Konten dari Pengguna

Mengapa Kekuasaan Bashar al-Assad Dapat Bertahan Lebih dari 24 Tahun di Suriah?

Muhammad Naufal Fauza
Nama saya Muhammad Naufal Fauza, seorang penulis yang sekarang berstatus mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Saya memiliki hobi membaca dan menulis terkhusus mengenai hal-hal yang berbau ekonomi, hukum, dan politik.
11 Desember 2024 14:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Naufal Fauza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Foto: Saudi Press Agency via Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Potret Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Foto: Saudi Press Agency via Reuters
ADVERTISEMENT
Bashar al-Assad, Presiden Suriah yang berkuasa lebih dari 24 tahun akhirnya tumbang setelah kelompok oposisi Suriah menguasai Damaskus pada Minggu (8/12). Momen ini merupakan kesempatan yang istimewa bagi rakyat Suriah untuk menentukan masa depan negara mereka setelah puluhan tahun dikuasai rezim Assad.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Al Jazeera, Bashar al-Assad mulai memegang kendali atas Suriah sejak 11 Juli 2000, setelah kematian ayahnya, Hafez al-Assad, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden Suriah. Kekuasaan Bashar al-Assad berlangsung lebih dari 24 tahun hingga akhirnya rezimnya tumbang pada Desember 2024, menandai akhir dari masa pemerintahan yang sangat lama bagi Suriah.
Lamanya kekuasaan Bashar al-Assad tidak terlepas dari beberapa kebijakannya saat berkuasa. Sebuah studi yang diterbitkan Pakistan Journal of Life and Social Sciences mengungkapkan faktor-faktor yang memungkinkan Bashar al-Assad berkuasa cukup lama di Suriah. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Pengendalian Lembaga Pemerintah

Bashar al-Assad memegang kendali penuh lembaga utama pemerintah, di antaranya adalah lembaga militer dan dinas keamanan. Hal ini membuat lembaga pemerintah tersebut setia dengan Assad sehingga kekuasaannya bertahan cukup lama.
ADVERTISEMENT
2. Terpecahnya Kelompok Oposisi
Terpecahnya kelompok oposisi Suriah membuat pihak penyeimbang kebijakan pemerintah tidak dapat bersatu. Hal ini membuat Assad memanfaatkan situasi tersebut untuk memperpanjang kekuasaannya.
3. Pemanfaatan Rasa Takut Terhadap Kelompok Ekstremisme
Assad memanfaatkan rasa takut terhadap ekstremisme dengan menggambarkan dirinya sebagai pelindung kaum minoritas dan benteng perlawanan ekstremisme Islam. Hal tersebut membuat dirinya mendapat dukungan dari masyarakat Suriah.
4. Kontrol Media dan Informasi
Media dan Informasi merupakan suatu propaganda yang penting dalam sebuah kekuasaan. Rezim Assad memberlakukan pengawasan ketat terhadap media dan informasi, sehingga dia dapat memanfaatkan propaganda tersebut secara efektif untuk menyudutkan oposisi dan meningkatkan legitimasinya sendiri.
5. Penindasan Terhadap Perbedaan Pendapat Lawan Politik
Dengan memanfaatkan kendali militer, rezim Assad berhasil menindas kelompok yang tidak sependapat dengan dirinya. Hal ini terjadi pada saat Arab Spring (Kebangkitan Dunia Arab) pada tahun 2011.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, rakyat melakukan aksi protes damai menuntut reformasi atas kekuasaan Assad. Namun, rezim Assad menanggapi aksi damai tersebut dengan kekerasan brutal oleh aparat keamanan. Kejadian tersebut menimbulkan perang saudara di Suriah selama bertahun-tahun sehingga timbulnya banyak korban jiwa.
6. Dukungan Eksternal
Dukungan politik dan militer dari Rusia dan Iran membuat rezim membuat kekuasaan Assad bertahan lama. Rusia menyediakan perlindungan udara dan persenjataan yang canggih, sementara Iran membantu dengan menyediakan pasukan darat dan dukungan finansial.
Dukungan ini membuat rezim Assad dapat memperkuat militer dan melindunginya dari intervensi internasional secara langsung.
Beberapa faktor tersebut membuat Bashar al-Assad dikenal sebagai pemimpin tangan besi dan otoriter. Tidak mengherankan jika rakyat Suriah sangat senang dengan tumbangnya pemerintahan Assad yang berkuasa lebih dari 24 tahun.
ADVERTISEMENT