusnya menjadi alasan untuk membatasi diri dari menggunakan bahasa asing, namun konteks dari penggunaannya memanglah hal yang perlu diperhatikan.