Ledakan Lebanon: Percaya Pada Nurani, Bukan Ramalan The Simpsons

Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Nanda Fauzan adalah penulis esai dan cerita pendek. Buku pertamanya, Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein (Buku Mojok, 2022). Terpilih sebagai Emerging Writers di Ubud Writers and Readers Festival 2022.
Konten dari Pengguna
7 Agustus 2020 13:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nanda Fauzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustasi The Simpsons. Foto: Dok: Indra Fauzi/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustasi The Simpsons. Foto: Dok: Indra Fauzi/kumparan.
ADVERTISEMENT
Dikabarkan 78 orang tewas dan hampir 4000 terluka, ratusan bangunan lebur, seisi kota terguncang, bahkan gaungnya merambat hingga Siprus—240 Km jaraknya. Ledakan dahsyat yang menyebabkan kekacauan itu terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (04/08), hingga dua kali.
ADVERTISEMENT
Dunia berduka, kita berlomba-lomba menampakkan kebersihan nurani dengan pelbagai cara; memanjatkan doa atau mengunggah pengharapan di linimasa.
Ragam asumsi bermunculan. Konon, bencana ini disebabkan oleh kebakaran pabrik petasan, sampai dugaan paling kuat menjelaskan bahwa amunium nitrat dengan bobot sekitar 2.750 ton yang tersimpan selama enam tahun di gudang pelabuhan adalah sumber malapetaka. Hingga segalanya terurai jelas, menurut saya, tugas kita adalah memberi dukungan semampunya.
Tetapi tetap, sebagaimana seekor singa lapar berjumpa mangsa, orang-orang yang tak akrab dengan tanggung jawab ogah melepaskan momentum ini sebagai ajang unjuk diri. Yang paling durjana, misalnya, munculnya cuplikan video salah satu adegan animasi The Simpsons yang disunting sedemikian rupa, lalu ditambahkan keterangan “Ledakan pabrik kembang api di pelabuhan Beirut Lebanon sudah pernah diprediksi oleh The Simpson.”
ADVERTISEMENT
Animasi satire ini, dalam versi kearifan lokal, memang serupa sosok Roy Kiyoshi atau Ki Joko Bodo. Ia mewartakan nubuat, meski kadang dibuat-buat.
Diceritakan bahwa Homer Jay Simpsons, kepala keluarga dalam animasi itu, tengah membeli bahan peledak pada seorang pedagang berikat kepala khas timur tengah. Lalu, didorong kekonyolan akut lahirlah adegan komikal di mana Homer menyalakan bahan peledak di atas nyala api kompor. Setelahnya letupan dahsyat terjadi, asap membumbung ke udara menyerupai sebentuk jamur, lantas seisi kota hancur. Persis gambaran yang terjadi di Beirut.
Sejatinya, itu adalah dua adegan berbeda yang disunting dan disejajarkan. Cuplikan asli, bisa kita cari dengan kata kunci “Homer Exploding Fireworks” di YouTube.
ADVERTISEMENT
Tak ada letusan besar di sana, hanya kekonyolan Homer yang mengocok perut. Ia tampak ketakutan saat sumbu menyala, melemparnya ke dalam lemari pendingin, lalu mengopernya ke rak perabot. Dan, boro-boro membikin kota porak-poranda, rumah Homer bahkan masih berdiri kukuh. Kecuali sedikit , dan setipis asap yang membuat mukanya cemong.
Lalu, apa tujuannya? Tentu untuk meraup engagement rate sebanyak mungkin. Khas konten kreator yang tak kreatif, atau Netizen yang ngebet viral.
Namun sialnya, suara mereka membuat isu semakin liar tak terkendali. Sebab percaya pada konspirasi murahan macam begitu, atensi dan sasaran penghakiman meluas pada—lagi-lagi—elite global. Apakah The Simpsons sebetulnya memberi isyarat pada setiap peristiwa besar di muka bumi, dan ia memang 'dibayar' oleh elite global untuk menampilkan urutan yang telah diatur sebelumnya?
ADVERTISEMENT
Kita masih teringat bagaimana dunia menjadi heboh saat Trump terpilih sebagai Presiden. Peristiwa itu bukan saja membikin banyak orang putus asa, tetapi juga terwujudnya premis salah satu episode The Simpsons yang dirilis awal 2000-an, Bart to The Future, di mana Trump digambarkan akan terpilih sebagai Presiden. Meski Matt Gorening, pembuat serial televisi ini, mengungkapkan bahwa itu kebetulan belaka dan dipilihnya Trump semata-mata karena ia seorang figur terkenal sekaligus layak dijadikan lelucon. Itu sangat masuk akal, kita tahu Trump memang lucu sejak bentuk poni.
Segala yang ditampilkan oleh tokoh Homer, Marge, Bart, Lisa dan Maggie memang tak jarang menyentil laku keseharian yang remeh temeh, hingga peristiwa politik. Namun, terbuktinya episode itu membuat orang-orang semakin percaya bahwa setiap adegan adalah ramalan, yang di hari-hari mendatang pasti terjadi. Kepercayaan yang polos itu dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk meraih keuntungan pribadi, hingga mengedit di luar konteks. Ajaib.
ADVERTISEMENT
Sebagai tontonan, The Simpsons memang asyik. Tapi para penggemar yang memberi interpretasi berlebihan justru bikin mual. Ada banyak kesesatan yang diedarkan, yang paling dekat, misalnya, ramalan wabah Corona, hingga kematian George Floyd. Kita tinggal menunggu penggemar dari Indonesia mengaitkannya dengan isu kekinian; jodoh Kekeyi, umpama. Ini hanya soal kreatifitas dan niat, toh?
Dalam peristiwa Beirut, orang-orang dibuat lupa pada korban, pada apa-apa yang memilukan. Sebagai dari kita akhirnya berfokus pada sensasi murahan, dan digiring untuk melulu benci pada Amerika dan Israel, dua sekutu ajaib yang, bagi penganut teori ini, adalah dalang dari segala petaka di dunia. Bahkan jika kuda yang ditunggangi oleh Awkarin terpeleset menginjak kulit pisang, dua negara itulah yang mesti bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Reuven Rivlin, Presiden Israel, turun tangan menampik dugaan itu dan malah mengulurkan tangan dengan tawaran bantuan. Begitu juga pemimpin lain. Israel atau Amerika, Trump atau Rivlin, memang sering kali bikin kita jengkel dan marah lewat tingkah mereka, tetapi menimpakan dugaan tak berdasar jelas hanya membuat kita tampil sebagai pecundang kelas kakap.
Kita tak punya data faktual mengenai dinamika politik internasional, kita bukan Noam Chomsky yang bisa menganalisis problem-problem semacam ini dengan bernas. Maka, ketimbang percaya pada potongan video The Simpsons yang telah disunting, dan membagikannya tanpa rasa bersalah, kita lebih baik percaya pada hati nurani. Memanjatkan doa, umpama. Atau, jika itu terasa cukup membebani, rasa-rasanya diam adalah pilihan bijak.
ADVERTISEMENT
Omong-omong, bisakah The Simpsons meramal masa depan Rangga Sunda Empire? Masih menjadi misteri~