Grobyak Ikan Suroan, Kearifan Lokal Kediri yang Kental dengan Nilai Pancasila

MUHAMMAD MUKHLIS ROYHAN
Mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya
Konten dari Pengguna
7 Juli 2021 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MUHAMMAD MUKHLIS ROYHAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi Grobyak Ikan | foto: sasint (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Grobyak Ikan | foto: sasint (Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu tempat kota tertua di Indonesia, Kediri menyimpan banyak peninggalan leluhur yang masih ada hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Mulai dari bahasa daerah, kuliner lokal, budaya, bangunan berarsitektur unik, hingga ritual ataupun tradisi yang sangat khas. Salah satu peninggalan itu tak lain dan tak bukan adalah grobyak ikan.

Mengenal Lebih Jauh Tentang Tradisi Grobyak Ikan

Grobyak ikan merupakan tradisi menangkap ikan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kota Kediri.
Sebagaimana tradisi daerah pada umumnya, Grobyak ikan pun digelar untuk masyarakat luas di Sumber Gundi setahun sekali, tepatnya setiap bulan Suro.
Adapun rangkaian kegiatan tradisi dimulai sejak pukul 06.30 WIB hingga besok paginya.
Pertama-tama, warga Desa Tanjung akan berkumpul di perempatan jalan desa untuk bersiap-siap menuju grobyak ikan di Sumber Gundi.
Selama proses persiapan tersebut, warga akan diminta untuk mengenakan pita kuning sebagai simbol bahwa mereka warga Desa Tanjung yang mengikuti grobyak ikan.
ADVERTISEMENT
Mereka juga akan memastikan kelengkapan peralatan menangkap ikan manual, seperti irik, pecak, serok, susuk, dan lain sebagainya.
Sesudah itu, seluruh anggota warga Desa Tanjung yang berkumpul membentuk suatu formasi barisan. Barisan depan diisi oleh petinggi Desa Tanjung. Barulah barisan berikutnya diisi oleh pembawa tumpeng dan masyarakat.
Sesepuh Desa Tanjung akan memimpin selamatan ritual grobyak ikan, dengan harapan perjalanan dan aktivitas mereka dijaga oleh Tuhan YME. Sambutan Camat Pagu pun turut menyertai pembukaan tradisi Kediri satu ini.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan berjalan beriringan sembari membawa tumpeng menuju Sumber Gundi. Setibanya di lokasi, tumpeng akan dipotong oleh Camat Pagu, lalu dibagikan kepada tokoh masyarakat lokal. Setelah itu, tumpeng dinikmati oleh warga secara bersama-sama. Sebagai sumber energi sekaligus menandai dimulainya acara.
ADVERTISEMENT
Aktivitas dilanjutkan dengan berjalan ke area Sumber Gundi. Di sana, Camat Pagu lah yang akan menangkap ikan terlebih dahulu. Menandakan kalau acara inti grobyak ikan sudah dimulai, diikuti dengan hitungan satu, dua, tiga.
Tepat di hitungan tiga, ratusan peserta diperbolehkan terjun langsung menangkap ikan, tentunya dengan bantuan perlengkapan ikan yang sudah mereka bawa sejak keberangkatan tadi pagi.
Masyarakat akan menangkap berbagai ikan yang terdapat di Sumber Gundi, seperti ikan Lele, Nila, Patin, dan Tombro. Berlanjut sampai esok paginya.

Membedah Nilai Pancasila pada Tradisi Grobyak Ikan

Tanpa kita sadari, rangkaian kegiatan grobyak ikan menyimpan berbagai nilai dan hikmah uniknya. Namun, yang membedakan grobyak ikan dengan tradisi-tradisi daerah lainnya adalah nilai yang terkandung di dalamnya. Dari tradisi satu desa kecil ini, tersimpan kemegahan nilai Pancasila.
ADVERTISEMENT
Pada sila pertama Pancasila, misalnya. Tradisi khas Kediri satu ini dimulai dengan mengadakan selamatan dan menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan YME.
Kegiatan ini sendiri sudah mengandung nilai religius yang selaras dengan sila pertama dari dasar negara kita.
Pemakaian pita kuning pada semua warga Desa Tanjung menunjukkan nilai inklusivitas dari ritual grobyak ikan. Asal peserta merupakan warga Desa Tanjung, ritual ini tidak membeda-bedakan latar belakang mereka dari segi apa pun.
Semua diperlakukan secara adil tanpa ada hiruk-pikuk konflik kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan nilai Pancasila yang kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tak ketinggalan juga dengan sila ketiga Pancasila. Dimulai dengan berjalan beriringan menuju Sumber Gundi, berlanjut ke makan tumpeng secara bersama-sama, dan diakhiri dengan ramai-ramai menangkap ikan.
ADVERTISEMENT
Grobyak ikan menunjukkan relevansi kuatnya dengan nilai persatuan Indonesia.
Setiap kegiatan pembuka grobyak ikan yang dipimpin oleh petinggi Desa Tanjung sudah menunjukkan kalau warga sangat mengedepankan penerapan sila keempat Pancasila. Semua keputusan dalam acara ini pun didapatkan melalui bermusyawarah.
Etika warga dalam membagikan hasil tangkapan ikannya kepada semua peserta selaras dengan sila kelima dalam Pancasila yaitu tidak berlebihan dalam mengeruk kekayaan untuk diri sendiri dan berbagi ke orang lain secara adil dan berimbang. Ditulis oleh:
Muhammad Mukhlis Royhan (International Business Law 6A - 13501810024 Universitas Prasetiya Mulya), dengan Bimbingan Dosen: Dr. Naupal S. S, M.Hum.