kumplus- Opini Nanda Fauzan- Red Flag

Di Sana Red Flag, di Sini Red Flag

Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Nanda Fauzan adalah penulis esai dan cerita pendek. Buku pertamanya, Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein (Buku Mojok, 2022). Terpilih sebagai Emerging Writers di Ubud Writers and Readers Festival 2022.
24 Januari 2023 15:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Membaca fiksi Murakami? Anda kena red flag. Mencantumkan ayat suci di bio media sosial? Jelas, red flag. Pria yang bekerja selama bertahun-tahun, tapi memilih untuk tidak menggunakan ponsel berlogo apel? Oh, tak ada debat, red flag. Silakan perpanjang daftarnya, sesuka Anda.
Belakangan ini orang-orang di media sosial gemar mengibarkan bendera merah secara membabi buta. Maaf, maksud saya, tanpa pertimbangan. Saya tidak akan menggunakan frasa idiomatik yang bisa mengundang murka para pecinta hewan, seperti “membabi buta” atau “otak udang” atau “kelas kambing”. Saya khawatir diberi bendera merah untuk penggunaan bahasa sehari-hari yang kadung dianggap normal.
Itu bukan kekhawatiran tak berdasar. Idiom red flag belakangan ini lumayan sering diasosiasikan pada mereka yang bertindak dalam situasi—yang seharusnya dianggap—normal. Daftar yang saya buat di awal tulisan, pada dasarnya adalah kondisi lazim, tapi toh tetap ada orang yang menganggapnya sebagai tanda bahaya. Red flag.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten