Konten dari Pengguna

Mengenang Nirwan Arsuka, Sang Muadzin Literasi dari Timur

Muhammad Khoirul Huda
Pegiat Literasi, Sekertaris Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah
17 Agustus 2023 10:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Khoirul Huda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nirwan Arsuka di acara Milenial Fest Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Nirwan Arsuka di acara Milenial Fest Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah seminggu lebih dunia literasi berduka, salah satu tokoh sentral gerakan Literasi Indonesia Nirwan Ahmad Arsuka berpulang pada Senin Sore, 7 Agustus 2023 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tak hanya dunia literasi tapi rakyat Indonesia kehilangan sosok yang menaruh perhatian besar terhadap politik, kebudayaan, keberagaman terkhusus literasi. Aktivismenya konsisten sejak menjadi mahasiswa Teknik Nuklir UGM.
Meski mahasiswa teknik nuklir namun Nirwan dikenal maniak dan peminat buku buku filsafat, sastra, budaya dan sosiologi. Penulis, pemikir, aktivis literasi, pelopor Pustaka Bergerak yang membawa buku buku bacaan untuk anak-anak di pedalaman itu wafat di usia 55 tahun.
Doa dan belasungkawa disampaikan tokoh-tokoh ternama seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Budiman Tanuredjo, Goenawan Mohamad, Saeful Mujani, Gol A Gong, Syarif Bando, Nezzar Patria, musisi Ananda Sukarlan, Fajdroel Rachman dan lain lain.
Saya sendiri mendapat kabar meninggalnya Nirwan Arsuka melalui akun resmi Instagram Pustaka Bergerak. “Pantas saja. Angin sejuk pagi ini rasanya pengap. Kabar duka itu datang dari Ibu Kota. Membawa #dukaDuniaLiterasi," begitu caption akun resmi IG Pustaka Bergerak yang terdenger begitu sayu.
ADVERTISEMENT

Pustaka Bergerak, Perjuangan Melawan Keterbatasan dan kebodohan

Nirwan Ahmad Arsuka. Foto: Instagram/@arsuka1
Saya pertama bertemu dengan Nirwan Arsuka saat bersama sama menjadi panelis dalam Focus Grup Discussion (FGD) yang diselenggarakan Kemendikbud tahun 2015 di Jakarta dengan tema Gerakan Literasi Berbasis Komunitas.
Sejak saat itu, komunitas kami (Griya Baca Komunitas Metro Lampung) yang berdiri tahun 2010 ikut berjejaring bersama dengan Pustaka Bergerak untuk saling berkabar dan berkirim buku.
Satu hal yang masih teringat dalam obrolan kami saat bertemu, bang Nirwan kurang lebih mengatakan bahwa survei dan angka-angka yang mengatakan bahwa anak Indonesia memiliki literasi yang rendah tidak bisa sepenuhnya bisa dipercaya. Apalagi mereka yang berasal dari wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
Nirwan sangat percaya bahwa anak-anak yang tinggal di pelosok negeri juga hobi membaca bahkan tidak kalah pintarnya dari anak-anak di kota-kota besar. Sayangnya, pengetahuan mereka terbatas lantaran tidak punya buku dan akses bacaan bermutu.
ADVERTISEMENT
Nirwan membuktikan sendiri ucapannya bahwa anak anak di pelosok Indonesia tidak suka membaca adalah pandangan yang salah. Sejak 2015 jaringan Pustaka Bergerak mengirimkan ribuan bahkan ratusan ribu buku donasi dari para dermawan ke pelosok-pelosok negeri dari Aceh sampai Papua.
Hasilnya cukup mengagetkan, anak anak di daerah pelosok dengan lahap membabat habis buku buku kiriman dari para donatur dalam waktu singkat. Tak jarang mereka sedih dan marah karena buku yang tak kunjung datang. Itu pula yang saya alami di beberapa daerah di Lampung.

Hari Raya itu bernama Free Cargo Literasi

Nirwan Arsuka sedang membaca di persawahan jeneponto sulsel
Saat ini, ada ribuan simpul pustaka yang melibatkan banyak sukarelawan dan donatur buku. Latar belakang mereka beragam dari tukang tambal ban hingga pejabat. Terinspirasi dari gerakan ini saat saya menjadi Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah tahun 2015 menyelenggarakan Literacy Camp “Reading, Writing, Moving” bersama komunitas literasi di Rumah Dunia Serang Banten atas dukungan dari Mas Gol a Gong (Duta Baca Indonesia saat ini) dan Firman Venayaksa Presiden TBM.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2017 bersama anak anak muda Muhammadiyah menghidupkan kembali jaringan Taman Pustaka Muhammadiyah yang dimotori David Effendi, Fauzan A Sandiah, Wiwied, Azaki Khoirudin dkk. K.H Ahmad Dahlan sejak awal berdirinya Muhammadiyah menaruh perhatian besar pada dunia literasi. Taman Pustaka Muhammadiyah sendiri sudah ada sejak tahun 1920.
Semasa hidup, hari hari Nirwan penuh dengan urusan literasi, seminar, diskusi, touring hingga distribusi buku. Perjuangan Nirwan demi memajukan literasi masyarakat Indonesia pada akhirnya sampai juga ke telinga Presiden Jokowi. Berkat dukungan dari banyak pihak termasuk Najwa Shihab Duta Baca Saat itu, Nirwan, Pustaka Bergerak dan para pegiat Literasi seperti Forum Taman Bacaan Masyarakat diundang bertemu Presiden di Istana Kepresidenan.
Salah satu hasil pertemuan dengan Presiden yaitu lahirnya program Free Cargo Literacy (FCL), yaitu gerakan saling mengirimkan buku ke seluruh wilayah Indonesia secara gratis melalui PT Pos Indonesia tanggal 17 setiap bulannya. Free Cargo Literacy diresmikan pada 2 Mei 2017 bertepatan dengan momen Hari Pendidikan Nasional.
ADVERTISEMENT
Sontak kegembiraan para pegiat literasi memuncak, ribuan orang setiap tanggal 17 beramai ramai mengirimkan buku hingga ke pelosok Indonesia hanya cukup dengan menulis alamat tujuan. Euforia ini diikuti oleh masyarakat, artis hingga pejabat publik. Tak ayal para relawan menyebutnya sebagai Hari Raya Buku atau Hari Raya Pegiat Literasi.
Sayangnya euforia tersebut tak berlangsung lama, program free cargo literacy berjalan 18 bulan atau hanya sampai Oktober 2018. Nirwan langsung bersuara via change.org agar free cargo literacy bisa bergulir kembali.
Salah satu penyebab berhentinya program ini karena tingginya animo masyarakat mengirim buku membuat anggaran operasional membengkak, PT Pos Indonesia pada akhirnya kewalahan secara pembiayaan. Sempat akan diambil alih oleh BUMN dan Kemendikbud saat awal mendikbud Nadiem baru terpilih, namun sampai saat ini program free cargo literacy juga tidak ada kabarnya.
ADVERTISEMENT

Jejak Abadi Sang Muadzin Literasi

Nirwan diatas perahu setelah mengahntarkan buku buku
Ilmu pengetahuan merupakan kekuatan terpenting dalam sejarah, dunia berubah dengan sangat radikal karena kekuatan ilmu pengetahuan. Distribusi ilmu pengetahuan di dunia ini termasuk Indonesia belum merata.
Ada kelompok kelompok yang akses terhadap pengetahuan sangat luas tapi ada kelompok yang nyaris tidak bisa mengakses berbagai sumber pengetahuan. Itulah yang menjadi kegelisahan Nirwan selama hidupnya. Bagi mereka yang tidak mendapat cukup pengetahuan maka besar kemungkinan akan tertinggal oleh derasnya arus zaman.
Salah satu sumber utama pengetahuan selama berabad-abad adalah buku. Nirwan dan Pustaka Bergerak melakukan kerja kerja kebaikan untuk mencerdaskan masyarakat dengan mendekatkan buku ke masyarakat. Hal tersebut yang membuat Nirwan dekat dan dicintai banyak orang. Meski banyak yang tak berjumpa langsung dengan Nirwan, Inspirasi dan energi ini yang terus menggerakan relawan.
ADVERTISEMENT
Berkat ikhtiar ikhtiar yang dilakukan Nirwan dan Pustaka Bergerak, lahir pejuang pejuang dan local hero literasi di daerah. Buku Buku disalurkan secara berantai oleh sukarelawan dengan gerobak, sepeda, motor hingga naik kuda. Dari sana secara organik terbentuk jejaring pegiat literasi di 34 provinsi. Nirwan meyakini literasi yang terus membaik adalah obat yang paling ampuh untuk melawan kemiskinan dan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Republik Indonesia yang kita cintai.
Selamat jalan Bang Nirwan, terima kasih atas segala baktimu. Damai tenang di sana, lapang terang jalanmu niscaya mentari pagi Kampung Ulo, Barru, Sulawesi Selatan Kampung Halamanmu.
Salam Literasi, Salam Bergerak
M. Khoirul Huda
Pegiat Literasi/Sekertaris Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah
Safari literasi dari bogor ke pacitan
Nirwan dan Najwa Sihab di lapas kelas II Maros
Nirwan dan Najwa Sihab di lapas kelas II Maros