Pengaruh Senam Otak Terhadap Perilaku Temper Tantrum pada Anak

MUHAMMAD LUTHFI FAQIHUDIN WARDANA
Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
5 Desember 2022 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD LUTHFI FAQIHUDIN WARDANA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto oleh mohamed abdelghaffar: https://www.pexels.com/id-id/foto/balita-dengan-kemeja-keringat-adidas-merah-783941/
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto oleh mohamed abdelghaffar: https://www.pexels.com/id-id/foto/balita-dengan-kemeja-keringat-adidas-merah-783941/
ADVERTISEMENT
Masa kanak-kanak merupakan masa di mana seseorang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Lingkungan dan peranan orang tua sangat berperan penting dalam kehidupan mereka. Emosi yang mereka punya pun cenderung lebih susah untuk dikendalikan, sebab mereka biasanya lebih mudah untuk mengeluarkan emosi mereka tanpa batasan apapun. Sahabat kumparan pasti sering menjumpai anak-anak yang terlihat sangat temperamen kepada orang tuanya jika tidak diberi apa yang mereka mau. Ternyata hal tersebut bukanlah hal yang bisa kita anggap biasa lho! Sikap temperamen yang berlebih pada anak bisa jadi dikarenakan anak tersebut mengalami gangguan perilaku yaitu Temper Tantrum.
ADVERTISEMENT
Cara untuk menyembuhkan perilaku ini pada anak tidak bisa dikatakan mudah, dikarenakan perilaku ini dipicu oleh emosi dan otak anak. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa senam otak atau Brain Gym dapat membantu penyembuhan Temper Tantrum ini. Nah, tulisan ini sengaja dibuat untuk kamu yang ingin mengenal lebih dalam apa itu Temper Tantrum dan cara penyembuhannya, untuk itu ayo simak penjelasannya berikut ini!
1. Apa Itu Temper Tantrum?
Menurut penelitian, perilaku yang ditunjukan oleh anak-anak tercermin dari apa yang mereka pelajari di dalam lingkungan mereka. Hal tersebut menyebabkan banyak ragam variasi perilaku yang ditunjukan oleh kanak-kanak, baik yang normal hingga perilaku yang bisa dikatakan tidak normal. Contoh dari perilaku yang tidak normal tersebut salah satunya adalah Temper Tantrum. Anak yang mengalami Temper Tantrum ini sering kali mengeluarkan emosi marah yang berlebihan, di mana biasanya mereka akan semakin marah jika mereka tahu dengan cara tersebut keinginan mereka akan terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Fenomena Temper Tantrum ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun, sebagaimana kita tahu bahwa usia tersebut merupakan usia yang pesat dalam pertumbuhan dan perkembangan. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa perilaku ini menandakan adanya masalah dalam perkembangan emosi pengidapnya. Marah yang berlebih, keinginan untuk menghancurkan barang barang di sekitar hingga ingin merusak diri, susah untuk mengungkapkan apa yang ia suka, merupakan contoh-contoh output yang para pengidap Temper Tantrum ini keluarkan.
2. Penyebab Temper Tantrum
Abraham Maslow menjelaskan bahwa sejatinya kebutuhan dasar manusia di dunia ini terdiri dari lima jenis kebutuhan. Kelima kebutuhan tersebut harus dipenuhi semua dalam diri manusia, jika tidak maka akan terjadinya ketidakmampuan untuk mengontrol emosi dalam diri. Hal ini sejalan dengan penyebab terjadinya perilaku Temper Tantrum pada anak, di mana anak merasa tidak terpenuhinya semua kebutuhan dasar tersebut. Kurangnya kebutuhan kasih sayang dan rasa aman yang diterima oleh anak , membuat mereka merasa bahwa diri mereka harus memiliki jalan untuk mendapatkan kasih sayang dan rasa aman tersebut dengan cara meluapkan emosi atau Temper Tantrum tadi. Orang tua haruslah memberi porsi seimbang antara lima kebutuhan dasar tadi kepada anak, jangan sampai ada yang terlewat ataupun hanya memberi kebutuhan dua atau tiga kebutuhan saja. Anak dengan gangguan perilaku Temper Tantrum ini biasanya dipicu oleh keluarga yang kurang harmonis dari sang anak tersebut, di mana anak akan merekam semua perilaku kasar orang tuanya di dalam otak dia.
ADVERTISEMENT
3. Penanganan Perilaku Temper Tantrum dengan Senam Otak
Senam otak atau yang lebih dikenal dengan Brain Gym adalah beberapa gerakan sederhana yang sudah dirangkai sedemikian rupa. Gerakan-gerakan yang digunakan dalam senam otak ini dapat melatih bagian-bagian otak pada anak, sehingga anak akan merasa releks. Rasa rileks ini mampu mengatasi perilaku Temper Tantrum tersebut, jika perilaku ini dibiarkan terus menerus akan membahayakan anak itu sendiri. Gerakan-gerakan yang ada dalam senam otak bisa menghidupkan kembali jaringan-jaringan saraf antara tubuh dan otak yang dapat memperlancar arus energi elektromagnetis ke seluruh tubuh sehingga dapat menghidupkan neocortex dan saraf parasimpatetik yang berguna untuk memperkecil aktivitas peningkatan hormon adrenalin di dalam tubuh. Hal tersebut terbukti bisa mengurangi tegangnya emosi hingga tegangnya fisik seseorang yang berakibat jiwa dan tubuh anak akan menjadi relaks dan seimbang (Muhammad, 2013).
ADVERTISEMENT
Gerakan pada senam otak ini juga dibuat guna merangsang otak kiri dan kanan di mana setiap belahannya mempunyai fungsi tertentu, merelaksasi otak belakang hingga otak depan, merangsang otak tengah dan serta otak besar yang merupakan sistem yang terikat dengan perasaan atau emosional seseorang. Kebugaran otak dihasilkan apabila aliran darah menuju otak lancar, dengan kata lain pasokan VO2 terpenuhi sempurna sehingga aliran darah menuju semua jaringan dalam tubuh termasuk menuju otak akan lebih sempurna. Hal ini membuat otak bekerja dengan optimal lebih besar kemungkinannya. Supaya otak menerima pasokan VO2 dengan sempurna, olahraga merupakan jawaban yang tepat yaitu dengan melakukan senam otak (Yanuarita, 2012).
Referensi:
Herawati, N. I. (2012). Menghadapi Anak Usia Dini Yang Temper Tantrum. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 3(2). http://doi.org/10.17509/cd.v3i2.10338
ADVERTISEMENT
Muhammad, As‟adi. (2013). Tutorial Senam Otak untuk Umum.
Sudarwati, W., Rosalina. (2018). Pengaruh Senam Otak Terhadap Perilaku Temper Tantrum pada Anak Usia Prasekolah di TK Nurul Ikhsan Kota Semarang. Indonesian Journal of Nursing Research. 1(1), 62-66. http://doi.org/10.35473/ijnr.v1i1.11
Yanuarita, Andri. (2012). Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak.