Menakar Peran Pagar Nusa bagi Bangsa

Muhammad Misbahkhul Fadzillah
Mahasiswa Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
26 Juli 2023 20:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Misbahkhul Fadzillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pondok Pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur. foto: Hasil Jepretan Sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Pondok Pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur. foto: Hasil Jepretan Sendiri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pagar Nusa merupakan suatu wadah yang dirintis oleh para kiai NU beserta jawara pilih tanding di masanya. Pembentukan Pagar Nusa ini bertujuan sebagai wadah bagi semua pencak silat yang masih dalam naungan Nahdlatul Ulama’, karena pada zaman dahulu mereka banyak yang berdiri sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikhawatirkan dapat memicu sebuah permusuhan sesama perguruan yang masih dalam satu naungan Nahdlatul Ulama’. Selain itu, pembentukan Pagar Nusa ini juga dilatarbelakangi oleh menurunnya minat pesantren dalam dunia persilatan, padahal dulunya silat merupakan aspek yang penting bagi pesantren sebagai bekal dakwah.
Pada tanggal 12 Muharram 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 para kiai NU sepakat untuk menyelenggarakan sebuah musyawarah yang bertujuan membahas wadah pencak silat dari kalangan pesantren warga nahdliyin. Pertemuan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur itu dihadiri oleh KH. Abdullah Maksum Djauhari, KH. Abdullah Usman, KH. Ahmad Buchori Susato, KH. Muhajir, H. Athoillah, Drs. Lamro Azhari KH. Suhar Billah, SH. LLT.
Musyawarah selanjutnya dilakukan pada Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur pada tanggal 3 Januari 1986. Pada musyawarah tersebut dihadiri para tokoh pencak silat dari daerah Pasuruan, Ponorogo, Jombang, Nganjuk, Cirebon, Kalimantan, Lumajang, Kediri. Sedangkan utusan dari PWNU Jawa Timur yaitu KH. Ahmad Buchori Susanto dari Lumajang KH. Suhar Billah, SH. LLT dari Pondok Pesantren an-Najiyah Sidosermo Surabaya. Dalam musyawarah tersebut menghasilkan sebuah susunan pengurus pusat Pagar Nusa dengan ketua umumnya KH. Abdullah Maksum Djauhari juga sekaligus diresmikannya Pagar Nusa.
ADVERTISEMENT
Pagar Nusa bukan hanya sekadar pencak silat, organisasi, ajang prestasi, kebal bacok lain-lain. Akan tetapi, sebagai pencak silat yang lahir dari bumi kandung pesantren, Pagar Nusa tentunya memiliki amaliyah-amaliyah kepesantrenan seperti wirid, riyadhah, semua amaliyah yang dilakukan di pesantren juga dilakukan di Pagar Nusa. Oleh karena itulah setiap anggota Pagar Nusa juga disebut sebagai santri.

Peran terhadap Bangsa Negara

Bangsa negara merupakan suatu elemen yang penting bagi setiap anggota Pagar Nusa, karena Nahdlatul Ulama’ yang sekaligus menjadi sebuah rujukan bagi anggota Pagar Nusa memiliki prinsip hubbul wathon minal iman, cinta tanah air sebagian daripada iman. Hal tersebut juga diperkuat lagi oleh Ketua Umum Pencak Silat Pagar Nusa yang sekarang, yaitu Muchamad Nabil Haroen dalam sebuah artikelnya yang berjudul “Pagar Nusa Komitmen Kebangsaan” yang dimuat Jawa Pos pada tanggal 4 Mei 2017, beliau mengatakan bahwa Pencak Silat Nahdlatul Ulama' Pagar Nusa ber konsisten pada komitmen untuk menjaga NKRI.
ADVERTISEMENT
Kiprah Pagar Nusa dalam menjaga kedamaian serta ketentraman bangsa negara, baik dari gangguan luar maupun dari dalam bangsa ini sendiri sangatlah penting. seperti yang telah dilakukan oleh guru besar Pagar Nusa yaitu Al-maghfurlah KH. Abdullah Maksum Djauhari yang berperan sebagai komandan pemberantasan PKI di Karesidenan Kediri.
Beliau diamanati menjadi komandan pemberantasan PKI ketika masih berumur 18 tahun, namun dengan prinsip dasar hubbul wathon minal iman, umur yang masih terbilang muda tidak mematahkan semangat beliau. Selain itu, hanya beliau lah satu-satunya orang yang berani terang-terangan menyatakan "Ganyang PKI" di Kediri.

Peran terhadap Agama Ulama

Agama Ulama’ menjadi latar belakang dilahirkannya Pagar Nusa di bumi pertiwi ini. Pagar Nusa yang notabenya lahir dari dunia pesantren tentunya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama, khususnya agama Islam. Selain itu, sebagai salah satu pewaris tradisi kepesantrenan, Pagar Nusa juga memiliki sifat Khidmah ta’dzim terhadap para kiai Ulama’ Nahdliyin.
ADVERTISEMENT
Maka jangan heran jika ada anggota Pagar Nusa yang turun tangan ketika ada yang mengusik atau mengganggu agama, kiai, Ulama’, karena Pagar Nusa memiliki slogan “Bela kiai sampai Mati”. Namun hal tersebut tidak hanya diucapkan dengan perkataan saja, tetapi harus ada pengimplementasiannya sebagai bukti ta’dzim kita terhadap kiai Ulama’. Misalnya ketika seorang kiai memerintahkan kita membersihkan selokan, maka yang ada dalam hati hanyalah kata “Siap86”.
Sebagai pencak silat yang khas dimiliki Nahdlatul Ulama’ sekaligus menjadi Badan Otonom Nahdlatul Ulama’ yang telah diresmikan pada tahun 2004 pada Muktamar NU yang ke 31 di Boyolali, Pagar Nusa sampai saat ini terus melakukan pembenahan agar dapat menjadi sebuah agent of change yang makin dapat diandalkan oleh agama, bangsa, juga para kiai NU. Pagar Nusa yang lebih mengedepankan adab atau akhlak ini sampai sekarang terus mengabdi pada agama juga kiai Nahdliyin yang sekaligus menjadi panutannya.
ADVERTISEMENT

Peran terhadap Olahraga

Pagar Nusa olahraga merupakan sebuah komponen yang tidak dapat dipisahkan, karena Pagar Nusa adalah sebuah pencak silat asli Indonesia yang di dalamnya belajar tentang olahraga, olah pikir, juga olah rasa. Oleh karena, antara Pagar Nusa dengan olahraga adalah sebuah komponen yang saling berkesinambungan tidak dapat dipisahkan. Seperti halnya pencak silat lain yang lahir di Indonesia, Pagar Nusa juga terhimpun dalam organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia. Peran Pagar Nusa dalam bidang olahraga juga besar, seperti halnya mencetak para kader atlet dalam ranah pencak silat.
Dalam mendukung sebuah kiprah Pagar Nusa khususnya di bidang olahraga, maka para pimpinan Pagar Nusa sering kali mengadakan event-event pencak silat demi menjaring seorang atlet Pagar Nusa yang unggul berdikari. Dengan adanya dukungan para pelatih Pagar Nusa dalam mendidik calon-calon atletnya juga menjadi suplai bagi para atlet agar dapat berlaga dengan semaksimal mungkin.
ADVERTISEMENT
Muhammad Sanjaya merupakan salah satu contoh atlet Pagar Nusa yang sekaligus menjadi kebanggaan Pagar Nusa, atas pencapaiannya bertarung di Final One Pride MMA pada Sabtu, 9 September 2017. Diselenggarakannya Kejurnas & Festival IV Pagar Nusa di pedepokan Pencak Silat TMII Jakarta pada tanggal 25-27 Maret 2022 juga merupakan sebuah cara dalam menjaring atlet-atlet Pagar Nusa yang unggul berdikari. Selain itu, pada Kejurnas IV Pagar Nusa ini juga mendapat banyak ucapan “Selamat Sukses” dari kalangan kiai, pejabat sampai dengan kalangan para artis.
Oleh karena itu, sebagai anggota Pagar Nusa sudah seharusnya kita bangkit demi menjadi agent of change pada bangsa, negara, juga agama dengan tetap rendah diri atas kemampuan yang kita miliki, sebab prinsip yang tertanam pada setiap anggota Pagar Nusa itu sama, yaitu laa ghoo liba illa billah.
ADVERTISEMENT