Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seandainya Rangga 'Sunda Empire' Bertemu Cinta AADC
28 Januari 2020 15:00 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Muhammad Nanda Fauzan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di benak kita, selama bertahun-tahun, Rangga selalu direpresentasikan oleh sosok Nicholas Saputra. Ia kalem, jatmika, romantis, dan selalu punya seribu satu cara untuk menaklukkan Cinta. Tetapi, Semenjak Rangga pentolan Sunda Empire muncul ke permukaan dan diberi ‘panggung’ oleh banyak stasiun televisi, gambaran kita tentang Rangga tiba-tiba ambyar.
ADVERTISEMENT
Meski—dengan berat hati—saya harus mengakui, keduanya memiliki satu persamaan yang tak terelakkan, yakni imajinasinya yang liar. Pada titik ini yang menjadi pembeda hanya cara mereka merayakan imajinasi.
Jika Rangga AADC menuangkan imajinasinya dalam sebentuk puisi, Rangga Sunda Empire justru jauh lebih progresif, ia mampu mengumbar segala jenis keajaiban di muka umum yang paling kesohor tentu saja; mengendalikan nuklir.
Lebih jauh lagi, Rangga Sunda Empire memiliki bakat alamiah untuk mengarang cerita, dan saya kagum terhadapnya. Dalam satu Talkshow di stasiun televisi misalnya, ia berhasil menjelaskan sejarah NATO dengan sangat gemilang, bahkan mampu membuat Ridwan Saidi menggelengkan kepala. “NATO dibentuk atas tatanan A-B-C-D,” ucapnya, A untuk American, B untuk British, C untuk Canada, dan D untuk Bandung. Yang terakhir memang agak melenceng, tapi kita tak boleh mendebat jika tak ingin dilaporkan pada mahkamah Internasional seperti Roy Suryo.
ADVERTISEMENT
Jika Rangga AADC adalah tipikal penyair dengan segudang puisi, maka Rangga Sunda Empire adalah sosok prosais dengan sejuta karangan cerita. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang berbeda. Lalu, jika dipertemukan dengan Cinta, apakah Rangga Sunda Empire akan mampu bernasib seperti pesaingnya?
Barangkali, beginilah yang terjadi:
***
Pak Wardiman mengikutsertakan cerita karangan Rangga berjudul Tentang Sunda Empire di lomba puisi antar sekolah. “Ini sih lebih cocok disebut karangan bebas, ngarang kalau didaftarkan di lomba puisi. Tapi gak papa, lah, si Rangga kan memang jago ngarang,” batin Pak Wardiman. Dan, tanpa diduga, Rangga keluar sebagai juara.
Guna keperluan profil sang juara, Cinta mengejar Rangga di perpustakaan untuk diwawancara. “Kamu Rangga yang juara puisi itu, kan?” sambil menjulurkan tangan, Cinta bertanya.
ADVERTISEMENT
“Bukan, saya ini Rangga Sekretaris Jenderal The herage 17. Kamu jangan salah sebut jabatan, mau saya laporkan ke Mahkamah Internasional” Rangga asyik membaca buku tanpa memandang Cinta, apalagi menjabat tangannya.
“Terserah Elo, deh. Yang penting sekarang Gue butuh profil Lu buat ditempel di Mading.” Emosi Cinta mulai terbakar, ia meninggikan suaranya.
“Barusan saya lempar Nuklir gara-gara ada yang berisik di ruangan ini. Saya enggak mau nuklir itu balik ke muka saya gara-gara saya berisik sama Kamu,” ucap Rangga dengan nada nyolot.
“Terserah Elo, deh.” Cinta melongos pergi. Ia benar-benar emosi atas perlakuan semena-mena Rangga, beruntung seluruh kawannya selalu berusaha untuk menghibur, “Udah, lah, Cin, kita main Tiktok aja,” kata mereka serempak.
ADVERTISEMENT
Sementara Cinta dan kawan-kawan bermain Tiktok, Rangga tetap tekun dengan buku-buku di perpustakaan. Ia memang sedang mendapatkan tugas untuk menghafal nama-nama Negara yang tergabung dalam kekaisaran Matahari, alias Sun The Empire.
Karena perasaan bersalah dan baru menyadari bahwa Mading adalah satu-satunya jalan terbaik untuk mengejar popularitas, akhirnya Rangga menjemput Cinta, dan menyampaikan penyesalannya.
“Hah? Wawancara?” tanya Cinta dengan nada sengit, setelah mendengarkan penjelasan dari Rangga, “Basi.. Madingnya udah mau terbit”
“Kalau mau tahu profil saya dan bicara tentang Sunda Empire harus pergi, datang ke Inggris, ke mahkamah internasional, datang ke sana ke Belanda, India, ke Sunda Land sebagai Mainland atau ke Pasifik karena Sunda terbagi dari empat tatanan bumi yang besar.” Watak Rangga yang sok asyik mulai keluar.
ADVERTISEMENT
“Terserah Elo, deh. Gua mau main Tiktok sama temen-temen Gue,” suara Tetew mulai terdengar di udara. Cinta dan kawan-kawan mulai menggoyangkan jarinya. Sementara Rangga cuma bisa gigit jari.
“Enggak ada kamu, mereka tetap main Tiktok, kan?”
“Maaf gak denger, pakai headset.” Jawab Cinta dengan nada datar.
“Kaya nggak punya kepribadian aja,” Rangga terus berusaha.
“Hah, apa Lu bilang?”
“Iya. Main Tiktok harus sama-sama. Pulang sekolah juga harus sama-sama. Apa namanya kalau bukan mengorbankan kepentingan pribadi demi sesuatu yang kurang prinsipil?"
"Rugi Gue, buang-buang waktu sama lo. Mending Gue nonton Drakor"
Sementara Cinta dan Rangga beradu argumentasi dalam debat yang tak berpangkal dan tak berujung, kawan-kawannya—Milly, Carmen, Alya, dan Maura—memasang kamera dan membuat video, “Lumayan nih, Gaes, buat konten YouTube,” ucap salah satu di antara mereka.
ADVERTISEMENT
“Kamu ini jangan seenaknya, sopan sedikit sama saya. Saya ini petinggi Sunda Empire. Sunda Empire itu sistem negara, kekaisaran. Sunda sebagai kekaisaran di bawahnya ada The Kingdom, state,” Rangga mulai menyombongkan diri.
“Siapa?” tanya Cinta penuh semangat.
“Saya ulangi. Saya, Rangga Sekretaris Jenderal The herage 17.”
“Yang nanya.” Cinta tampak tertawa puas.
“Kamu jangan main-main, Cinta. Ini menyangkut kepentingan Internasional. Bisa-bisa Dunia perang gara-gara kamu.”
Cinta tetap diam. Ia tak acuh pada semua yang diucapkan Rangga. Lalu beberapa saat kemudian, Milly berbisik “Udah lah, Cin. Videonya segini cukup. Nanti gue unggah di YouTube, bisa-bisa trending, nih.”
Cinta pulang. Semua orang pulang. Bel sekolah berbunyi. Rangga menepi di kamar Pak Wardiman. Satu Surel masuk, video yang diunggah Cinta dan kawan-kawan viral, dia diundang untuk hadir di acara Talkshow. Indonesia heboh. Rangga berhenti dari sekolah. “Aku pasti akan kembali dalam satu purnama.” Batinnya. “Untuk dua hal. Pertama untuk Sunda Empire, kedua untuk Cinta”
ADVERTISEMENT