Konten dari Pengguna

Fatherless Society : Hilangnya Peran Ayah dalam Perkembangan Anak

Muhammad Luthfan Tsabit
Mahasiswa ITB Ahmad Dahlan Jakarta
28 April 2025 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Luthfan Tsabit tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fatherless society merujuk pada fenomena di mana kehadiran sosok ayah menjadi semakin langka dalam kehidupan banyak anak. Ini bukan hanya soal ayah yang secara fisik tidak hadir, tetapi juga ketidakhadiran emosional yang meninggalkan ruang kosong dalam pembentukan karakter, kepercayaan diri, dan kesehatan mental anak-anak.
ADVERTISEMENT
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya fatherless society. Perceraian yang semakin tinggi, kehamilan di luar nikah, pergeseran nilai-nilai budaya tentang peran keluarga, hingga tekanan ekonomi menjadi penyebab utamanya. Di beberapa komunitas, absennya sosok ayah bahkan telah dianggap sebagai hal yang biasa dan tak lagi dipermasalahkan.
Pentingnya peran seorang ayah dalam membimbing anak. Sumber Gambar : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Pentingnya peran seorang ayah dalam membimbing anak. Sumber Gambar : Pixabay.com
Padahal, kehadiran ayah memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak. Ayah bukan hanya penyedia materi, tetapi juga sumber kasih sayang, perlindungan, dan keteladanan. Anak-anak yang dibesarkan tanpa figur ayah cenderung menghadapi lebih banyak tantangan dalam membentuk identitas diri dan mengelola emosi mereka.
Dampak dari fatherless society tidak hanya dirasakan pada individu, tetapi juga pada skala sosial yang lebih luas. Anak-anak tanpa kehadiran ayah lebih rentan terhadap masalah akademik, perilaku agresif, penggunaan zat adiktif, bahkan keterlibatan dalam kriminalitas. Mereka juga lebih berisiko mengalami gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keterputusan hubungan dengan ayah juga membawa konsekuensi dalam jangka panjang. Banyak dari anak-anak ini mengalami kesulitan dalam membangun hubungan romantis yang sehat saat dewasa. Mereka sering kali membawa luka emosional dari masa kecil yang tidak terselesaikan, memengaruhi cara mereka memandang cinta, komitmen, dan keluarga.
Fenomena ini, jika dibiarkan, berpotensi menciptakan siklus fatherless antar generasi. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah mungkin akan mengulangi pola yang sama ketika mereka dewasa. Tanpa intervensi yang tepat, society kita dapat terjebak dalam spiral ketidakstabilan sosial yang lebih dalam.
Mengatasi fatherless society membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Bukan hanya menyalahkan individu, tetapi mencari solusi struktural melalui kebijakan publik yang mendukung ketahanan keluarga, memperbaiki akses pendidikan bagi laki-laki muda, serta membangun budaya yang kembali menghargai pentingnya kehadiran ayah dalam keluarga.
ADVERTISEMENT
Peran komunitas juga sangat penting. Masyarakat perlu membangun ruang-ruang di mana laki-laki diajarkan nilai tanggung jawab dan keterlibatan emosional. Figur laki-laki positif dalam komunitas seperti guru, pelatih, mentor juga bisa menjadi penyeimbang bagi anak-anak yang kehilangan sosok ayah mereka.
Pada akhirnya, membangun kembali peran ayah berarti membangun kembali fondasi masyarakat itu sendiri. Sebab keluarga yang kuat adalah batu bata bagi masyarakat yang kuat. Tanpa kehadiran ayah yang utuh, kita berisiko membiarkan generasi penerus tumbuh dalam kekosongan emosional yang menghancurkan dari dalam. Fatherless society bukan sekadar statistik. Ia adalah krisis senyap yang menggerogoti masa depan kita. Kesadaran, kolaborasi, dan komitmen dari semua pihak menjadi kunci untuk menyelamatkan generasi mendatang dari kehilangan yang lebih dalam.
ADVERTISEMENT