Konten dari Pengguna
Kisah Raya dan Semakin Menipisnya Nurani Manusia
22 Agustus 2025 14:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
Kiriman Pengguna
Kisah Raya dan Semakin Menipisnya Nurani Manusia
Di era digitalisasi ini, masyarakat Indonesia hidupnya semakin individualis, jauh dari budaya gotong royong yang dulu identik dengan karakter kita. #userstoryMadnur
Tulisan dari Madnur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu Indonesia merayakan hari kemerdekaan ke 80 tahun. Usia yang tentunya bukan lagi usia yang masih muda, namun masuk ke dalam fase usia yang sudah benar-benar matang. Tentunya di usia yang sudah menginjak 80 tahun ini, Indonesia terus mengalami perkembangan dan kemajuan, baik dari sisi insfrastruktur maupun dari sumber daya manusianya.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, ketimpangan perekonomian di Indonesia masih menjadi masalah akut yang terus menggerogoti kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagaimana pernah disebutkan oleh Presiden Prabowo dalam acara St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia beberapa kesempatan yang lalu, ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh kurang dari satu persen penduduk Indonesia. Artinya masih ada sekitar 250 juta lebih penduduk Indonesia keadaannya masih seperti itu-itu saja (tidak banyak mengalami perubahan) atau hidup dalam kondisi pas-pasan, bahkan masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Seperti kasus Raya yang sedang viral di media sosial, balita asal Sukabumi Jawa Barat yang meninggal karena tubuhnya dipenuhi oleh cacing. Setelah ditelusuri lebih dalam lagi, ternyata kedua orang tua Raya sedang mengidap penyakit kategori kronis (memerlukan pengobatan dan pendampingan jangka panjang). Ibunya mengalami penyakit gangguan kejiwaan dan bapaknya mengidap penyakit tuberculosis (TBC).
ADVERTISEMENT
Dengan adanya keterbatasan tersebut, akhirnya sosok Raya bocah berusia 4 tahun itu yang seharusnya membutuhkan kasih sayang dan pendampingan ekstra dari kedua orang tuanya, tidak terurus dengan baik oleh keluarganya. Yang lebih memprihatinkan lagi, keluarga tersebut ternyata tidak memiliki BPJS, padahal keluarga tersebut termasuk dalam kategori yang berhak mendapat akses layanan BPJS.
Kasus seperti Raya ini mungkin hanya salah satu contoh kasus yang muncul ke permukaan (ruang publik) dari ribuan kasus serupa di Indonesia. Di mana masyarakat pedesaan di beberapa wilayah Indonesia masih banyak belum tersentuh oleh layanan kesehatan, pendidikan, sosial, dan layanan dasar lainnya. Tentunya ini sangat memprihatinkan ketika dikaitkan dengan usia 80 tahun Indonesia merdeka, yang idealnya kasus tersebut sudah tidak dianggap sebagai hal lumrah lagi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kasus seperti Raya dan semisalnya, saat ini masih dianggap lumrah di Indonesia, mungkin karena disebabkan oleh adanya pergeseran budaya masyarakat Indonesia, yang pada era digitalisasi ini hidupnya semakin individualis, terus menjauh dari budaya gotong royong (tolong-menolong) yang dulu sangat identik dengan karakter masyarakat Indonesia.
Hal ini diperparah lagi dengan adanya sikap primordialisme atau egoisme kelompok yang hanya mementingkan komunitasnya dan mengacuhkan komunitas lainnya, karena dianggap bukan bagiannya, tidak menguntungkan, dan bahkan dianggap sebagai kompetitornya.
Sehingga pada akhirnya dengan semakin menguatnya sikap individualisme dan primordialisme pada suatu lingkungan masyarakat, maka semakin mengecilnya sikap simpati dan empati pada masyarakat tersebut. Bahkan yang lebih mengkawatirkan lagi, hilangnya hati nurani terhadap kondisi masyarakat kalangan bawah yang masih banyak mengalami kendala akut akses kesehatan, pendidikan, perekonomian dan akses kebutuhan penting lainnya.
ADVERTISEMENT
Semoga di usia 80 tahun ini, negara tercinta Republik Indonesia bisa keluar dari zona merah ini, seperti kasus yang dialami oleh keluarga Raya yang terpaksa terisolasi oleh keadaan. Sehingga pada akhirnya tidak ada kisah seperti Raya lagi, yang saat ini mungkin kasusnya masih belum banyak terjamah oleh pemerintah, lembaga kesehatan, pendidikan, dan sosial masyarakat lainnya.

