Konten dari Pengguna

Menerima Realita yang Terjadi dengan Mindfulness

Muhammad Nazih
Mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Psikologi
8 Desember 2024 12:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Nazih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sangat sakit jika yang kita terima adalah tidak sesuai, tapi itulah kehidupan terkadang perlu adanya realita yang harus diterima tidak semua yang diinginkan menjadi apa yang kita dapat pada akhirnya yang terpenting adalah belajar berdamai dengan keadaan, memahami bahwa setiap pengalaman membawa pelajaran, dan terus berproses menjadi pribadi yang lebih kuat dan dijadikan untuk menjadi sebuah pengalaman.
Sumber : Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Canva
Entah apapun yang terjadi setiap manusia harus menerima kenyataan yang apa adanya dan menerima kenyataan ini untuk dibuat menjadi sebuah pengalaman ini adalah termasuk dalam Mindfulness.
ADVERTISEMENT
Apa itu Mindfulness?
Dalam bukunya Silarus (2015) mengatakan Mindfulness adalah kondisi dimana kita untuk tetap sadar penuh hadir utuh yang dapat diartikan dari pengertian ini dimana kita sebagai manusia menaruh atensi atau perhatian pada kejadian saat ini dan menerima dengan apa adanya. Yusainy (2018) Melalui mindfulness, kita belajar memberikan perhatian penuh pada setiap pengalaman yang terjadi saat ini (di sini dan sekarang) tanpa berusaha mengubah pikiran, perasaan, atau sensasi tubuh yang muncul akibat pengalaman tersebut.
Apa Itu Penerimaan Diri?
Dalam Setiawan (2020) Germer menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah kemampuan seseorang untuk memiliki pandangan positif tentang siapa dirinya yang sesungguhnya, dan hal ini tidak muncul begitu saja, melainkan harus dibentuk dan dikembangkan oleh individu tersebut. Dalam hal lain kita harus menerima kenyataan atau penerimaan diri tanpa berekspetasi yang berlebih pada seseorang.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan mindfulness atau bisa menerima realita pada sesuatu yang terjadi kita sebagai manusia dapat memiliki beberapa hal yang didapatkan ketika menggunakan mindfulness dalam berelasi sosial :
1. Meminimalkan rasa sakit hati akibat memaksakan ekspektasi kepada seseorang
2. Menerima kenyataan : Mengajarkan untuk menerima pengalaman hidup tanpa penilaian atau resistensi.
3. Memusatkan perhatian : Mendorong konsentrasi penuh pada momen saat ini tanpa teralihkan oleh masa lalu atau masa depan.
Bagaimana cara tetap menerima kenyataan atau Mindful dalam hubungan sosial? Untuk tetap menerima kenyataan (mindful) dalam hubungan sosial, prinsip mindfulness dapat diterapkan melalui penerimaan terhadap situasi, emosi, atau perilaku orang lain tanpa respons reaktif yang berlebihan. Penelitian Yusainy et al. (2018) menunjukkan bahwa mindfulness sebagai strategi regulasi emosi membantu individu mengelola respons emosional dengan lebih netral. Lalu apa kaitannya regulasi emosi dengan Mindfulness dengan hubungan sosial?
ADVERTISEMENT
1. Dengan Mindful kita dapat menerima perasaan negatif tanpa penghindaran dalam interaksi sosial, sering kali muncul emosi negatif seperti kekecewaan atau marah. Dengan mindfulness, emosi ini diterima sebagai bagian dari pengalaman tanpa dihakimi atau diabaikan. Ini mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan orang lain.
2. Menghindari Reaksi Berlebihan : Penelitian Yusainy (2018) tersebut menemukan bahwa mindfulness mengurangi kecenderungan untuk merespons secara impulsif terhadap stimulus emosional, baik positif maupun negatif. Dalam konteks hubungan sosial, ini dapat mencegah konflik yang timbul akibat respons emosional yang tidak terkendali.
3. Meningkatkan Keseimbangan Emosional : Dengan membawa emosi ke arah netral, mindfulness membantu menciptakan suasana hati yang lebih stabil. Hal ini mendukung komunikasi yang lebih sehat dan hubungan yang lebih harmonis.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, menerima realita melalui mindfulness adalah tentang membebaskan diri dari beban ekspektasi, menemukan kedamaian dalam kekacauan, dan membangun kekuatan dari setiap luka. Sebab, kehidupan tidak selalu tentang mengendalikan apa yang terjadi, tetapi tentang bagaimana kita merespons dengan hati yang tenang dan jiwa yang sadar dan utuh.
Referensi
Silarus, A. (2015). Sadar penuh, hadir utuh. Jakarta: TransMedia Pustaka.
Waney, N. C., Kristinawati, W., & Setiawan, A. (2020). Mindfulness dan penerimaan diri pada remaja di era digital. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 22(2), 73-81.
Yusainy, C., Nurwanti, R., Dharmawan, I. R. J., Andari, R., Mahmudah, M. U., Tiyas, R. R., Husnaini, B. H. M., & Anggono, C. O. (2018). Mindfulness Sebagai Strategi Regulasi Emosi. Jurnal Psikologi. 17(2), 174–188.
ADVERTISEMENT