Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mendaki Bersama, Latih Jiwa korsa Hingga Seni Mengendalikan Ego Di Ketinggian
14 Oktober 2024 13:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Nikola Dewantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jiwa Korsa, Kebersamaan di Tengah Tantangan
Jiwa korsa atau solidaritas tim adalah salah satu nilai utama yang kerap diuji selama pendakian. Dalam perjalanan yang penuh tantangan fisik dan mental, setiap pendaki harus saling mendukung satu sama lain. Ketika tenaga mulai melemah, suhu menjadi lebih dingin, atau medan semakin sulit, kebersamaan menjadi kunci untuk mengatasi rintangan.
ADVERTISEMENT
Setiap pendaki memiliki ritme dan kekuatan masing-masing. Ada yang mampu berjalan lebih cepat, sementara yang lain butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan medan. Di sinilah jiwa korsa diuji apakah kita memilih untuk menunggu dan membantu rekan yang lebih lambat, atau terus maju demi ambisi pribadi? Pendakian bukanlahperlombaan,ini tentang menyelesaikan perjalananbersama-sama.
Mengendalikan Ego di Jalur Pendakian
Pendakian gunung juga merupakan latihan besar dalam mengendalikan ego. Di ketinggian, sifat-sifat manusia yang paling mendasar muncul ke permukaan. Terkadang, ego ingin mendominasi keinginan untuk cepat sampai, menunjukkan kekuatan, atau merasa lebih unggul dari yang lain. Namun, semakin tinggi kita mendaki, semakin kita sadar bahwa alam memiliki caranya sendiri untuk meredam kesombongan.
Ego yang tidak terkendali dapat merusak kebersamaan tim dan menyebabkan bahaya. Ketika seorang pendaki lebih fokus pada pencapaian pribadi dibanding keselamatan kelompok, risikonya akan semakin besar. Alam tidak bisa ditaklukkan dengan kekuatan semata, melainkan dengan kerendahan hati dan kepasrahan pada kondisi yang ada.
ADVERTISEMENT
Mengendalikan ego dalam pendakian juga berarti mengenal batas diri sendiri. Ada saat di mana keinginan untuk terus mendaki harus dikalahkan oleh keputusan untuk berhenti atau berbalik demi keselamatan. Kesadaran ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti bahwa kita mampu mengesampingkan ambisi pribadi demi kebaikan bersama.
Pendakian gunung mengajarkan keseimbangan antara ambisi pribadi dan kebutuhan tim. Dalam setiap langkah, ada keputusan yang harus diambil baik untuk diri sendiri maupun kelompok. Pendakian juga mengingatkan kita bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri: alam. Di ketinggian, kita belajar bahwa tidak ada ruang untuk keegoisan. Setiap pendaki harus saling melindungi, menjaga, dan mendukung agar semua bisa sampai di tujuan dengan selamat.
Pada akhirnya, mendaki bersama tidak hanya membawa kita lebih dekat dengan puncak, tetapi juga lebih dekat dengan pemahaman akan diri dan orang lain. Setiap langkah di jalur pendakian adalah latihan untuk merangkul kebersamaan dan mengatasi tantangan, baik dari alam maupun dari dalam diri.
ADVERTISEMENT