Meramal Masa depan Politik Yaman, Siapa Pemenang Perang Houthi dan Pemerintah ?

muhammad maulidan
Sekarang saya sedang menempuh pendidikan Strata 1 Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia, dan menjadiAssitant Director Excecutive di Embun Kalimasada (Yayasan Badan Wakaf UII)
Konten dari Pengguna
17 Desember 2020 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari muhammad maulidan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keadaan di Sana'a, Ibukota Yaman yang menjadi dampak dari konflik saudara
zoom-in-whitePerbesar
Keadaan di Sana'a, Ibukota Yaman yang menjadi dampak dari konflik saudara
ADVERTISEMENT
Yaman, adalah salah satu negara di Timur Tengah yang masih dilanda eskalasi konflik antar saudara hingga saat ini, perang antara saudara mengatasnamakan kelompok terjadi di titik beberapa daerah seperti Sanaa sebagai ibukota Yaman dan Aden di selatan Yaman dekat dengan Gulf of Aden yang mengarah langsung ke laut Arab.
ADVERTISEMENT
Tolak ukur yang menjadi konflik di Yaman dapat disaksikan oleh peristiwa musim semi Arab atau yang biasa disebut dengan Arab Spring¸dimulai ketika Mohamed Bouazizi dari Tunisia yang membakar dirinya karena dagangannya disita dan dihina oleh pejabat Tunisia, aksi pembakaran diri Bouazizi menjadi katalis dari Revolusi di Tunisia yang menjadi inspirasi di Yaman yang menyebabkan peperangan hingga saat ini. Gejolak Arab Spring ini membuat ketidakstabilan politik di Yaman yang menjadikan para masyarakat menuntut presiden Saleh yang sangat diktator dan menyebabkan kemiskinan di negara paling selatan di teluk Arab tersebut.
Akhir Januari 2011, ribuan massa berkumpul di titik pusat Sana’a untuk menuntut presiden Ali Abdullah Saleh untuk mundur dari jabatannya dan yang akan melanjutkan pemerintahannya adalah wakilnya sendiri yaitu Abd Rabbuh Mansur Hadi pada 25 Februari. Transisi antar presiden Hadi dan wakilnya Hadi bukan berarti keadaan politik di Yaman menjadi stabil, ketegangan politik semakin terjadi dikarenakan ketidakpuasan publik terhadap rezim Hadi, kelompok Houthi menuduh rezim Hadi melakukan korupsi secara besar besaran dan hal ini tentu membuat peluang bagi kelompok Houthi yang menjadi oposisi untuk melawan pemerintahan Hadi. Unjuk rasa semakin menjadi ketika para masyarakat Sunni di Yaman bersikukuh untuk mendukung Houthi yang dipipmpin oleh Abdul Malik al-Houthi yang hal ini menjadikan konflik terus berlanjut hingga terjadi ketidakstabilan politik antara pemerintahan dan kelompok oposisi.
ADVERTISEMENT
Ketegangan politik antara kelompok Houthi dan pemerintah Abd Rabbuh Mansur Hadi menjadikan ini adalah perang saudara antara minoritas Syiah (kelompok Syiah Zaidiyah) dan pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi yang Sunni. Namun, dengan beberapa pandangan bahwasanya hal ini tidak berarti pemerintah Hadi mewakili semua Sunni untuk memerangi Syiah Houthi, beberapa literatur mengatakan bahwasanya masyarakat Sunni di Yaman juga mendukung Houthi. Karena ketidakstabilan politik yang berujung kepada perang saudara tersebut hal ini dapat dikatakan bahwasanya ini perang antara Syiah melawan Sunni, dan memperebutkan hegemoni siapa yang akan menguasai dan mengontrol secara politik di kawasan Yaman nantinya.
Perang antara Houthi dan pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dapat dikatakan sangat rumit, karena perang saudara antara Syiah dan Sunni ini menjadikan tempat dimana negara dibelakang mereka bertempur, perang proksi semakin dapat terlihat antara hubungan yang bersitegang Iran dan Arab Saudi, dimana Arab Saudi mendukung pemerintah Hadi dan Houthi didukung oleh Iran. Dalam konteks perang saudara ini, ada keterlibatan pihak asing yang diaffliasikan mendukung antara kelompok Houthi dan pemerintahan Hadi (Sunni) yaitu Iran dan Russia yang mendukung Houthi, dan Amerika Serikat dan Saudi Arabia yang mendukung pemerintahan Hadi (Sunni). Keikutsertaan pihak asing ini menjadikan perang di Yaman ini semakin kompleks, pemerintahan Hadi yang dituntut mundur dari Yaman membuat Hadi sempat meninggalkan Yaman ke negara Oman dan Arab Saudi, dan meminta pihak internasional melakukan intervensi militer terhadap Houthi dan ini membuat koalisi negara Arab dan dibantu oleh Amerika Serikat melancarkan serangan udara untuk memukul mundur Houthi yang dari San’a menuju Aden dan memberlakukan blokade laut.
ADVERTISEMENT
Pada situasi saat ini, pemerintahan Houthi telah sukses untuk mendapatkan ibukota San’a dan memukul Hadi untuk mundur, ini membuat Hadi merelokasi pemerintahannya dan membuat pemerintahan di Aden pada september 2015 yang membuat ada dua sistem pemerintahan di Yaman dimana Houthi memegang kendali atas Sana’a dan Hadi memegang kendali di Aden.
Gambar 1.1 Penjelasan siapa yang mengontrol Yaman secara politik
Perang saudara ini menjadikan perang yang menghasilkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dimana PBB memperkirakan korban sipil telah melebihi 15.000 yang tewas atau terluka. Perang saudara Yaman semakin kompleks karena dapat memandang dari dua kacamata yaitu perang antar kepentingan politik Sunni dan Syiah, lalu perang antar Iran dan Saudi Arabia. Karena dalam beberapa waktu narasi politik luar negeri Iran selalu menyerang Saudi Arabia dan begitu juga sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Jika kita melihat berdasarkan konflik yang terjadi, tentu kedua kekuatan ini sangat seimbang, akan sangat susah untuk mementukan siapa yang akan menjadi pemenang atas perang saudara ini apakah Sunni atau Syiah, ini dapat dilihat karena perang ini telah lanjut tingkat ke perang proksi antara konflik regional Iran dan Arab Saudi yang saling mendukung koalisi mereka, dan ditambah lagi ada bantuan antara Amerika Serikat dan Russia yang memiliki kepentingan dan ini dapat di indikasikan sebagai perang proksi antara kedua negara besar tersebut. Houthi memang begitu kuat sampai dapat menguasai ibukota Yaman dan memukul mundur presiden Hadi untuk membentuk pemerintahan sementara di Aden, namun Intervensi militer yang menyerang Houthi dapat memukul mundur mereka sebelum menguasai Aden, namun disatu sisi Iran dapat dipastikan akan selalu mendukung mereka karena Syiah, dan didukung oleh Russia. Namun, penulis merasa yang harus mengambil alih pemerintahan di Yaman adalah kelompok pemberontak Houthi, karena penulis merasa harus ada kestabilan politik di negara – negara teluk, dan penulis yakin Syiah sangat memerangi yang namanya terorisme, yang ini melibatkan kelompok Islam Fundamentalis yang ada di Arab Saudi. Tentu, yang terpenting menurut penulis adalah Balance of Power di negara teluk harus ditegakkan, karena juga tidak baik jika Sunni sangat mendominasi, dan belum lagi adanya hegemoni Amerika Serikat di Timur Tengah
ADVERTISEMENT